Bab 21 - Pernyataan Cinta

26.5K 1.9K 52
                                    

“Bri, aku—”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bri, aku—”

Ucapanku sontak terhenti saat Brian berjalan cepat ke arahku lantas menarikku menjauh dari Matthew. Brian menarikku ke belakang tubuhnya seolah hendak menyembunyikanku di sana.

Aku menelan ludah dengan susah payah saat merasakan atmosfer yang mencekik, baik Brian maupun Matthew saling tatap dengan sorot tajam. 

Apa yang harus kulakukan sekarang? Membawa Brian pergi, meluruskan kesalahpahaman, atau tetap di sini dan membiarkan mereka bicara? Karena sepertinya mereka hendak saling bicara.

Brian berjalan maju, mendekat ke arah Matthew. Aku terbelalak saat melihat dia tiba-tiba menarik kerah kemeja Matthew.

“Kak Au punya saya, dia udah menikah sama saya! Kak Matthew cuma masa lalunya Kak Au, dan sekarang Kak Au istri saya! Ingat itu baik-baik, dan jangan sentuh istri saya!”

Aku terdiam kaku melihat Brian yang kini berseru marah pada Matthew. Duh, padahal pelukan tadi terjadi bukan hanya salah Matthew, tetapi aku juga bersalah karena menyetujuinya.

“Ada keributan apa ini?”

Aku menoleh ke arah Bang Alfi yang datang bersama Melanie. Apakah Melanie yang memanggil Bang Alfi? Syukurlah kalau begitu.

Kulihat Brian tak merespon ucapan Bang Alfi, dia masih dalam posisinya mencengkeram kerah kemeja Matthew.

“Brian, jauhkan tanganmu dari cowok itu.”

Brian melirik ke arah Bang Alfi, dilihatnya Bang Alfi yang tengah menatapnya tajam. Akhirnya Brian menurut, menjauhkan tangannya dari Matthew dan bergerak menjauh.

“Ya, Pak,” angguk Bri pada Bang Alfi.

Brian terlihat sungkan pada Bang Alfi, mungkin karena dia merasa Bang Alfi dosennya walaupun saat ini status Bang Alfi adalah kakak iparnya.

Tanpa bicara apa pun lagi, Brian menatapku sekilas lantas berjalan pergi dari sana. Aku harus mengejarnya!

“Brian!”

Aku memanggilnya dan berjalan cepat menghampirinya sambil mengangkat gaunku agar tak terinjak. Brian terus berjalan hingga tiba di tempat yang sepi. Dengan napas terengah, aku berdiri di hadapannya.

“Bri, dengerin dulu penjelasanku. Jangan marah, ya? Aku—”

“Kak Au harus berhenti kerja di kafe!” perintah Brian tiba-tiba. “Aku bisa nafkahin Kak Au tanpa Kak Au kerja!”

Aku tertegun mendengar suaranya yang meninggi. Apakah kejadian tadi yang mendasari Brian menyuruhku berhenti bekerja di kafe milik Matthew? Sebenarnya aku ingin menolak, karena aku bekerja di sana bukan hanya untuk mencari uang tetapi juga untuk mengisi waktu luang, aku pun senang punya banyak teman baru.

Namun, aku tak ingin membuat Brian makin marah padaku, akhirnya aku mengangguk setuju. Baiklah kalau itu maunya, aku akan berhenti bekerja.

“Oke, aku bakal berhenti kerja.”

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang