Bab 20 - Kesalahpahaman di Hari Resepsi

28.5K 2K 35
                                    

Saat aku kembali menatap Brian, dia balas menatapku dengan lekat lantas menyeringai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku kembali menatap Brian, dia balas menatapku dengan lekat lantas menyeringai. Oh, no! Apa maksudnya itu? Aku merasakan tanda bahaya seperti hendak diterkam harimau. Kini keinginanku untuk menerkamnya ciut kalau dia dalam mode seperti ini.

“Kamu ... mau ngapain?”

Aku menelan ludah dengan gugup saat Brian berjalan semakin dekat hingga tiba tepat di depanku. Dia menjulang tinggi, tetapi pandangan mataku bukannya ke wajah Brian malah penasaran turun ke bawah hingga tiba pada Nasar yang menonjol, dari jarak sedekat ini terlihat sangat jelas.

“Kak Au liatin apa?”

“Uhm ...”

Brian terus maju hingga aku rebah di atas kasur. Dia mengungkungku dengan kedua tangannya, napasku tertahan saat dia memajukan wajahnya hingga hidung kami bersentuhan. Apakah ini tanda wleowleo akan terjadi?

Tak mengejutkan bagiku saat Brian tiba-tiba memagut bibirku di saat seperti ini. Aku menutup mata lantas mulai membalas ciuman Brian. Setelah itu, Brian memindahku ke tengah kasur, dia bergegas melepas kaus pendeknya dan kembali mempertemukan bibir kami.

Aku dan Brian berlomba-lomba dalam melumat bibir, membuka mulut dan beradu lidah dengan panas dan basah. Saat tangan Brian menyusup ke dalam pakaianku, tiba-tiba terdengar suara dari luar.

“Bri! Rora! Ini Nenek bawa—ya ampun!”

Refleks, aku mendorong Brian hingga dia nyaris jatuh ke lantai. Aku dan Brian menoleh ke arah pintu kamar. Ada Nenek di sana yang sedang menatap kami dengan raut kaget. Astaga! Aku lupa kalau tadi belum menutup pintu kamar!

Aku merapikan pakaian sambil tersenyum gugup kepada nenek.

"Haha, dasar anak muda dengan gairah yang membara."

Duh, malunya!

"Semangat membuat cicit untuk Nenek, ya!”

“E-enggak gitu, Nek!”

Aku malu parah saat nenek keluar kamar dan menutup pintu sambil tertawa.

Selepas kepergian nenek, aku menatap Brian dan dia balas menatapku. Kami terdiam dengan wajah sama-sama malu. Akhirnya tak terjadi wleowleo malam ini, aku dan Brian tidur seperti biasa.

***

Di hari Minggu, aku, Brian, dan nenek sedang dalam perjalanan ke rumah orang tuaku. Sejak kejadian nenek yang memergokiku dengan Brian bercumbu di kamar, dia bilang khawatir menggangguku dan Brian, karena itulah berencana pindah ke rumah orang tuaku. Kebetulan di sana ada kamar kosong, dan orang tuaku juga senang kalau nenek pindah ke sana.

Hari inilah nenek pindahan, aku dan Brian sedang membantu. Nantinya nenek akan menempati kamar yang dulunya digunakan olehku. Sebenarnya nenek yang hendak pindah ke rumah orang tuaku atas usulan dari mama, katanya supaya mama tidak bosan jika di rumah sendirian dan punya teman mengobrol.

Marrying The Hot Berondong (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang