29

842 105 5
                                    


Hazel, Reza, Haikal dan Sindy sendang menatap seorang siswa dengan pandangan datar, dan aura dingin yang kuat di sekitar mereka.

"Jadi apa tujuan Lo ngikutin kita?" Tanya Haikal to the point.

Saat ini mereka berlima sedang berada di gang sempit belakang sekolah, ya setelah persetujuan tadi mereka benar benar pergi membolos.

"Pokoknya kalo gua ikut gua jamin, menguntungkan kalian" bujuknya.

Hazel dan yang lainnya saling menatap seolah olah sedang berdiskusi melalui telepati.

"Okey nama gua Vero, hanya Vero bukan Theo" ucap si pangeran berkuda putih lilith.

"Jadi stop liatin gua segitunya" ucapnya ketus.

"Terus kenapa Lo mau ikut kita?" Tanya Sindy.

Vero tidak menjawab ia hanya menunjukkan ponselnya membuat Hazel dan Sindy sedikit terkejut.

"CK ayo lah, panas" keluh Reza.

.....

"Lah tumben Sindy sama Hazel mana?" Tanya Caroline saat memasuki kelas namun tidak mendapati kedua temannya itu.

"Sindy sakit, katanya gak sekolah dan gak mau di ganggu dulu" ucap Harvey.

"Berarti kita gak bisa jenguk dong" lesu Nelly padahal ia sudah menekatkan diri untuk membolos dengan embel embel menjenguk Sindy yang sakit.

"Kalo Hazel?" Tanya Esya.

Harvey menggeleng karena ia tidak tau, dimana keberadaan Hazel.

Brak..

Pintu kelas di buka dengan sedikit barbarly, dan muncullah Joshua dan kawan kawannya, jangan lupakan jika Harvey dan Jeno sudah berteman kembali seperti sedia kala.

"Hazel mana kok jam segini belum keliatan?" Tanya Nelly kepada Joshua.

"Gak sekolah" jawab Joshua seadanya karena Hazel memang memberitahu nya seperti itu.

"Miss Anna gak masuk ada rapat jadi buat 3 jam mata pelajaran kedepan jamkos" Juki si ketua kelas masuk dengan membawa beberapa kertas lalu membagikannya kepada teman temannya.

"Kantin lah" Dillar berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pintu kelas.

"Gas lah, ngapain di kelas juga, cuma ngerjain pilihan ganda, tinggal itung kancing juga selesai" Nelly berdiri ia mengikuti Dillar.

"Kalian?" Tanya Dillar.

Mereka semua saling menatap.

"Ayo deh" ucap Jeno.

Mereka semua pergi menuju kantin sementara Juki menghela nafas dengan kelakuan teman temannya itu.

.........

"Jadi?" Tanya Sindy.

"Bukan mawar kuning sih, lebih ke Rose gold, menurut data yang gua dapet, mereka itu semacam organisasi kecil, pemilik kartel di wilayah barat, biasanya organisasi ini bergerak di dunia bawah, karena perdagangan mereka yang mengarah ke ya Lo tau lah mafia kartel itu apa" ucap Haikal.

"Bener di dunia bawah mereka terlibat jual beli ya Lo tau lah, pasti konspirasi pizzagates, bukan cuma itu mereka juga menawarkan jasa yang Lo tau lah dewasa gitu" jelas Reza.

"Terus apa hubungan mereka sama orang tua gua?" Tanya Vero.

"Sorry ver, mungkin kata kata gua sedikit nyakitin perasaan Lo, tapi orang tua Lo terlibat sama organisasi itu, kasarnya orang tua Lo tangan kanan mereka nah, ketuanya itu belum ada yang tau, dan masih gua cari tau" ucapan Haikal membuat Vero terdiam mengingat kembali kenangan nya bersama kedua orang tua dan kakak laki lakinya yang hingga saat ini hilang entah kemana.

"Tangan kanan?" Gumam Vero.

"Se-inget gua dulu, bokap nyokap jarang banget ngeluangun waktu buat kita, tapi sesibuk apapun mereka cuma gua yang gak di perhatiin, bahkan gua di anggap kaya anak tiri beda sama kakak gua yang jelas jelas anak tiri tapi di anggap kaya anak kandung" Vero masih mengingat kenangan kenangan buruk tersebut, ia sama sekali tidak sedih saat mendapat kabar kematian kedua orang tuanya, sebaliknya ia malah tersenyum melihat pemandangan itu.

"Siapa nama kakak Lo?" Tanya Haikal.

"Geo, Georgio Smith, sebenernya Smith itu nama keluarga gua cuma gua gak pake nama itu" jelas Vero.

Mereka semua yang berada disana mengangguk tanda menerka cukup tau sampai disitu, dilihat dari raut wajah Vero yang berubah ubah saat bercerita membuat mereka seakan paham jika Vero kurang menyukai cerita yang ia ceritakan.

Vero kembali menatap ponselnya dengan tersenyum, ya ponselnya yang sedang menunjukan sebuah gambar dua orang dengan tubuh yang bersimbah darah.

"Kal, kira kira tujuan mereka maling di perusahaan papi apa?" Tanya Hazel.

"2 kemungkinan" jawab Vero.

"1 karena mereka butuh alat itu, 2 mereka cuma cari gara gara doang, biar terkenal" jawaban Vero sukses membuat keempat orang itu kembali terdiam.

"Ketemu" Haikal tersenyum puas dengan hasil kerja kerasnya.


































Hay Hay Hay Hay....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang