Pintu rumah Sindy di buka dengan barbrarly dan tidak alay.Tidak ada yang berani berbuat seperti itu selain satu orang.
Orang yang memang sudah tidak memiliki urat malu jika sedang bersama Sindy.
"Sialan Lo, bukannya tolongin gua malah sok sok an sibuk" kesalnya.
Orang itu Hazel, ia sedang kesal saat ini, Hazel berdiri di depan pintu rumah Sindy.
Hening.
Satu kata yang menggambarkan keadaan saat ini, semuanya terdiam seolah tidak bisa berkata kata saat melihat Hazel berdiri dengan keadaan yang cukup sehat di hadapan mereka.
"Gua gak bohong, ini malem Minggu, gua mau nge date sama Harvey, iya kan yang?" Sindy mengedipkan matanya beberapa kali, mengkode agar Harvey meng iyakan ucapannya.
"Sibuk ya?" Hazel mengangguk lalu menekuk kepalanya.
"Padahal gua bawa ini, tapi yaudah lah" Hazel menunjukkan kalung yang berliontin Aksa.
Sindy terdiam beberapa saat hingga.
"ANAK GUA" jerit Sindy langsung berlari menghampiri Hazel.
"No no no, Lo sibuk" Hazel langsung menyembunyikan kalung tersebut di saku bajunya.
"Balikin"
"Lo sibuk kan, udah sana ngedate aja" usir Hazel.
"Balikin dulu anak gua" tekannya.
Hazel menggelengkan kepalanya.
"Tidak semuda itu babi" ledeknya.
Hey mereka berdua berdebat tanpa menyadari jika masih ada teman temannya disana, menatap mereka berdua dengan shock.
"Pleas anak gua ih" mohon Sindy.
"Okey okey, Lo udah tau kan paket yang gua kirim" Hazel menaik turunkan alisnya.
"CK iya iya" decak sindy.
"Nih" Hazel memberikan kalung tersebut.
Ekhem..
Dillar berusaha menyadarkan mereka berdua jika kehadiran dirinya dan teman temannya masih ada.
"Thanks, tunggu apa?"
"LO APAIN ANAK GUA HAH" jeritnya.
Hazel tersenyum manis.
Kya...
AWWW
"Lepas sakit woy"
Sindy menarik tangan Hazel dengan brutal entah apa yang akan ia lakukan nantinya, yang jelas kelakuannya tersenut membuat Hazel takut.
Tak mau kalah Hazel langsung mendorong bahu Sindy agar menjauh darinya.
"Woy pisahin, pisahin" panik Dilan.
Harvey dan Jeno langsung berlari untuk memisahkan mereka berdua, Harvey menarik sindy begitupun dengan Jeno yang menarik Hazel.
Hazel dan Sindy langsung membuang muka satu sama lain.
Mereka bingung, namun mereka tidak berani bertanya mengingat mereka adalah orang baru di kehidupan Hazel dan Sindy.
"Hazel" seru Nelly yang langsung berlari ke arah Hazel dan memeluknya dengan erat.
Tidak hanya Nelly, Esya dan Caroline juga ikut memeluknya.
"Kangen" ucap Caroline lirih.
Hazel menatap canggung mereka bertiga, bukannya apa tapi memang seingatnya ini kali pertama ia di peluk oleh orang lain selain orang orang terdekatnya.
Apa mulai saat ini Hazel harus berusaha membuka hatinya untuk orang orang in?.
Entah lah Hazel belum berpikir sampai sana.
Ekhem.
Dillar berusaha memecahkan Susana, pelukan mereka pun berakhir begitu saja.
"Selamat datang" ucap Dilan dengan canggung, tentu saja karena ia dan Hazel memang tidak se dekat itu.
"Thanks" Hazel tersenyum.
Grep..
Dillar memeluk Hazel, sekali lagi Dillar memeluk Hazel dengan erat.
"Maaf" lirihnya.
Kata yang selalu dillar ucapkan sebelum tidur, ya ia memang masih selalu merasa bersalah, hingga saat ini, ia selalu menyalahkan dirinya, jika saja dulu ia tidak menyukai Chloe mungkin semuanya akan baik baik saja hingga kini.
Itulah yang selalu membuat Dillar merasa bersalah.
Hazel mengusap punggung dillar.
"It's oke" jawabnya.
Jeno dan Harvey mengusap pucuk kepala Hazel, sementara Dilan ikut berpelukan.
CK ck Ck
Sindy memisahkan pelukan mereka.
"Jadi?" Sindy menatap Hazel dengan tatapan penuh selidik.
"Gua pecah, jadi dua bagian apa tiga ya gua lupa hehe, tapi masih aman kok"
Sindy masih menatap Hazal penuh selidik.
"Besok kan Minggu, gimana kalo kita nginep disini" usul Esya.
"Boleh tuh, kita pulang dulu, nanti balik lagi, gua bakal ajak Haikal sama Reza" ucap Jeno.
Mendengar dua nama itu, Hazel langsung tersenyum senang, ia merindukan kedua temannya itu.
"Iya suruh kesini"
...........
Setelah beberapa percakapan teman teman mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, dan akan kembali lagi nanti.
Jadi kini di rumah Sindy hanya tinggal merkea berdua saja.
"Bengkel" ajak Sindy.
Bengkel adalah sebutan Sindy dan Hazel untuk menyebutkan ruangan khusus milik Sindy.
Hazel mengambil kedua kaca pipih tersebut dan menggabungkannya menjadi satu dengan bentuk seperti dokumen, atau buku.
Tak
Bunyi tanda kedua kaca itu sudah terpasang dengan rapi.
Hazel membuka kaca tersebut seperti membuka buku lalu muncul sebuah cahaya dari pertengahan, atau tempat terpasangnya kedua kaca itu.
Dan keluarlah hologram 4d, Hazel menyimpan kaca tersebut di meja dengan posisi mendatar.
"Jadi Lo bawa tab hologram buat apa? Jangan bilang buat nyelesain proyek kita yang belum selesai itu?"
Hazel menggeleng.
"Kita buat ulang Theo, gua agak kesusahan kalo gak ada dia" jawab Hazel dengan enteng.
Hay Hay Hay...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel ? (End)
Science FictionPilihannya menghilang dari pandangan atau mati. Hay Hay Hay