15

1K 117 28
                                    


Sinar matahari mulai menusuk celah celah mata mereka, mereka berdua yang sedang tertidur di atas pohon dengan posisi terduduk, padahal baru beberapa menit sejak mereka tertidur.

Hans melihat ke bawah, dimana si anjing masih ada dan sedang tertidur juga.

Hazel menarik tasnya dan membuka dimana ada beberapa paha ayam dalam plastik.

Pluk

Hazel melemparkan satu paha ayam yang tepat mengenai kepala si anjing.

Anjing tersebut langsung bangun dan memakan paha ayam itu.

"Ah dia ngejar kita karena dia lapar, dia mau minta makan" ucap Hans.

"Tapi ini punya kita, biarin aja kasih dia satu" Hazel segera memasukkan sisa ayamnya lagi.

Hans tersenyum, Hazel seperti anak kecil saat ini, apakah ini memang sifat aslinya? Pertanyaan tersebut melintas di pikiran Hans, benar juga selama ini Hans tidak pernah melihat Hazel berprilaku seperti anak kecil, baik di kehidupan aslinya maupun di tubuh Hazel.

"Gak apa apa, kita masih ada makanan yang lain, paha ayam kasih semua ke anjing itu, dia tinggal di hutan kemungkinan anjing liar, pasti susah buat dia dapetin makanan" Hans mengelus rambut Hazel.

Hazel menoleh ke arah anjing dan ia juga merasakan hal yang sama, ia kasihan.

Kemudian ia mengambil kembali paha ayam tersebut dan turun dari pohon.

"Nih, makan semua jangan kejar kita ya njing"

Hans tersenyum, kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka, untuk mencari perkampungan terdekat.

......

Mereka sudah berjalan mengelilingi hutan sekitar 5 jam lamanya, hingga Hans baru menyadari sesuatu, ia seperti familiar dengan hutan yang saat ini sedang mereka lewati.

"Air" gumam Hazel saat dirinya mendengar suara air yang mengalir.

"Sungai, kita ikutin biasanya kalo ngikutin sungai bakal nemu perkampungan" ucap Hans.

Mereka berjalan menelusur sungai, sementara hazel ia sudah cukup lelah, bahkan ia melupakan satu hal penting, dirinya lebih lemah daripada kebanyakan orang.

"Cape Hans" keluh Hazel.

"Sama"

"Kita istirahat dulu" 

"Tanggung, kita cari perkampungan dulu"

"GUA CAPE HANS" bentak Hazel.

"BUKAN CUMA KAMU, ABANG JUGA CAPE, SAMA KITA SEMUA CAPE" tiba tiba saja Hans juga ikut tersulut emosi.

"YA TAPI KITA ISTIRAHAT DULU SEBENTAR"

"liat disana ada perkampungan, kita tinggal kesana sedikit lagi" Hans berusaha menormalkan kembali nada suaranya.

Hazel menggeleng.

"Yaudah terserah, Abang mau lanjut kalo kamu mau istirahat disini, silahkan" Hans pergi begitu saja, bukannya ia egois tapi ia sendiri sudah tidak kuat untuk menggendong Hazel.

"Fine"

Bruk..

Hazel langsung duduk di tanah sedari tadi ia sudah menahan sakit kepalanya belum lagi matanya yang memburam.

"Hai" panggil seseorang membuat Hazel menoleh ke arah orang yang memanggilnya, dengan susah payah tentu saja.

"Pa...

bruk

Hazel pingsan tanpa menyelesaikan ucapannya.

Seseorang tersebut segera mengangkat tubuh Hazel dan membawanya pergi.

Satu jam berlalu, Hans sudah sampai di perkampungan yang ia tuju, benar ada perkampungan ia duduk di salah satu warung untuk membeli minum mengingat tas berisi makanan Hazel yang bawa.

"Ini di mana ya buk?" Tanya Hans.

"kampung C, negara I sepertinya anda turis ya" ucap si ibu.

Hans mengangguk, ia ingin memastikan apakah ia dan Hazel sudah berada di dunia yang benar atau justru mereka tersesat lagi.

Tapi saat mendengar ucapan si ibu tentang nama kampung dan negara sudah menjelaskan jika kedua nama tersebut Mirip dengan nama daerah yang ada di dunianya dulu.

Hans dan ibu warung banyak berbicara, ternyata Hans berada di salah satu gunung yang sudah sering di jadikan tempat untuk hiking, maka dari itu si ibu tidak kaget saat melihatnya dan si ibu tampak biasa aja, seolah kehadirannya tidak aneh.

Tak terasa memang mereka berbicara sudah dua jam lamanya memuat Hans seketika teringat dengan Hazel.

Apa adiknya masih berada disana? Atau sedang menuju kesini, atau jangan jangan adiknya tersesat?

Pikiran pikiran buruk langsung menyerang kepala Hans.

"Hans inget adik perempuan kamu itu, lebih lemah dari kebanyakan orang, kecapean dikit bisa pingsan, kamu jaga dia ya, dia masih kecil"

Perkataan sang mami terlintas di pikirannya.

Benar jika itu Hazel adiknya tapi apakah Hazel adiknya dari universe lain juga sama? Atau lebih parah?

"Permisi buk, ini uangnya" Hans mengeluarkan uang secara acak dan langsung memberikan kepada si ibu, lalu segera pergi untuk mencari adiknya.

Seharusnya tadi ia menyetujui ucapan Hazel, seharusnya ia tidak meninggalkan Hazel sendirian, lagi lagi ia bersalah atas kejadian yang menimpa Hazel.

HAZEL

teriaknya memanggil nama sang adik.

"KAMU DIMANA, JANGAN MAIN MAIN"

"Zel"

Hans terus mencari Hazel dengan sesekali meneriaki nama sang adik namun adiknya tak kunjung di temukan.

"Zel Abang minta maaf, kamu dimana?" Ucapnya lirih bahkan kedua matanya sudah berkaca kaca.

Bruk..

Hans terjatuh ia sudah lemas, bahkan ia sudah tidak memiliki tangan lagi untuk berdiri karena kakinya yang terkilir.

"Tuan muda?" Panggil seseorang yang suaranya udah Hans kenali.

"David?"



























Hay Hay Hay...

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang