Bab 32 - Pingsan!

18.8K 1.4K 53
                                    

⚠️Warning! Mengandung konten dewasa!

Aku beres-beres rumah sejenak usai dari kafe menemui Melanie, sedangkan Brian berangkat kuliah yang katanya tadi diundur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku beres-beres rumah sejenak usai dari kafe menemui Melanie, sedangkan Brian berangkat kuliah yang katanya tadi diundur.

Untuk urusan membereskan rumah, biasanya aku dan Brian membagi tugas.

Terkadang aku yang membereskan lantai satu dan Brian yang membereskan lantai dua atau sebaliknya. Sedangkan bagian luar rumah seperti taman, kolam renang, halaman depan dan halaman belakang rumah yang terdapat banyak tanaman, aku dan Brian menyewa orang lain untuk membersihkannya, tetapi tidak dibersihkan setiap hari, biasanya hanya seminggu sekali.

Sebenarnya mama menyarankanku untuk menyewa ART, tetapi aku dan Brian merasa masih bisa mengurus isi rumah berdua. Lagi pula, kalau ada orang lain, kami tidak bisa leluasa melakukan apa pun yang kami inginkan di rumah.

Lelah, aku merebahkan tubuh di atas kasur. Kantuk menyerang dan lambat laun kesadaranku menghilang.

Entah sudah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba kurasakan ada yang curi-curi kecupan di bibirku sambil tangannya menggerayangi tubuhku. Pasti Brian pelakunya.

Aku membuka mata dan menatap tajam pada Brian yang sedang tersenyum dalam jarak wajah begitu dekat denganku.

“Kuliahnya udah selese?”

“Udah.”

Aku menatap jam dinding, ternyata sudah pukul empat sore.

“Aku mau mandi dulu.”

Aku mengangguk lantas menatap Brian yang berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Cukup lama aku menunggu Brian sambil rebahan dan bermain game di ponsel Brian, tetapi suamiku itu tak kunjung keluar dari kamar mandi. Aku juga tak mendengar suara shower menyala. Apakah dia sedang berendam? Tetapi Brian bukan orang yang suka berendam apalagi di jam segini.

Penasaran, aku berjalan ke pintu kamar mandi lantas membukanya—biasa kalau mandi di kamar mandi yang ada di kamar, aku dan Brian tidak mengunci pintu, hanya menutupnya saja. Aku terbelalak melihat Brian sedang mengurut Nasar sambil mendesahkan namaku.

“Kamu ... ngapain?” tanyaku. Pertanyaan yang cukup bodoh karena jelas-jelas aku tahu dia sedang melakukan apa.

Brian menghentikan aktivitasnya dan menatapku dengan raut kaget. Dia terlihat panik dan hendak berjalan mengambil handuk, tetapi aku langsung mendekat padanya.

“Kenapa nggak minta jatah aja kalau kepingin?”

“Aku nggak mau bikin kamu capek. Sejak hamil kan kamu jadi gampang capek.”

Benar sih kalau aku mudah lelah, tetapi kalau kami melakukannya dengan perlahan dan posisinya di atas seharusnya tidak terlalu melelahkan. Namun, aku menghargai Brian yang tak memaksa minta jatah, jadi akan kuberi bonus hari ini. Kebetulan aku ingin mencoba hal baru seperti melahap Nasar, belum pernah aku melahap Nasar sebelumnya.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang