39

727 91 10
                                    


"Arghhhh harusnya tadi gak usah masuk sekolah aja, gua kira bakal belajar, tau gitu mending lanjut tidur" keluh Haikal.

"Kalo gua seneng sih, kita sekolah terus banyak jamkos karena OSIS dan guru guru lagi persiapan pekan kreativitas siswa, terus nanti baliknya cepet, vibe nya beda tau, kaya enak aja gitu" bangga Hazel dengan menurunkan kaca mata hitam yang ia pakai, sebenarnya itu kaca mata milik ziel yang ia curi.

Bagia Hazel milik Abang abangnya juga miliknya, tapi miliknya tetap miliknya.

"Tapi ,itu tuh sama aja dengan ngotor ngotorin baju tau" kesal Haikal.

"Emang Lo suka cuci baju?" Tanya Vero.

"Ya nggak sih" Haikal tersenyum kuda.

Saat ini GengC -Sindy sedang berkumpul di kantin sekolah, sindy tidak ikut, karena ia sedang berduaan dengan Harvey.

"Si sindy penghianat" Haikal melirik Sindy dengan tajam, saat sindy dan geng Harvey berjalan bersamaan memasuki kantin.

Kadang Haikal memang seperti itu, ia tidak suka jika temannya berteman dengan orang lain, baginya temannya itu ya temannya tidak boleh berteman dengan orang lain, singkatnya ia cemburu jika temannya memiliki teman lain.

"Zelllll" panggil sindy dengan sedikit berlari.

"Huh dasar penghianat" sindir Haikal.

Reza menatap mereka dengan pasrah dengan sesekali menghembuskan nafasnya, benar benar totalitas dalam tertekan.

"Apa hah" sindy melirik Haikal dengan tajam.

"Bom bastic side eye"

"Bacot, gua mau ke Hazel minggir Lo, minggir"

Sindy mendorong dorong Vero yang memang sedang duduk di samping Hazel.

"Apa?" Tanya Hazel yang sudah penasaran.

Sindy duduk di samping Hazel dan menatap Hazel dengan dalam.

"Gua ketemu orang yang mirip banget sama Victor" ucap sindy meski ia berbicara dengan pelan, namun ketiga teman temannya dapat mendengar.

Raut wajah Hazel seketika berubah.

"Gua pergi dulu"

Setelah mengatakan itu ia benar benar pergi, bahkan ia sama sekali tidak menunggu reaksi teman temannya.

"Victor siapa?" Tanya Reza.

"Masalalu Hazel, waktu di dunia kita" jawab Sindy.

"Dunia? Maksudnya apa?" Bingung Vero.

"Maksudnya kota lama tempat mereka berdua tinggal dulu, sebelum pindah ke sini" jawab Reza.

Reza tidak memberi tahu yang sebenarnya karena akan repot nanti jika Vero bertanya lebih banyak.

"Masalalu? Mantan maksud Lo? Dia jahat sama Hazel kita? Perlu kita bantai?" Tanya Haikal beruntun.

"Nggak kok, dia baik, bahkan dia gak mungkin bisa ngelukain Hazel"

"Terus kenapa dia pegi gitu aja?" Tanya Vero.

"Hazel merasa bersalah sama si Victor, kalo denger nama Victor kadang dia suka gitu, gua kira dengan gua bilang kalo gua ketemu sama orang yang mirip, Hazel gak bakal gitu ternyata sama aja" sesal Sindy.

Mereka mengangguk paham.

"Emang mereka ada masalah apa? Dan biasanya kalo Hazel gitu nanti balik semulanya kapan?, Gini maksud gua kan kalo orang ada di masa masa terpuruk itu suka tiba tiba balik lagi kaya semula kira kira kapan?" Tanya Haikal.

Deg..

Sindy membulatkan matanya, ia tidak tau tentang itu.

"Gua gak gau" lirihnya dengan menunduk.

"Kok bisa, kalian kan temen lama, kenapa hal sekecil itu gak tau" Reza berkata dengan sedikit keras dan ketus.

Brak....

"Maksud Lo apa, ngomong pake nada gitu ke cewe gua" Harvey datang tiba tiba dengan memukul meja.

"Apaan si ni orang ikut ikutan, Lo bukan anggota GengC gak usah ikut campur deh, udah sana pergi" usir Vero.

Harvey tak terima, ia menatap Vero dengan tajam bersiap hendak memukulnya.

"Stop vy, Vero bener kamu gak usah ikut ikutan"
 
Harvey menatap kecewa ke arah Sindy.

"Dulu gua sama Hazel gak se-deket itu, gua tau tentang masa lalunya aja karena gak sengaja, dari dulu Hazel itu lebih Deket sama Charlie, bahkan April juga gak tau tentang Hazel, dan gua yakin 100% April gak tau kerjaan Hazel, di antara kita bertiga gak ada yang tau pasti Hazel kerja apa, tapi kita  tau, di antara kita Hazel yang paling banyak duit, dan soal kejadian tadi, gua juga gak tau pasti, dia kalo ngilang biasanya lama, nanti tau tau balik ceria lagi" jelas Sindy.

"Balik sekolah kumpul di markas, jangan ada yang gak kumpul, gua mau kejar Hazel dulu" Reza berdiri dari duduknya.

"Gak bakal ketemu, biasanya kalo ngilang Hazel bakal susah di hubungi"

"Gak, gua mau cari dia, dulu" Reza pergi begitu saja.

"Gua ikut" Vero ikut pergi meninggalkan Haikal, Sindy dan Harvey.

"Gua juga, inget nanti langsung ke markas"

Haikal ikut menyusul teman temannya.

"Markas?" Tanya Harvey.

"Markas GengC"




.......




"Kenapa ya" gumamnya.

Saat ini Hazel sedang berada di bengkelnya, bukan bukan apart miliknya yang tempo lalu di jadikan markas sementara, tapi apart miliknya, miliknya pribadi yang ia beli menggunakan uangnya sendiri, dan yang paling istimewa, apart ini tidak di ketahui oleh siapapun selain dirinya.

Ia sedang menatap komputernya yang terbuat dari hologram.

"Apa gua kasih tau Papi ya?" Gumamnya.

Tak mau ambil pusing ia segera berpindah tempat duduk, dan ia mulai mengaktifkan Micro Fly miliknya, ya robot dengan ukuran micro dan bisa terbang, maka dari itu Hazel menyebutnya micro Fly, yang dapat ia kendalikan dari jarak jauh untuk memantau seseorang.

Setelah menyelesaikannya Hazel menatap Langit melalui jendela.

Flashback...

"Jadilah berguna untukku, sama sepeti anak anak lainnya, karena pilihanmu hanya dua sayang" seseorang mengusap rambut Hazel kecil dengan lembut.

"Berguna untukku, atau mati sia sia seperti kakakmu, lihatlah, itu kakakmu sayang, lihat dia baik baik, kau tau cairan merah yang keluar dari tubuh kakakmu itu, dari situ asal mulanya selai stroberi favoritmu"

Hazel kecil hanya menatap sang kakak dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Aku tidak akan pernah menyukai selai stroberi lagi" ucapan yang hanya ia bisa katakan di dalam hatinya.

Hazel kecil tidak bisa berkata memalui mulutnya karena seseorang yang sedang mengusap rambutnya ini, sedang mencengkeram pipinya dengan erat.

Flashback end...

Prak....

Hazel melempar asal gelas yang berada di hadapannya.

"Itulah, itulah akibat dari tidak menjalankan perintahku, sayang"

"Ibu tidak suka dengan anak pembangkang"

"Kau tau itulah akibat dari tidak menurut dengan ibu"

"Sialan" Hazel mengetuk kepalanya dengan keras, berharap suara suara yang ia dengar cepat pergi Dan menghilang dari kepalanya.
















Hay Hay Hay....

Hazel ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang