6

1.1K 128 15
                                    


"Kamu kenal sama orang tadi?" Tanya Hans.

Saat ini mereka berdua sedang berada di restoran kebab yang Hazel janjikan kemarin.

"Nggak" Hazel menggeleng sambil memakan makanannya.

Hans diam saja menatap Hazel yang masih fokus dengan makanannya, sebenernya ia ingin mengobrol dengan adiknya ini, namun ia tidak memiliki topik jadi ia lebih memilih untuk diam saja.

"Oh iya nanti kalo bisa pake baju khusus astronot, takutnya gak ada oksigen"

Hans mengangguk.

"Gua udah selesai, Lo udah?" Tanya Hazel.

"Udah, yuk pulang" Hans berdiri dari duduknya dan menunggu Hazel untuk berjalan bersama.

"Lo beneran nganggep gua sebagai adek Lo, bukan sebagai Hazel adek Lo?" Hazel berbicara tanpa menatap Hans.

"Maksudnya?" Tanya Hans bingung.

"CK, Lo nganggep gua adik sebagai siapa, Hazelia Yolanda atau Hazel Josephine?" Kesal Hazel, ia tipikal seseorang yang tidak suka mengulang ulang perkataannya.

"Sebagai kamu, karena Hazel udah meninggal, dan kamu datang dengan semua perbedaan, ralat sedikit persamaan, jadi kalian dua orang yang beda, makanya Abang anggap kamu Hazelia sebagai adik Abang yang lainnya, kalo Hazel jelas manggil Abang itu kakak" jelas Hans, Hans tau bahkan ia sudah paham jika Hazelia tidak ingin di pandang sebagai pengganti Hazel adiknya, dan Hazelia hanya ingin dirinya di akui sebagai Hazelia bukan Hazel, mereka dua orang yang berbeda.

Diam diam Hazel tersenyum, tentu saja senyuman itu dapat di lihat oleh Hans.

Mereka berdua berjalan menuju rumah Hazel, bukan bukan karena Hans tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan tapi memang dirinya ingin menghabiskan hari hari terakhirnya di dunia yang ini bersama sang adik tercinta.

"Ngomong ngomong kamu udah maafin Abang?" Tanya Hans.

Hazel menatap Hans.

"Udahlah lupain aja, udah lama kok, lagian gua gak bakal ketemu sama mereka lagi" jawabnya.

Hazel kembali mengalihkan perhatiannya ke arah jalan.

Kali ini giliran Hans yang diam diam tersenyum penuh arti menatap Hazel.

sesampainya mereka di rumah Hazel, Hazel di kejutkan dengan adanya sebuah kotak paket, kotak berukuran sedang itu tersimpan rapi di depan pintu kamarnya.

"Dari April" gumamnya, ia segera mengangkat kotak tersebut.

Ceklek..

Hans membukakan pintu, tanpa permisi Hazel langsung masuk mendahului Hans yang masih berdiri di depan pintu.

Bruk...

Hazel meletakan kotak tersebut di karpet dan ia duduk untuk membuka kotak tersebut.

"Aaaa sayang April banyak banyak" jeritnya ketika melihat isi di dalam kotak.

Hazel langsung mengeluarkan isinya, sementara Hans ke dapur untuk membawakan minuman.

"Apa itu?" tanya Hans.

"Kalung, sama anting" jelas Hazel.

"Kenapa kotaknya sebesar itu?"

"Bukan cuma ini tapi ada beberapa benda lagi yang penting makanya kotaknya gede"

Hazel berdiri dari duduknya dan menutup semua tirai jendela rumahnya, lalu ia pergi mengambil Tesserac yang ber isi chip Aksa di kamarnya.

"Mau di buat apa?" Tanya Hans ketika melihat Hazel yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kotak ini terlalu gede, berat terus panas lama lama makanya mau di pindahin"

Hans mengangguk, ia tidak mengerti jadi lebih baik diam saja dan melihat.

Hazel memakai sarung tangan latex dan membuka Tesserac untuk di ambil chipnya, lalu memindahkannya ke dalam laptop khusus miliknya, ia akan menduplikasi Aksa.

Setelah beberapa menit, duplikasi telah selesai kini Aksa menjadi tiga, salah satu dari chip itu Hazel simpan di anting, dengan ukuran Tesseract yang kecil, sedari dulu Sindy, Hazel dan April menggunakan Tesseract sebagai tempat menyimpan chip karena ia memiliki sisa ruang untuk di simpan mikrofon dan speaker agar bisa berbicara satu sama lainnya antara si pemilik ai dan ai itu sendiri.

Jika Tesseract tersebut sudah di lapisi dengan batu fosfor yang dapat menyala di dalam gelap, karena menghantarkan energi matahari, jadi Ai tersebut dapat bekerja dengan bantuan sinar matahari dan sinyal internet tentu saja, bukan hanya dengan listrik, jika dengan listrik atau baterai akan sangat mempersulit, butuh waktu berjam jam untuk bisa di pakai, jika menggunakan sinar matahari dan sinyal internet maka ai milik Hazel dapat di gunakan dimana saja dan kapan saja, tentu saja karena sumber utama yang mereka serap adalah kedua itu.

.......

Malam pun tiba, Hazel dan Hans mengabiskan waktu dengan menonton move favorite Hazel, yakni salah satu move anime dari Jepang.

"Seru kan filmnya" bangga Hazel pada rekomendasinya.

"Lumayan, selain alur ceritanya yang menarik lagu atau backsound nya enak buat jadi playlist tidur atau buat ngelakuin aktifitas di pagi hari"

"Bener, rekomendasi gua gak pernah salah, gua suka banget sama backsound nya bahkan notasi piano aja aja gua hapal, Sakin sukanya"

Hazel membulatkan matanya, ia lupa ia malah keceplosan, bisa bermain piano adalah rahasianya, meski permainannya tidak terlalu bagus atau tidak terlalu buruk, namun ia malah keceplosan dan tanpa sengaja menyebutkan salah satu hobinya.

"Oh ya, coba Abang pengen denger"

"Gak, gak ada piano di rumah ini" tolak Hazel.

"Di gudang ada" ucap Hans.

"Gak mau, itu rahasia" Hazel segera berdiri dari duduknya dan kabur dari tempatnya duduk.

Hans yang di tinggalkan begitu saja, terdiam menatap punggung Hazel yang sudah menjauh dengan sedikit senyuman tulus.

"Gemes banget adik Abang" ucapnya sambil terkekeh geli.



















Sumber gambar dari pin.

Hay Hay Hay....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang