Bab 34 - Akhir

37.4K 1.6K 52
                                    

Warning! Mengandung konten dewasa!

Minggu pagi setelah berolahraga bersama Brian—olahraga di luar bukan di ranjang—aku berlanjut mengikuti Brian ke ruangan yang dia gunakan untuk melukis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi setelah berolahraga bersama Brian—olahraga di luar bukan di ranjang—aku berlanjut mengikuti Brian ke ruangan yang dia gunakan untuk melukis. Katanya dia mau merekam video untuk unggahan terbaru di YouTube.

Saat ini aku tengah melihat Brian melukis sambil direkam oleh kamera. Lukisannya belum selesai, tetapi hasilnya sudah bisa dipastikan akan luar biasa indah. Beberapa kali melihat Brian melukis, aku selalu kagum dengan hasilnya, imajinasi Brian benar-benar keren. Hasil akhir lukisannya pun tak dapat ditebak olehku.

Melihat Brian melukis di sini membuatku bersyukur, terutama saat mengingat kejadian satu bulan yang lalu, insiden pesawat jatuh. Mirisnya seluruh penumpang pesawat itu tidak ada yang selamat. Aku masih bersyukur Brian batal naik pesawat itu.

Mengenai sang pencopet juga sudah ditangkap oleh polisi. Saat Brian memberi tahu kabar itu, aku mengajaknya bertemu dengan sang pencopet. Aku benar-benar mengucapkan terima kasih pada pencopet itu karena berkat dia Brian terkilir dan batal naik pesawat.

“Wah!” gumamku.

Entah sudah berapa kali aku mengatakan “wah” karena kagum dengan setiap Brian melukis. Dari yang awalnya hanya membuat beberapa titik dari beberapa warna, akhirnya bisa menjadi lukisan seindah itu.

Lukisan Brian baru selesai. Itu lukisan cewek dan cowok yang sedang berciuman di bawah pohon sakura dengan pemandangan yang indah.

“Bagus banget hasilnya, Bri!”

Brian terkekeh. “Kamu mau?”

“Iya, buat aku aja.”

Belakangan ini aku menjadi pengoleksi lukisan Brian. Ruangan khusus yang tadinya berisi lukisan tentangku kini diisi dengan hasil lukisan Brian untuk konten YouTube-nya, dan semua lukisan itu Brian berikan padaku. Aku sih senang-senang saja.

Brian membereskan alat-alat melukisnya, kemudian mencuci tangan dan mengelapnya. Dia lantas mendekat padaku dan mengecup keningku. Aku balas mengecup pipinya.

“Kenapa kamu ngelukis kayak gitu, Bri?”

“Aku bayangin babymoon sama kamu pergi ke Jepang, foto bareng di bawah pohon sakura sambil ciuman.”

Membayangkan pergi ke Jepang jadi membuatku benar-benar ingin ke sana.

“Kamu nggak ada niat ngajak aku ke Jepang beneran?”

“Emang kamu mau?”

“Mau lah!”

“Oke, entar kita bicarain lagi soal itu.”

Aku bersorak girang dalam hati.

Brian mengajakku kembali ke lantai satu dan makan bersama di meja makan. Pagi ini sebenarnya kami belum sarapan, tadi setelah olahraga di luar baru makan roti dan minum susu. Ya, ‘kan belum makan nasi, jadi belum sarapan.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang