18

937 120 11
                                    


Hufttt..

Hoshhh...

Entah berapa kali Hazel menarik dan menghembuskan nafasnya, ia berusaha meyakinkan diri untuk masuk apa tidak kedalam bangunan itu.

"Persetan" umpatnya lalu mengambil langkah dengan cepat dan masuk kedalam bangunan tersebut.

Ia masuk dengan santai agar tidak menimbulkan kecurigaan atau tatapan tatapan aneh dari orang orang di sekitarnya.

Hazel memasuki lift lalu menekan tombol ke salah satu lantai.

Sebelum menekannya Hazel sudah menempelkan selotip terlebih dahulu untuk jaga jaga.

Ting..

Hanya ada satu ruangan di lantai ini, jadi Hazel tidak mungkin salah memasuki ruangan.

Hazel mendekati salah satu jendela dan mengintip ada yang sedang terjadi di dalam, karena keadaan ruangan yang sangat sepi.

"Separah itu?" Gumamnya saat melihat seseorang yang sedang tertidur dengan lengan baju yang terdapat noda darah.

Ia berjalan ke arah pintu yang di kunci dari luar, pintu tersebut di lengkapi dengan smart lock, Hazel memang sudah menduganya dari awal.

Hazel menempelkan selotip yang tadi ia tempelkan di tombol lift untuk membuka ruangan ini, ruangan tempat Joshua di rawat.

Ceklek...

Hazel berhasil masuk, ia berjalan ke arah Joshua yang masih tertidur.

"Kasian sih, tapi gua bukan Hazel yang di maksud" gumamnya dengan mengelus rambut Joshua.

Deg..

"Etttt kenapa nih jantung" kagetnya saat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ganteng juga" gumamnya lagi.

"Ettt astaga sadar sadar gua mikir apa sih"

Hazel melepaskan usapan di kepala Joshua ia berniat untuk kembali pulang dan menemui sindy untuk berbicara.

"Ze?" Gumam Joshua.

Hazel terdiam memikirkan bagaimana cara agar dirinya bisa pulang lebih cepat.

"Ze" panggilnya lagi dengan mengucek mata.

Joshua berharap jika Hazel yang berada di hadapannya ini bukan sekedar halusinasi.

"Ya" Hazel menoleh dan tersenyum canggung.

"Ze"

Joshua terburu buru bangun dari tidurnya, ia mendudukkan dirinya dan langsung memeluk Hazel dengan erat.

"Jangan pergi" gumamnya.

"Iya"

"Gua gak gila, jangan tinggalin gua" Joshua berbicara dengan pelan.

Namun Hazel sudah pasti dapat mendengarnya dan ia merasakan jika pundaknya basah, ah Joshua menangis.

Hazel mengusap punggung Joshua agar tenang dan tidak menangis lagi.

"Iya nggak" ucap Hazel asal.

Cukup lama Hazel membiarkan Joshua menangis ia memang sengaja tidak menghentikan tangisan Joshua, ia ingin Joshua meluapkan semuanya, semua yang salama ini ia tahan sendirian, tidak mungkin Joshua melempar benda benda tanpa sebab, Joshua hanya tidak bisa meluapkan emosinya maka dari itu ia melampiaskannya kepada barang barang terdekat.

"Udah hmm?" Tanya Hazel ketika Joshua berhenti menangis, namun nafasnya yang belum teratur dan sesenggukan yang belum berhenti membuatnya agak susah untuk berbicara.

"U... udah"

"Cuci muka ya"

Joshua mengangguk dan pergi menuju kamar mandi.

Sementara hazel ia tiba tiba merasakan pusing, ah sejujurnya ia menjenguk Joshua saat keadaannya masih sakit.

Ia harus pulang sesegera mungkin sebelum menyusahkan orang lain, ia lebih senang menyusahkan Hans yang sudah jelas menyusahkan dirinya beberapa hari kemarin.

"Arghhh gak kuat bodo amat" kesalnya saat kepalanya semakin pusing.

Ia tidak peduli dengan sekitar lagi, Hazel langsung rebahan di tempat Joshua tidur tadi.

Kedua matanya semakin memberat, mommy-nya memang benar seharusnya ia masih istirahat namun tadi pagi ia begitu memaksa ingin menjenguk Joshua sendirian.

Joshua baru saja keluar dari kamar mandi, ia melihat Hazel yang tertidur langsung berjalan mendekatinya dan kini Joshua yang mengusap rambut Hazel.

"Gua tau Lo gak mungkin meninggal lagi" gumamnya dengan tersenyum tipis.

"Dan kali ini gua gak bakal kasih Lo kesempatan buat pergi dari gua ataupun menoleh ke cowok lain"

"Lo itu milik gua Hazel, dan selamanya akan tetap begitu"

Joshua tersenyum manis dengan terus mengusap rambut Hazel.

.........

"Lo lagi Lo lagi, suka banget cari masalah" Caroline menatap lilith tidak suka.

Siang ini Lilith tidak sengaja menabrak Naendra kekasih Caroline, membuat Caroline semakin tidak suka.

"Lo suka banget nabrak orang, butuh kacamata? Mau gua beliin?"

"A..aku nggak kak, ja...jangan mentang mentang kakak anak orang berada kakak bisa seenaknya sama anak beasiswa kaya aku, aku tau ekonomi keluarga kita beda, tapi bukan berati kakak bisa bully aku sesuka hati kakak, aku manusia kak" ucapnya dengan menangis.

"Gua cuma nanya, dimana kata kata gua yang mengatakan kalo gua bully Lo? Dimana? Bagian mana? Seenaknya dimana, dan apa bawa bawa kekayaan? Gua cuma menawarkan bantuan, kenapa Lo menyalah artikan semua perkataan gua, Lo kurang paham bahasa manusia?" Ucap Caroline ketus.

Beberapa siswa siswi membenarkan perkataan caroline dan menatap cemooh kepada Lilith.

"Lilith Lilith dengan Lo merendahkan diri Lo, lo malah keliatan rendahan tau gak" ucap sala satu penghuni kantin.

























Hay Hay Hay....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang