10

1K 123 19
                                    


"Lah" April menatap cengo ke arah wormhole yang perlahan mengecil dan hampir menghilang.

Ia tidak tau harus berekspresi seperti apa saat melihat sahabatnya di bawa oleh kakaknya memasuki wormhole.

Ia sedang speechless saat ini.

Begitupun dengan Charlie yang tidak tau harus sedang atau sedih, senang karena sahabatnya memiliki keluarga yang ia diam idamkan, atau justru harus sedih karena ia tidak akan bisa bertemu dengan sahabatnya lagi.

Flashback...

"KYAAAAA..!"

Saat hendak terjun secara tiba tiba Hans menarik kaki Hazel, hingga Hazel ikut terseret ke dalam wormhole, ya itu memang rencana yang sudah ia rencanakan sejak beberapa hari yang lalu.

Dari atas April dapat melihat Hans yang memasangkan helm dan baju astronot kepada Hazel dengan sangat kesusahan karena Hazel menggunakan dress.

Flashback end..

"Yah lubangnya ilang" gumam April.

"Mungkin karena daya tariknya terlalu kuat makanya ketutup sendiri" ucap Charlie.

"Iya juga" gumam April.

"Yaudah yuk pulang" ajak Charlie.

"Yuk"



.......

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Di sisi lain saat ini ada Hazel yang sedang asik memukul tubuh kakaknya alias Hans, bisa di bilang saat ini mereka berdua sedang berada di dalam wormhole, terowongan itu tidak terlalu gelap karena ada beberapa bintang yang lumayan bersinar terang.

Setelah puas memukul Hans ia seakan baru tersadar jika saat ini mereka sedang berada di terowongan hitam yang besar, dan mereka melayang, benar dugaan Hazel jika di dalam sini tidak ada oksigen.

"Huh" Hazel terkejut saat melihat kakinya, disana ia melihat sesuatu yang tidak berdasar dan hitam, Hazel itu takut dengan laut ia langsung membayangkan jika dirinya berada di lautan lepas.

Bruk..

Dengan kuat Hazel memeluk Hans dan memejamkan kedua matanya, ia memeluk Hans dengar erat bahkan sangat erat membuat Hans cukup kesulitan.

Namun perlahan tapi pasti Hazel pun ketiduran, ia tidak tau sudah berapa jam di dalam wormhole, atau mungkin sudah berhari hari ia juga tidak tau, karena menurutnya sangat lama dan baik jam, ponsel maupun Aksa tidak dapat di akses.

Mereka semua mati total.

.......

"Nggg" Hazel memejamkan matanya beberapa kali, di sampingnya ada Hans yang sedang mengikat sesuatu.

"Eh" Hazel baru sadar jika tubuhnya tidak melayang dan hey? Bahkan ia sudah berganti baju, maksudnya ia sudah kembali mengenakan baju yang ia pakai tadi pagi yaitu deres.

Ya kalian tidak salah dengar kemarin Hazel memakai short dres di hutan, tidak terlalu pendek hanya sampai di bawah lutut.

"Kita dimana?" Tanyanya.

"Dalem sumur" jawab Hans.

"Kok bisa?"

"Gak tau Abang juga gak ngerti, bangun bangun udah ada disini, untung sumur mati" jawabnya.

"Akhirnya" ucap Hans yang berhasil menaiki 1/4 sumur.

"Sialan kenapa Lo tarik kaki gua"

Bugh ..

Bugh..

"Kan udah gua bilang gua gak bakal ikut"

Seakan belum puas Hazel kembali memukul Hans dengan brutal dan sangat barbarly.

"Aduh aduh, udah dong kan Abang udah minta maaf tadi"

Hazel diam saja ia menatap Hans dengan sengit.

"Abang ke atas duluan ya, nanti kamu injak bagian ini, dan peregangan yang kuat, nanti Abang tarik kamu ke atas, kaya di film si rambut emas yang kemarin kita Tonton paham?" Ucapnya.

Hazel mengangguk mau tak mau, Hans melanjutkan pendakian nya menuju ujung sumur.

Cukup lama hingga akhirnya Hans berhasil mencapai atas.

"Injak ya, Abang tarik" perintahnya.

Menuruti perintah Hans, Hazel langsung menginjak tali yang sudah Hans siapkan, sementara Hans ia menarik Hazel untuk sampai atas.

Hap.

Hans langsung menggapai tangan Hazel dan menariknya ke atas.

"Akhirnya kita keluar" seru Hazel dengan sedikit melompat lompat.

Begitupun Hans ia hanya tersenyum menanggapi adiknya.

"Eh tunggu dimana ini?" Tanya Hazel ketika ia melihat salah satu bangunan dengan bentuk sangat asing baginya.

"Seingat Abang, di dunia Abang gak ada bangunan kaya gitu, atau kita salah negara ya? Tapi gampang tinggal kita telpon David, asisten Abang" ucapnya, dengan santai Hans mengambil ponselnya.

"Tuh nyala cuma gak ada sinyal" Hans menunjukan ponselnya kepada Hazel.

"Iya kita di negara mana ya" gumam Hazel sambil menoleh kanan kiri seolah ia mencari petunjuk tempat dimana merkea berada saat ini.

Samar samar Hazel mendengar suara tangisan seseorang yang jaraknya tidak jauh dari mereka.

"Huaaa"

"Kenapa dia jahat sekali kepadaku" ucapnya di sela sela tangisan itu.

Hazel yang sudah kepo setengah mati pun mendekati sumber suara tersebut.

Dan benar saja ia melihat seorang gadis yang mungkin saja seumur dengannya sedang menangis di balik pohon besar.

"Lo kenapa?" Tanya Hazel to the point.

Tanpa menoleh gadis itu terdiam sebentar.

"Seseorang yang ku cintai, akan melakukan pertunangan dengan gadis lain yang dijodohkan oleh orang tuanya, besok,  padahal dia juga mencintai ku, namun ia tidak bisa menolak keputusan keluarganya" gadis itu berbicara dengan sesenggukan karena habis menangis.

Hazel mengangguk anggukan kepalanya seolah paham.

"Jadi kalian saling mencinta namun terhalang oleh restu orang tua" gumam Hazel.

"Ya kurang lebih seperti itu" ucapnya yang kini menatap Hazel.

"HAH"

Baik Hazel maupun gadis itu keduanya sama sama terkejut bukan main ketika melihat wajah mereka yang sama persis.

"Siapa Lo, kok mirip sama gua" hardik Hazel.

"Kamu yang siapa, mengapa wajahmu mirip dengan ku"

"KYAAAAA ABANG..!" Jerit Hazel lalu berlari untuk kembali ke Hans.

Merasa aneh dengan gadis yang mengajaknya bicara tadi, ia pun memutuskan untuk mengikuti Hazel.

"Apa? Kenapa? Hah? Kenapa kok lari lari gitu, ada apa?" Tanya Hans panik, ia panik ketika melihat adiknya berteriak memanggil dirinya dan memeluknya dengan erat.

"HAH?" lagi lagi seseorang yang mirip Hazel di buat terkejut saat melihat Hazel memeluk seseorang.

"Pangeran Victor?"





















Ada yang mau ikut gc ini, yang mau langsung DM yaa

Hay Hay Hay...

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang