"Sind?" Reza menatap sindy tak percaya."Lo tauperjanjian kita kan?" Peringat Reza.
"Gua tau, tapi, gua ada di posisi yang gua gak bisa buat keputusan, gua tau gua salah Za" lirihnya.
"Senggak nya, Lo kasih tau kita dari awal, dengan Lo bawa Harvey kesini Lo udah bikin kepercayaan kita berkurang, sadar?"
Sindy diam saja.
"Pergi dari hadapan kita semua, atau mati?" Tanya Vero dengan wajah datar.
Harvey yang berada di antara mereka jelas bingung, ada apa dengan mereka dan apa apaan mereka memerintah kekasihnya.
Sindy menggelengkan kepalanya.
"Gua gak bisa pilih keduanya" tolaknya.
"Bisa, buktinya Lo berani bawa orang di luar GengC ke markas GengC tanpa kasih tau anggotanya dulu" ucap Haikal dengan wajah datar.
"Gua yang paksa dia, gua cuma gak mau pacar gua keseret sama pergaulan kalian yang mencurigakan, jadi gua paksa dia, kalo gak terpaksa kita putus" ucap Harvey.
"Okey silahkan, pintu keluarnya di sebelah sana, dan sampai jumpa" usir Reza.
Sindy membulatkan matanya tak percaya.
"Sialan" gumam Hazel yang posisinya berada jauh dari mereka.
"SAH matikan komputer"
SAH adalah AI milik Hazel yang tanpa orang lain ketahui, mungkin sindy dan April tau tentang Theo tapi Sah? Mereka tidak mengetahuinya.
.......
"Semuanya gara gara kamu vy, aku kehilangan satu satunya orang yang udah aku anggap sebagai sekeluarga sendiri, tadi aku udah jelasin ke kamu, kenapa kamu gak boleh ikut, tapi kamu maksa, ini, ini alesan aku gak mau kamu ikut" sindy berbicara tanpa menatap wajah Harvey namun Harvey jelas tau jika sindy meneteskan air matanya.
"Udah, masih ada caroline, yang bisa kamu anggap keluarga sendiri kan" hubungan dengan mengusap punggung Sindy.
Sindy menatap tak percaya ke arah Harvey.
Plak..
Sindy menampar Harvey.
"Seenak nya banget Lo ngomong gitu, denger ya, sebelum ketemu kalian, gua juga punya kehidupan sendiri, dari awal gua ketemu mereka sama awal gua ketemu Hazel gua bisa membulatkan, kalo temen temen cewe Lo itu cuma bisa nonton, Lo gak inget kemaren waktu mau camping, ada yang bela Hazel? Nggak, atau minimal sebelum sebelumnya ada yang nanya Hazel kemana, kalo mereka bener bener anggap Hazel temennya, Hazel ilang sejam aja mereka langsung sadar"
"Tapi gua bersyukur karena selama ini Hazel gak nganggep mereka temennya, termasuk kalian semua, gua bersyukur banget, dan berkat itu gua jadi tau, ini sifat Lo yang sebenernya, pecundang"
Sindy pergi begitu saja, meninggalkan Harvey yang menatapnya kosong, seketika ia teringat dengan kata kata Vero saat di kantin tadi, benar dirinya sudah ikut ikutan terlalu jauh, bahkan udah memutuskan hubungan pertemanan Sindy dan teman temannya.
"Jangan nangis kak" ucap supir taxi.
Sindy mengusap air matanya kasar.
"Masa masa remaja emang gitu, jalani aja" ucapnya.
Kring...
Kring...
Ponsel sindy berdering terus menerus namun ia mengabaikannya karena panggilan itu berasal dari Harvey.
....
Brak...
Hazel membanting pintu markas.
"Ayo kita pindah markas" ucapnya.
Ketiga temannya menatap Hazel dengan terkejut.
"Lo udah mendingan?" Tanya Reza.
Hazel mengangguk.
"Udah ayo pindah, gua udah ada tempat nih, bahaya kalo kita masih disini, bisa bisa si Harvey balik kesini" ucap Hazel dengan memasukkan barang barang ke dalam wadah.
"Lo tau?" Tanya Vero dengan wajah sedih.
"Tau, tapi kan itu konsekwensinya, dia lebih memilih hubungannya sama pacarnya dari pada hubungan kekeluargaan kita, yaudah itu kan keputusan dia, dia gitu pasti dia udah pertimbang in dengan matangkan? Kita harus hargai keputusan dia, kita gak boleh larang larang dia" ucap Hazel.
Grep..
Haikal memeluk Hazel dengan erat, diikuti yang lainya.
"Udah udah, sesek gua woy" kesal Hazel.
"Besok kita gak sekolah, kita kita selesain masalah lilith, baru abis itu kita having fun deh" usul Hazel.
"Boleh tuh, kita ke pulau gimana, ada pulau yang warna pasirnya itu pink, dan kalo malem gelombang ombaknya itu bercahaya, gitu keren pokoknya" Vero menunjukan ponselnya.
"Wah bagus, tapi harga sewa villa permalamnya mahal, gak cocok di kantong kita, vila yang lain aja" saran Haikal.
"Nih pake" Reza menyerahkan kartu kredit miliknya.
"Kita punya kartu ibu yey" Hazel mengambil kartu tersebut dengan bahagia bersuka ria.
Ingatkah kalian saat Reza di hukum oleh keluarganya karena mencemooh Hazel dulu? Akibat dari kejadian itu keluarga Hazel memutuskan untuk berhenti bekerja sama dengan keluarga Reza membuat keluarga Reza mengalami kerugian cukup banyak, namun untung saja Reza bisa membalikkan y ia memiliki uang sendiri.
Dan uang itu ia simpan di kartu yang saat ini tersimpan manis di saku baju Hazel.
"Ekhem"
Vero memecahkan suasana.
"Oh iya, okey jadi karena kita semua tau, Chloe dalang dari ini semua, dan dia juga yang nyuri senjata di perusahaan papi, jadi gimana caranya agar dia mendekat sendiri ke kita, jangan kita yang mendekat karena itu bisa bikin dia kesenengan"
"Zel, kita pake cara lama aja" usul Haikal.
"Cara lama?, Kalo pake cara lama kita nyerang langsung markasnya, yang ada kita jadi gundukan tanah pas balik" sanggah Reza.
"Gimana kita bakar aja markasnya?" Usul Vero.
"Dengan begitu kakak Lo ikut kebakar disana" ucap Hazel.
"Stop, jangan bahas ini disini, sambil berdiri pula, kita ke markas yang baru dulu, baru nyelesain ini"
"Okey gua bawa ini" Vero membawa PS.
"What the Lo bantu Hazel Bawa itu" tunjuk Haikal ke arah Hazel.
Hay Hay Hay.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel ? (End)
Science FictionPilihannya menghilang dari pandangan atau mati. Hay Hay Hay