Bab 5 - Permintaan Mengejutkan

52.7K 3.7K 175
                                    

Desahan cabul tak bisa kutahan, terus keluar dari mulutku saat Brian dengan lihainya bermain di leherku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desahan cabul tak bisa kutahan, terus keluar dari mulutku saat Brian dengan lihainya bermain di leherku. Sedangkan tangannya kini sudah masuk ke dalam pakaianku, membelai perutku dan naik hingga bukit kembarku.

Aku melotot kaget saat Brian dengan gerakan cepat melepas pakaian atasku hingga kini hanya tersisa bra yang menutupi tubuh atasku.

Dia mengurungku di antara lengan kekarnya. Saat tangannya terangkat dan mendarat di atas bukit kembarku dan meremasnya dengan kuat, aku memekik.

“Ah!”

Entah terkejut atau apa, Brian terbelalak dengan raut kaget. Tiba-tiba dia seperti tersadarkan.

“Shit! Apa yang gue lakukan?!”

Brian menatapku dengan raut panik. Dia berdirik tegak, mengacak rambutnya sendiri sambil mengumpat berulang kali. Pandangannya kembali tertuju padaku, memancarkan tatapan penuh rasa bersalah.

“S-sorry, Kak. A-aku ...”

Ucapan Brian tak terselesaikan, dia terlihat gugup hingga bicara terbata-bata. Masih dengan tampang paniknya, dia langsung kabur begitu saja keluar dari kamarku tanpa bicara apa pun lagi.

Dasar menyebalkan! Dia kabur begitu saja tanpa membantuku kembali memakai pakaian atasku! Tetapi setidaknya aku beruntung karena dia tidak melanjutan sampai tahap pencoblosan.

Usai membenahi pakaian, aku mengurung diri di kamar. Ini adalah saat yang tepat untuk menghindar dari Brian. Cukup lama aku berada di kamar, setelah yakin kalau Brian pergi barulah aku keluar dari kamar perlahan.

“Brian udah pergi kan?”

Adnan menoleh ke arahku lalu mengangguk.

Aku menghela napas lega, kemudian beranjak duduk di sebelah adikku.

“Kenapa lo malah di kamar? Harusnya lo ikut di sini dong, kan ada Brian. Lo udah lama nggak ketemu sama dia, apa nggak kangen atau kepingin ngobrol?”

Kangen? Sejujurnya iya, aku ingin mengobrol banyak dengan Brian sambil melepas rindu. Namun, itu seandainya Brian bukanlah Batman. Setelah mengetahui Brian adalah Batman, aku tak bisa bersikap biasa saja, sok akrab dengannya seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Berulang kali aku mencoba melupakan kejadian saat di hotel, namun ternyata tidak semudah itu. Apalagi pengalaman itu adalah pertama kalinya aku mencapai kepuasan, mulut dan jari Brian sungguh jago. Memikirkannya membuat wajahku terasa panas.

“Sebenernya sih kangen dan kepingin ngobrol banyak, tapi rasanya canggung.”

“Gue paham, apalagi Brian banyak berubah. Pasti lo kaget kan? Gue awal ketemu juga kaget, sempat nggak percaya kalau itu Brian.”

Aku mengangguk. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya masuk akal jika Brian berubah banyak. Terakhir kali aku bertemu dengan Brian saat dia masih SD, dan sekarang dia sudah kuliah, wajar ada banyak perubahan. Hanya saja aku tak menyangka sekarang dia setampan dan sehot itu.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang