Bab 24 - Tayo! (Tanpamu aku loyo)

30K 1.9K 64
                                    

Aku dan Brian baru selesai mandi bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan Brian baru selesai mandi bersama. Kali ini benar-benar hanya mandi karena perut kami sudah berbunyi minta diisi. Setelah mandi, kami makan bersama di kamar hotel.

“Kak.”

Panggilan dari Brian membuatku menoleh. Ada rasa tak nyaman saat mendengarnya memanggilku begitu, apa ini karena kami sudah saling menyatakan cinta? Jadi aneh didengar kalau dia memanggilku “kak”.

“Bri, bisa nggak panggilanmu ke aku diubah?”

“Bisa. Kak Au mau dipanggil apa? Sayang? Ayang? Babe? Honey? Sweet—”

“E-enggak usah yang kayak gitu,” ucapku gugup. Kalau panggilan sayangnya terlalu manis bisa membahayakan jantung. “Panggil namaku aja mulai sekarang dan buat ke depannya.”

“Oke, Au.”

Aku tersenyum mendengar caranya memanggilku. Berbeda seperti orang lain yang memanggilku Rora, sejak dia masih kecil memang terbiasa memanggilku Au, tetapi tak masalah karena aku menyukainya.

“Eh, tadi kamu manggil aku karena apa?”

“Habis makan aku mau keluar beli oleh-oleh. Kamu mau ikut nggak?”

“Oh, iya, hampir lupa kalau belum beli oleh-oleh. Aku ikut.”

Brian mengangguk.

“Kok bisa kamu inget buat beli oleh-oleh?”

“Tadi Adnan chat aku. Dia bilang, 'Jangan lupa oleh-olehnya, Kakak Ipar!’.”

Aku terkekeh melihat raut kesal Brian, sepertinya karena panggilan dari adikku. Mungkin dia tidak nyaman jika dipangil “kakak ipar” oleh teman seumurannya atau bisa jadi karena adikku sering meledeknya dengan panggilan itu.

Berganti pakaian dan bersiap-siap sebelum keluar. Aku kembali menghampiri Brian setelah merasa siap, tetapi aku agak ragu dengan pakaian yang sedang dikenakan, apakah saat ini bagus?

“Bri, penampilanku gimana?”

Brian menoleh ke arahku. Dia berdiri dari duduknya lantas mendekat padaku dan meraih pinggangku.

"Kamu terlalu cantik sampai jantungku hampir copot."

Aku memukul dadanya sambil tersenyum, sungguh sulit menahan senyum kalau sudah dipuji oleh orang yang kucintai.

“Kamu juga ganteng banget. Bisa nggak jangan terlalu ganteng?”

“Nggak bisa. Aku udah ganteng dari lahir.”

Senyumku langsung luntur. Dasar terlalu percaya diri! Kini dia malah mentertawakanku.

“Ayo berangkat, Au. Jangan cemberut.”

Mendadak kesal, aku memanyunkan bibir.

“Apa itu? Kode minta dicium, ya?”

“Enggak!” elakku lantas mendatarkan bibir.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang