Bab 8 - Kiss in The Swimming Pool

67.6K 2.8K 15
                                    

Bab 8 sebelumnya udah di-publish tanggal 25 Februari. Tapi tadi kehapus, jadi gue publish ulang😩

Untungnya gue masih nyimpen draft-nya di laptop, kalau enggak harus ngetik ulang. Tapi kesel juga karena draft-nya belum direvisi, jadi harus direvisi dulu🤧

Vote dan komennya ilang semua. Huhu, mengsedih😭

Kumenangis~ membayangkan😭😭😭

***

Apa-apaan itu? Mengapa dia malah kabur? Apa sebenarnya dia tidak suka padaku dan menikahiku hanya untuk bertanggung jawab karena sudah pegang-pegang saat di hotel?

Kesal, aku tak menunggu Brian kembali dari kamar mandi. Usai merapikan pakaian, aku memutuskan untuk tidur lebih dulu, tentunya setelah mengambil kembali guling pembatas yang sebelumnya sempat disingkirkan oleh Brian.

Waktu terus bergulir hingga aku mengantuk, kemudian mulai memejamkan mata.

Suara alarm di ponsel berbunyi. Mataku masih enggan terbuka dan untungnya seseorang mematikan alarm itu. Mungkin mama?

Masih dengan mata terpejam, kurasakan tangan yang dingin menyentuh pipiku lalu mengelusnya dengan lembut. Apakah ini tangan mama? Namun, tidak terasa seperti tangan mama. Lagian, sejak kapan mama mengelusku saat aku tidur?

Ketika ingatan hari kemarin memasuki kepalaku, barulah kusadari kalau ini pasti tangan Brian si bocah kancut Batman. Perlahan, kubuka kedua mata. Yang pertama terlihat olehku adalah wajah tampan Brian dan senyum cerahnya yang langsung menyerang jantungku.

Gawat kalau pagi hari langsung disuguhi pemandangan cowok tampan.

“Pagi, Kak.”

Aku mengangguk singkat lalu beranjak duduk, dan kurasakan tangan Brian membantuku. Mendengar Brian memanggilku ‘kak’ membuatku merasa aneh, sebenarnya dia menganggapku kakaknya atau istrinya?

Namun, aku tidak berniat untuk protes soal panggilan hari ini, karena ingatan tadi malam memuatku mendadak kesal kepada Brian.

“Kak, hari ini—”

Sebelum Brian menyelesaikan ucapannya, aku sudah berdiri lebih dulu. Brian terlihat kaget dan menarik tanganku, namun langsung kutepis.

“Nggak usah pegang-pegang!”

Aku berseru kesal lalu berjalan cepat ke kamar mandi dan menutup pintu dengan kuat hingga menimbulkan bunyi. Sepertinya Brian akan terkejut, tetapi aku tak peduli, terlanjur bad mood gara-gara yang tadi malam.

Cukup lama berada di kamar mandi, kupikir Brian sudah keluar dari kamar. Namun, saat aku keluar dari kamar mandi, Brian menghadang langkahku. Terpaksa aku diam di tempat lalu menatap Brian.

“Kak Au marah? Maaf, aku kelepasan tadi malam, harusnya aku nggak megang Kak Au tanpa izin.”

Aku marah bukan karena itu, dasar tidak peka! Tetapi lebih tepatnya karena dia tidak menyelesaikan yang tadi malam, padahal aku penasaran kelanjutannya akan seperti apa, eh dia malah kabur.

“Kak ...”

Aku tak menggubris dan hendak melangkah ke arah lain, tetapi Brian kembali menghadangku.

“Minggir! Aku mau lewat!”

“Maaf kalau Kak Au marah, entar aku nggak lagi-lagi ngelakuin yang kayak semalem.”

Apa katanya? Tidak akan melakukannya lagi? Apa dia semenyesal itu sudah menyentuhku?

“Aku tahu Kak Au marah sama aku karena aku ngelakuin hal tadi malam tanpa izin.”

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang