Bab 23 - Honeymoon Part 2

42.3K 2.1K 47
                                    

⚠️Warning! Mengandung konten dewasa!

Bab ini mengandung cabe pedas plus gula, wkwk🤣

Brian melucuti pakaianku dengan cepat, kemudian berlanjut ke pakaiannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian melucuti pakaianku dengan cepat, kemudian berlanjut ke pakaiannya sendiri. Kini kami polos tanpa sehelai benang pun. Dengan menggebu, Brian kembali mencumbuku di atas kasur. Aku membalas ciumannya dengan tak kalah semangat.

Ternyata aku merindukan kegiatan ini karena selama beberapa hari kami tak melakukannya. Aku begitu bersemangat kali ini, karena itulah terpikirkan untuk mencoba posisi yang belum pernah kucoba sebelumnya.

Aku mendorong Brian hingga dia rebah dan tautan bibir kami terlepas.

“Kenapa, Kak?” tanya Brian dengan napas terengah.

Aku tak menjawab, melainkan beranjak duduk di atas tubuhnya. Kucium kening, pipi, hidung, dan bibir Brian. Kami kembali saling melumat, membelit lidah, dan menghisap. Suara bibir kami yang beradu terdengar memenuhi kamar hotel.

Belajar dari apa yang Brian lakukan, aku berlanjut mencium lehernya. Aku tak berani membuat kissmark karena khawatirnya malah salah gigit, akhirnya hanya mencium dan menghisapnya gemas.

“Ah ... Kak ...”

Brian tak melawan atau minta ganti posisi, aku suka karena dia tampak pasrah. Aku mengarahkan tangan Brian menuju buah dadaku. Dia menurut, kemudian meremas di sana dan memelintir puncaknya.

Sementara itu ciumanku turun ke dada bidangnya, perut, hingga tiba di depan Nasar yang sudah berdiri tegak, setegak keadilan di Indonesia tanah air beta. 

Aku menelan ludah melihat Nasar, setelah itu kupegang dan kuremas hingga Brian mengerang. Aku melakukan gerakan naik turun dan memberikan pijatan di sana seperti yang pernah kulakukan saat mengurut Nasar pertama kali.

Fokusku mengurut Nasar buyar saat merasakan jari-jemari Brian hinggap di kewanitaanku. Aku berhenti mengurut Nasar saat Brian semakin intens memainkan jari-jemarinya di sana.

“Ah ... cukup, Bri!”

Aku tak mau sampai dengan jari-jemarinya. Setelah Brian menjauhkan tangannya dari bawah sana, aku memposisikan diri di depan Nasar. Kulihat Brian sejenak, dia tampak tak sabar, matanya yang menatapku tajam berkilat penuh gairah.

Desahan keluar dari mulut kami saat Nasar berhasil memasuki goa. Aku mulai menggerakkan tubuh dengan perlahan. Rasanya ... sulit dideskripsikan dengan kata-kata, tetapi yang jelas dalam posisi ini Nasar terasa semakin dalam menusukku.

“Ah!” pekikku kaget saat Brian tiba-tiba meremas buah dadaku.

Selagi aku bergerak di atas tubuhnya, dia memainkan tangannya pada buah dadaku. Tak berhenti di situ, dia berlanjut memasukkan buah dadaku ke dalam mulutnya. Aku mendesah merasakan dia menyusu padaku dan buah dada yang menganggur dimainkan dengan tangannya.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang