Bab 18 - Kedatangan Mantan Brian

32.4K 2.1K 25
                                    

Kerja lembur bagai kuda! Mungkin itulah kalimat yang tepat untukku tadi malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kerja lembur bagai kuda! Mungkin itulah kalimat yang tepat untukku tadi malam. Namun, bukan kerja lembur untuk urusan pekerjaanku, lebih tepatnya kerja lembur bersama Brian di atas ranjang. Bagaimana bisa Brian sekuat itu? Tadi malam satu ronde saja tidak cukup untuknya. Aku sampai lemas pagi ini dan tulangku terasa seperti remuk.

Lelah, namun aku tak menunda waktu untuk bangun dari atas kasur. Mumpung Brian masih tidur, aku berniat mandi lebih dulu di kamar mandi. Kalau nantinya kami mandi bersama, aku tak yakin Brian hanya sekadar memandikanku, pasti seperti terakhir kali yang mana tangannya ke sana kemari. Kalau seperti itu, mandi tidak akan cepat selesai.

Tepat saat aku keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap, Brian bangun dari tidurnya. Dia sempat menoleh ke sana kemari. Setelah menemukan keberadaanku, Brian beranjak dari atas kasur. Aku melotot kaget melihat dia dengan santainya memakai celana di depanku.

“Kak Au udah mandi?”

“Udah.”

Brian mengangguk lantas berjalan makin dekat ke arahku. Tiba-tiba dia memelukku, menyandarkan kepalanya di pundakku.

“Makasih, Kak.”

“Buat apa?”

“Yang tadi malem.”

Mengingat kejadian tadi malam tak ayal membuat wajahku berangsur memanas. Masih saja merasa malu walaupun bukan pertama kalinya melakukan wleowleo.

“Sama-sama,” sahutku setelah terdiam cukup lama. “Kamu udah ngerasa lebih baik?”

Aku benar-benar kaget kemarin setelah mendengar cerita dari Brian tentang orang tuanya, lebih kaget lagi saat bertemu langsung di supermarket. Tak bisa kubayangkan seperti apa perasaan Brian, mungkin antara marah, sedih, tetapi juga rindu.

Aku yang mendengar cerita Brian pun merasa marah, bagaimana dengan Brian yang mengalaminya? Kasihan Brian, tega sekali orang tuanya menelantarkan anak seperti Brian!

Usai memelukku, Brian beranjak ke kamar mandi. Aku merapikan lebih dulu tempat tidur hasil pergulatan semalam. Setelah itu barulah membantu nenek di dapur.

Aku tidak menceritakan kejadian saat di supermarket kepada nenek, bisa jadi Brian tidak akan mengizinkanku. Nanti kalau Brian setuju untuk bercerita kepada nenek barulah aku lakukan.

“Ini lauknya udah mau matang semua. Kamu bisa panggil Brian dulu?”

“Oke, Nek.”

Aku meninggalkan dapur, kemudian kembali memasuki kamar. Terlihat Brian baru saja selesai menyisir rambutnya. Aku berjalan mendekat padanya.

“Ayo sarapan, Bri.”

Brian mengangguk. Bukannya keluar dari kamar, dia malah mendekat padaku lantas menunduk. Alarm bahaya langsung berbunyi di kepalaku. Dia mau apa? Tidak akan meminta untuk wleowleo lagi ‘kan? Masa sih sekarang?

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang