Prolog

69K 4.1K 150
                                    

Aku baru saja mandi usai pulang sekolah di hari pertama masuk SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku baru saja mandi usai pulang sekolah di hari pertama masuk SMA. Padahal badanku sudah wangi, wajahku sudah cantik usai pakai skincare, tetapi mamaku malah menyeretku untuk membantu membawakan beberapa barang dan makanan untuk diberikan kepada tetangga depan rumah.

Alhasil, aku kembali berkeringat karena membawa cukup banyak barang dan makanan sambil panas-panasan. Bagaimana kalau cantikku luntur?

“Ma, aku kan udah mandi.”

“Terus kenapa kalau udah mandi?”

“Entar keringatan lagi.”

“Nggak usah banyak alasan! Buruan bantu Mama bawa semuanya ke rumahnya Brian!”

Aku menggerutu di dalam hati, tetapi tak kuasa menolak permintaan dari nyonya rumah yang bahkan permintaannya sulit ditolak oleh papaku selaku tuan rumah.

Ngomong-ngomong soal Brian, dia adalah tetanggaku, bocah SD sekaligus teman adik lelakiku yang tinggal hanya bersama nenek dan kakeknya. Secara tiba-tiba Brian hendak pindah ke luar negeri karena kakeknya sakit dan akan berobat di sana, sekalian tinggal di sana.

“Eh, Rora. Ayo sini masuk.”

Nenek Brian menyapaku dengan ramah, begitu juga saat melihat mamaku masuk. Mamaku berbincang dengan nenek Brian, sementara aku meletakkan barang-barang dan makanan pemberian mama ke atas meja.

“Halo, Kak!”

Aku menatap sinis ke arah Brian yang tengah menonton televisi sambil makan kue. Lihatlah bocah itu, penggemar film Batman yang selalu memakai kancut Batman dengan kaus dalam berwarna putih.

Brian adalah anak blasteran, aku tahu dari neneknya. Katanya papanya adalah orang Eropa, entah dari negara mana aku tak tahu karena selama ini orang tua Brian tak pernah muncul. Aku tidak paham tentang orang tuanya, tetapi aku tahu kalau kakek dan neneknya sangat kaya.

Walaupun Brian bocah blasteran, tetapi jangan bayangkan dia tampan, karena tidak sama sekali. Tubuhnya kurus, pendek, dan kulitnya gelap karena sering bermain ke luar rumah hanya memakai kancut dan kaus dalam.

Hari ini juga Brian, kakeknya, dan neneknya akan pergi ke luar negeri dan menetap di sana. Aku datang sekalian untuk berpamitan kepada bocah itu.

“Kalau Brian udah besar, entar Kak Au nikah sama Brian, ya?”

Aku mendengkus kesal jika dia memanggilku “Au”. Bagaimana kalau disangka auman serigala? Panggilan yang aneh di saat orang lain memanggilku “Rora” atau “Aurora”.

“Heh, lo itu masih bocah SD, lulus aja belum. Gue anak SMA, udah masuk SMA hari ini, jadi jangan ngomong yang aneh-aneh ke gue! Dasar bocah!”

Untuk beberapa detik, aku masih bisa memasang wajah galak. Namun, di detik-detik selanjutnya, aku terbelalak saat melihat mata Brian berkaca-kaca. Bibirnya melengkung ke bawah, dia tiba-tiba cemberut lalu menangis deras, berlari ke arah neneknya yang sedang mengobrol dengan mamaku.

Aduh, gawat. Aku bisa diomel oleh mama gara-gara membuat anak orang menangis.

“Huaaa! Huhuhu! Nenek! Kak Au nakal!”

Eh? Dasar bocah tukang mengadu! Aku hanya berbicara fakta agar dia sadar realitanya.

Aku tidak nakal sama sekali, aku hanya menyadarkannya dari khayalan, karena dia terlalu sering dibacakan dongeng oleh neneknya tentang pangeran berkuda putih yang menikah dengan putri kerajaan berparas cantik.

Ya, ya, ya, aku memang cantik, dari namaku saja sudah jelas. Namaku “Aurora”, seperti nama tokoh princess. Bahkan aku merasa menjadi siswi tercantik di SMA-ku. Siapa yang bisa menyaingi kecantikanku? Tentu saja tidak ada, buktinya bocah SD sampai mengajakku menikah, berarti aku sangat cantik bukan?

Pasti di mata Brian, aku seperti putri kerajaan yang dia bayangkan dalam dongeng itu, atau dalam bayangannya aku secantik Princess Aurora. Namun, mengapa malah aku yang diajak menikah? Padahal ada banyak cewek cantik lain yang seumuran dengannya.

“Dasar bocah aneh.”

Aku tak mau kena omel, karena itulah bergegas meminta maaf kepada Brian dan neneknya, kemudian kabur dari sana dan kembali ke rumah.

Tiba di teras rumah, aku melihat adik lelakiku yang tengah bermain masak-masakan dengan pacarnya, ada juga boneka barbie yang sedang digendong selayaknya seorang anak.

“Ini lagi, adek gue lebih aneh. Masih SD udah pacaran. Ck ck ck ...”

“Apa sih, Kak? Sirik, ya?”

“Ingat, Dek. Cinta nggak selamanya indah.”

Setelah mengatakan itu, aku meninggalkan adikku yang lanjut bermain dengan pacarnya sambil menggunakan panggilan ayah bunda.

Bocah-bocah di sekitarku memang aneh semua.

***

Bocah prik! Itulah bocah-bocah di sekitar Aurora🤣

Prolog isinya flashback masa lalu dulu ya, wkwk. Biar kalian paham mereka dulu gimana. Di bab 1 baru masuk ke masa sekarang😉

Sampai jumpa di bab 1😍🙌

Bonus foto kancut Batmannya Dek Brian:

Maksud gue kancut yang kayak gitu ya, gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maksud gue kancut yang kayak gitu ya, gaes. Barangkali ada yang nggak ngerti, jadi gue taruh fotonya, wkwk🤣

Follow:
Wp: ainjae
Ig: ainjae133

1 Februari 2023

Salam sayang,
Ai

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang