Bab 26 - Jangan Pergi!

22.2K 1.8K 68
                                    

⚠️Warning! Mengandung konten dewasa! (Namanya juga pasutri baru ya, jadi banyak wleowleo gaes, wkwk🤣)

⚠️Warning! Mengandung konten dewasa! (Namanya juga pasutri baru ya, jadi banyak wleowleo gaes, wkwk🤣)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mmhhh ...”

Seperti biasa Brian tengah menagih morning kiss padaku. Sekarang tidak terasa seperti dia yang menagihnya sih karena aku juga suka. Terkadang aku yang mulai duluan, tetapi pagi ini Brian yang memulainya.

Brian melahap bibirku berulang kali, menyapukan lidahnya pada bibirku lantas menyesapnya. Aku terkesiap kaget saat dia tiba-tiba mengangkat tubuhku lantas mendudukkanku di atas meja makan.

Ya, sebenarnya kami hendak sarapan, tetapi Brian bilang dia ingin makanan pembuka. Awalnya aku bingung, tetapi kini paham apa maksudnya. Ternyata dengan menciumku.

“Udah! Entar malah nggak jadi sarapan!”

Aku menjauhkan wajah Brian lantas bergegas turun dari atas meja. Kakiku terasa seperti jelly saat baru menapak ke lantai. Ciuman Brian selalu berhasil membuatku lemas.

“Kamu mau berangkat futsal jam berapa?”

Katanya Brian ada futsal besama teman-teman kuliahnya hari ini.

“Habis sarapan langsung berangkat. Kamu mau ikut nggak?”

“Ngapain di sana? Aku nggak bisa main futsal.”

“Bukan ikut main, tapi jadi penonton aja.”

“Emangnya boleh aku ikut?”

“Boleh banget.”

Aku menimbang-nimbang sejenak. Hari Minggu ini aku tidak ada kegiatan apa pun, pekerjaanku sudah selesai semua, mau itu pekerjaan rumah tangga ataupun pekerjaan yang lain—aku kini bekerja sebagai freelance editor yang bisa bekerja dari rumah.

“Oke, aku ikut,” putusku. Daripada bosan di rumah, lebih baik ikut Brian.

Usai sarapan, Brian dengan pakaian futsalnya menyetir mobil. Aku tak henti-hentinya mencuri pandang ke arahnya. Dengan pakaian seperti itu, tubuh Brian yang kukategorikan hot benar-benar tampak. Lihatlah otot lengannya itu, sungguh menggoda.

“Kenapa?”

Pertanyaan Brian membuatku berdehem. Dia sepertinya sadar sedang diperhatikan.

“Kamu nggak mau futsal pake baju panjang aja? Kaos panjang, kemeja panjang, atau sweater panjang misalnya?”

Brian tergelak. “Mana ada futsal pake baju kayak gitu.”

Benar juga sih. Aku bertanya seperti tadi karena tak ingin Brian mengumbar otot menggodanya.

Tiba di lokasi futsal, ternyata ada adikku dan Kevin. Mereka memanggil-manggil namaku saat melihatku. Ada juga teman-teman cowok dan cewek Brian, mereka semua menatapku yang datang bersama Brian, apalagi Brian merangkulku dengan sengaja.

“Ini Aurora, istri gue,” kata Brian kepada teman-temannya.

Aku tersenyum canggung pada mereka. Sebagian dari mereka pernah kulihat hadir pada acara resepsi pernikahanku dengan Brian, tetapi sebagian yang lain baru kulihat kali ini. Mereka yang baru melihatku lantas mengenalkan diri. Aku senang karena mereka tidak memandangku seperti Rachel yang saat itu menyebalkan.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang