5

1.3K 127 8
                                    

Hans menatap Hazel tak percaya.

"Jadi kita main main sama nyawa, itu taruhannya nyawa" shocknya.

Hazel menatap Hans dengan tatapan datar dan menghembuskan nafasnya lelah.

"Pengen gua gampar ni orang" gumam Hazel, ia bergumam sambil tersenyum dengan gigi yang rapat.

"Zel" panggil Hans.

"Iya astaga kan tadi gua udah jelasin panjang kali lebar, dan peluang kita masuk ke dunia yang sama itu kecil banget, karena seperti yang di jelaskan di teori bigbang saat ledakan itu terjadi banyak planet planet yang menyerupai bumi, bumi gak cuma satu, bisa jadi kalo misal teori Einstein Rosen bridge itu berhasil kan belum tentu kita bisa masuk ke dunia lama" jelas Hazel dengan sedikit emosi.

"Oke paham, Abang paham sekarang, yaudah kapan meteornya jatuh?"

Hazel tersenyum mendengar pertanyaan ini, ini adalah pertanyaan yang ia tunggu sedari tadi, kenapa ia tunggu tentu saja agar percakapan ini segera selesai.

..........

Disinilah mereka berada sekarang di rumah Hazel, Hazel sedang duduk di lantai dengan tangan yang menguatak Atik kertas lipat sedangkan Hans ia duduk di sofa.

"Dulu kenapa mereka jodohin Hazel sama Joshua?" Tanya Hazel tiba tiba.

"Dulu ya" Hans menatap langit langit ruang tamu milik Hazel.

"Dulu ziel temenan deket sama Joshua, sampe akhirnya ziel sering bawa Joshua ke rumah buat main"

"Sampe buat pertama kalinya Joshua ketemu Hazel, dulu sifat Hazel mirip banget sama kamu, pokonya bener bener mirip, sampe ada hari dimana dia jadi jauh sama kita semua, hari dimana Alma datang dan dua hari kemudian ia di jodohkan sama Joshua, dia makin nutup diri akhirnya mami sama papi, putusin buat selalu bawa Hazel kemanapun mereka berdua ada perjalanan bisnis, Hazel gak sekolah dia homeschooling"

"Kenapa mereka di jodohin? Pertama Joshua yang jatuh cinta sama Hazel dan buat mempererat hubungan bisnis, Hazel diam aja gak Nerima atau nolak, makanya Joshua ngerasa kalo dia udah di terima sama Hazel, makin hari Hazel makin dingin sampe pada akhirnya dia jatuh ke tangga dan meninggal, bertepatan sama kamu yang masuk ke raga Hazel"

"Lo gak sedih atau marah?" Tanya Hazel.

"Marah? Sama siapa?"

"Sama gua misal, gua kan udah ambil raga adik Lo" jawab Hazel.

"Nggak, buat apa gua sedih, toh mau gua nangis meraung Raung, jerit jerit, bahkan sampe gua guling guling di tanah juga adek gua gak bakal hidup lagi kan?"

"Pinter juga Lo, Lo bisa dapetin adek Lo kagak, yang ada Lo dapet gelar kesurupan reog iya, malu maluin partai Lo hahaha" tawa Hazel pecah seketika, bahkan sesekali ia mengusap air matanya yang menetes karena tertawa.

Hans menatap Hazel diam diam ia tersenyum, perasaan baru kali ini ia melihat Hazel tertawa sebebas ini.

"Kalo kamu tinggal sendiri?" Tanya Hans.

"Perasaan gua udah cerita deh, gua tinggal sendiri gak punya siapa siapa, nama belakang aja gua pilih random yang keliatan kece gua pake"

"Gua anak panti, tapi SMP gua mutusin buat tinggal sendiri dan nggak mengharapkan belas kasih orang orang, dan gua ketemu Sindy, Charli dan April"

Hazel menatap ke arah Hans yang terlibat jika wajahnya sedikit menyedihkan.

Bruk..

Hazel melempar bantal ke arah Hans.

"Jangan kasihan ke gua, kasian aja ke Joshua yang katanya lagi masuk rumah sakit jiwa"

"Hah?"

Hans terkejut.

"Iya, dia masuk rumah sakit jiwa gara gara gua meninggal" jawab Hazel santai.

"Kamu tau dari mana?" Tanya Hans.

Deg..

Ah Hazel baru menyadari jika dirinya keceplosan jika ia bilang kepada Hans, ia tau dari Hazel adiknya Hans bisa sedih.

"Nebak aja sih" alibinya.

Tangan kanan Hazel langsung menarik mangkuk berisi kuaci yang ia beli saat pulang dari rumah Sindy tadi.

"Bener, Lo, dari pada nanya yang aneh aneh mending Lo packing siap siap kan meteor seminggu lagi jatoh nya, jadi ayo gua ajak Lo keliling dunia gua, gak keliling juga sih cuma ke beberapa tempat favorit gua aja, nggak tempat yang ada di berbagai dunia juga cuma tempat di kota ini eh daerah ini, pokoknya sekitaran sini, Deket Deket sini aja, kebetulan di sekitar sini ada restoran kebab yang enak" ajak Hazel.
      
Hans mengangguk dan berdiri dari duduknya.

"Ayo kebetulan Abang lapar"

........

"Ini namanya danau Angsa, tempat paling romantis di kota ini, banyak warga dari kota lain rela relain jauh jauh kesini cuma buat liat danau Angsa ini" jelas Hazel namun Hans malah menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seolah dengan mencari sesuatu.

Bug..

Hazel menyadari sesuatu dan segera memukul bahu Hans.

"Gak usah di cari Angsanya emang gak ada, di kasih nama danau Angsa cuma karena tempatnya cantik sama estetik" kesal Hazel.

Ia kesal saat ia menjelaskan tadi bukannya mendengarkan Hans malah sibuk mencari angsa yang sudah jelas tidak ada.

"Oh gitu" Hans mengangguk sambil tersenyum canggung, ia malu untung saja tidak ada yang menyadarinya.

Dug..

Seseorang melempar sebuah bola kasti yang tanpa sengaja mengenai kepala Hazel.

"Aww" Jeritnya saat bola tersebut mengenai kepalanya.

Hans langsung mencari pemilik bola itu.

"Sorry sorry, gak sengaja" ucapnya.

"Iya" jawab Hazel.

"Gak sengaja matamu, bola yang Lo lempar kena kepala adek gua, dikira gak sakit apa kena bola gitu" kesal Hans.

"Udah lah bang" relai Hazel yang langsung menarik Hans agar menghentikan pertikaian yang mungkin saja bisa terjadi.

"Maaf ya sekali lagi, nama kamu siapa?" Tanya orang itu.

"Hazel" jawab Hazel seadanya ia masih berusaha menjauhkan kakaknya dari si pemilik bola tersebut.

"Dari?" Tanyanya.

"Queen"

Orang itu tersenyum menatap ke arah Hazel yang tubuhnya makin lama makin menjauh.





























Hay Hay Hay....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang