22

914 118 21
                                    


"Biasa aja kali" sindy menatap teman temannya dengan tatapan aneh.

"Yang sindy maksud anak itu, Aksa atau Asisten Khusus Sindy Amanda, AKSA AI punya dia, tau kan artificial intelligence, kecerdasan buatan, kalo dulu gua punya Theo nah punya Sindy Aksa" jelas Hazel.

"Ohh bilang dong, jadi pada salah paham" Naendra mengangguk.

"Jadi ayo kita bakar bakar" ajak Harvey.







.....






"Ini sayang, Hazel" mami Joshua membawa seorang gadis di belakangnya.

"Hahaha, mami kira aku bodoh" tawa Joshua dengan kencang, membuat maminya dan gadis yang di bawa maminya ketakutan.

"Hazel udah kesini tadi, jadi ngapain mami bawa orang gak jelas, buat ngaku ngaku jadi Hazel"

Joshua menatap gadis tersebut dari ujung kepala hingga ujung kakinya, lalu tersenyum devil.

(Btw aku ganti namanya, aku lupa simrik apa semrik ya? Atau bukan dua duanya, aku cari di google malah gak ada, yang tau kasih tau dong)

"Joshua sayang, sadar nak sadar, Hazel itu udah nggak ada" mami Joshua berusaha mendekati anaknya.

Berusaha menyadarkan sang putra yang selalu menolak untuk sadar.

"Keluar" usirnya.

"Sayang, ini Hazel loh"

"I..iya aku Hazel kamu kok lupa" ucapnya dengan terbata bata karena takut.

"GUA BILANG KELUAR" bentak Joshua.

Mau tak mau mami Joshua dan gadis tersebut langsung keluar dari ruangan Joshua dengan terburu-buru sebelum Joshua.

"Maaf ya nak" sesal mami Joshua.

"Gak apa apa Tan" ucapnya dengan tersenyum manis.

"Cih kalo bukan demi jadi bagian keluarga ini mana mau gua berurusan sama orang gila"

Cukup lama mereka berdua terdiam di luar ruangan, untuk menunggu Joshua agar lebih tenang.

"Oh iya ngomong ngomong nama kamu siapa tadi Tante lupa nanya, tante kesenangan pas kamu bilang mau gantiin tunangan anak Tante"

"Nama saya lilith Tante" ucapnya.

"Oh iya" mami Joshua mengangguk.

"Tunggu sebentar ya, Tante mau masuk lagi kayanya Joshua udah mendingan gak marah lagi" pamit mami Joshua.

Lilith tersenyum namun senyuman tersebut langsung pudar ketika mami Joshua memasuki ruangan.

"Mau ya, anggap aja dia Hazel" bujuk mami Joshua.

"Mami gak ngerti bahasa Shua ya, Hazel itu masih hidup tadi dia kesini, terus tidur abis itu Shua telpon ziel buat jemput"

Mami Joshua mengembuskan nafasnya lalu memijit keningnya.

"Mami masih gak percaya?"

"Gimana mami mau percaya sama Shua kalo Shua aja gak mami kasi ponsel"

"Shua pake hp Hazel mi"

"Astaga Shua" mami joshua sudah mulai hilang kesabaran.

"Terus ini hp siapa, hah, ini punya Hazel, mana mungkin Shua pake hp warna pink, liat mi liat, sejak kapan hp Shua pake casing yang ada gambar beruangnya, sejak kapan Shua suka suka warna pink, ini punya Hazel, lagian kalo mami masih gak percaya mami cek cctv, satu lagi shua gak mau liat muka orang itu lagi"

Mami Joshua menatap ponsel yang sedari tadi di genggam oleh joshua.

"Jadi?" Gumam mami Joshua.

....

"Ya jadi hape gua ketinggalan di Joshua, Lo gak ngerti ngerti" kesal Hazel.

"Terus tadi Lo nelpon gua pake hape siapa?" Tanya Sindy dengan menunjuk layar ponselnya.

CK

Hazel merebut ponsel yang sedang di genggam oleh Sindy.

"Ya Ziel lah, makanya di hape Lo tertulis nomor tidak di kenal, nih udah gua nama-in" Hazel mengembalikan ponsel tersebut ke pemiliknya.

"Oh jadi gitu, kalian berdua emang sering gitu ya?" Tanya Jeno.

"Gitu gimana?" Ketus Sindy dan Hazel bersamaan.

"Oh nggak jadi" Jeno menggeleng dengan sesekali tersenyum canggung.

Melihat raut sangar dari Sindy dan Hazel membuatnya mengurungkan diri untuk bertanya.

"Okey jadi besok ada kegiatan apa kita kita?" Tanya Dillar.

"Nggak deh, gua mau balik aja, gua masih sakit jadi gua mau bobo cantik, mana ntar Senin sekolah"

"SERIUS?" tanya Caroline.

"Serius lah, ngapain gua tipu tipu, meskipun di universe gua gua dah kuliah apa udah lulus ya, gua lupa, yang jelas begitu gua masuk ke dunia ini otomatis gua balik lagi jadi bocah Senior high school"

"Enak dong Lo udah pinter" cibir Esya.

"Elah Lo pikir, gua bakalan langsung jadi pinter atau tiba tiba jadi cerdas dan tak terkalahkan, menyabet semua gelar olimpiade lah, multitalent, multitasking lah, ya nggak lah, semua manusia itu pinter di bidangnya masing masing, kaya kalo Sindy pinter di bidang teknologi ya gua kadang di bidang Sains, ada April yang perter di bidang Fisika, kita semua juga punya kekurangan" jelas Hazel.

Seketika ia teringat dengan sesuatu namun dengan cepat ia menormalkan kembali wajahnya.

"Iya juga sih bener, gak mungkin juga kalo Lo masih senior high school tapi Lo udah bisa bikin yang begitu, lah gua baru sadar" Jeno menatap tidak percaya kearah sindy dan Hazel.

"Kenapa?" Tanya Jeno.

"Kalian gak ada yang sadar, tadi di ruangan khusus punya Sindy, komputer yang mereka pake itu hologram"

"Eh iya bener, kok gak ada yang sadar ya" Harvey mengangguk setuju.




























Hay Hay Hay.....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang