Bab 30 - Aurora Diculik; Istri Kedua?

20.8K 1.5K 73
                                    

Lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah. Padahal hanya menyambut satu tamu yaitu mamaku sendiri.

Tadi saat jam makan siang, mama datang berkunjung dengan membawa banyak makanan, sayuran, dan buah-buahan. Mama juga memasak lauk-pauk cukup banyak yang katanya bagus untuk dimakan saat sedang hamil.

Cukup lama meladeni mama, akhirnya aku tepar. Kini aku merasa mudah lelah. Setelah mama pergi, aku langsung beranjak ke kamar dan rebahan.

“Brian lagi ngapain, ya?”

Aku membuka ponsel dan mencari nomor Brian, berniat meneleponnya. Kalau dia tidak mengangkatnya, mungkin sedang ada kelas. Kalau diangkat, berarti sedang tidak ada kelas.

Suara bel rumah yang berbunyi membuatku urung untuk menghubungi Brian. Siapa lagi yang datang? Apakah tamu kenalan Brian? Karena aku tak ada tamu lagi hari ini selain mama. 

Dengan lemas aku berdiri dan berjalan ke pintu rumah lantas membukanya. Bola mataku sontak membesar melihat sosok papa Brian berdiri menjulang di depanku bersama seorang pria berjas yang waktu itu aku lihat juga mendampinginya saat berkunjung ke sini.

“Ada apa Anda kemari? Brian sedang di kampus.”

“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu. Bisa ikut saya ke perusahaan? Ini penting.”

Ah, ternyata papa Brian kemari untuk menemuiku, bukan menemui Brian. Memangnya apa yang hendak dibicarakan denganku sampai aku harus ke perusahaannya? Tetapi katanya penting. Baiklah kalau begitu, aku akan ikut dengannya.

“Silakan masuk dulu. Saya ganti pakaian sebentar.”

Setelah mempersilakan mereka masuk ke rumah, aku beranjak ke kamar dan berganti baju dengan cepat. Kembali ke ruang tamu, mereka langsung mengajakku bergegas ke mobil untuk ikut ke perusahaan.

Sebenarnya aku agak heran, kalau yang dibicarakan penting bukankah bisa di sini saja? Di rumahku? Atau mungkin ada sesuatu yang hendak dia berikan padaku dan sesuatu itu berada di perusahaannya? Entahlah, yang jelas aku penasaran.

Di tengah perjalanan, baru kuingat belum mengabari Brian kalau sedang dalam perjalanan ke perusahaan papanya. Bisa saja Brian tiba-tiba pulang ke rumah dan mencariku. Sialnya, saat aku meraba-raba saku celana dan saku cardigan, ternyata aku lupa tak membawa ponsel. Aku hanya membawa dompet.

“Wah!”

Itulah satu kata yang keluar dari mulutku saat masuk ke dalam gedung perusahaan. Ternyata perusahaan ini milik papa Brian, aku pernah lewat beberapa kali di depan gedung. Sejak pertama kali bertemu papa Brian, aku memang tak pernah bertanya perusahaan apa miliknya, dan kini baru kuketahui hingga membuatku melongo.

“Silakan masuk,” kata pria yang mendampingi papa Brian, membukakan pintu ruangan padaku.

Baru melihat isinya saja sudah bisa ditebak kalau ini adalah ruangan orang yang punya kedudukan tertinggi di perusahaan, pasti ini ruangan papa Brian. Aku semakin yakin kalau ini ruangan papa Brian saat melihat pria itu duduk di kursi kebesarannya.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang