BIG SIN III - Eleven

485 22 6
                                    

Multimedia: Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa.

*-----*

DISCLAIMER:

PART INI AKAN MENGANDUNG BEBERAPA KATA BERBAU PORNOGRAFI.

BAGI PEMBACA, HARAP BIJAK DALAM MENANGGAPI.

TERIMAKASIH DAN SELAMAT MENIKMATI.


    Sepertinya malam ini akan sangat menyenangkan.

          Dika mengecup punggung kaki milik Zahra ketika gadis cantik itu melirik ke bawah dan menyenderkan tubuhnya pada tumpukan bantal. Dika bisa melihat gadis cantiknya tersenyum malu saat ia sedikit menjilati bagian betisnya. Sesekali, Zahra terpejam saat Dika mengemut kulit-kulit putih milik Zahra yang sedikit dihiasi dengan bulu.

Saat Dika mengecup paha dalam milik si cantik, gadis itu menarik napas panjang yang berat lantas meraih rambut Dika dan menariknya perlahan "Ahhh" suara kenikmatan itu meluncur saat Dika dengan lancang menekan lembut bagian intim Zahra dengan menggunakan jempol ketika bibirnya sibuk menggigiti paha dalam si cantik.

Semakin keras jambakan Zahra pada rambut Dika, semakin dekat pula Dika pada area intim kekasihnya. Saat Zahra terpejam menunggu, Dika justru mengangkat kepala dan melihat ke arah kekasihnya yang tampak frustasi lantas ingin segera dipenuhi "I love you" ujar si tomboy seraya menarik cepat celana dalam milik Zahra yang sudah basah.

Gadis tomboy itu kemudian menunduk untuk mencium kekasihnya dengan lembut. "Aku mencintaimu, Khumaira" bisiknya di antara ciuman mereka yang semakin dalam dan basah. "Aku tidak akan merubahnya meskipun seluruh dunia menyiksaku untuk merubahnya. Aku sungguh-sungguh mencintaimu"

Zahra bisa merasakan usapan lembut di bahunya, jemari panjang, kokoh dan berisi itu menelusuri tiap inci dari kulitnya dengan perlahan. Gadis itu tidak terburu-buru, ia seolah mengatakan bahwa cintanya tak bisa diusaikan dengan segala hal yang telah terjadi pada mereka.

"Bersamamu memang tak mudah, tapi aku tak sanggup jika tanpamu"

Zahra terenyuh.

Kalimat itu merupakan kalimat termanis dari semua kalimat yang pernah ia dengar sebelumnya. Gadis cantik itu pun menarik perlahan belakang leher milik kekasihnya dan menyatukan mereka dalam ciuman manis dan membara. Saat lidah milik Dika memasuki rongga mulutnya untuk mengabsen setiap geraham yang ada, Zahra merasakan sesuatu yang membakar di dalam dirinya. Ia menginginkan lebih dari ini.

Zahra memisahkan diri dari ciuman itu dan membiarkan Dika menghisap daun telinganya sekarang, itu terasa sangat geli dan menyenangkan. Bara di dalam tubuh Zahra semakin besar karenanya. Ciuman hangat dari bibir milik Dika semakin lama semakin menurun, gadis tomboy itu meninggalkan bekas gigitan di lehernya.

Zahra yakin bahwa setelah kegiatan menyenangkan ini selesai, tubuhnya akan dipenuhi dengan banyak tanda merah. Tapi Zahra tak memperdulikannya dan hanya melirihkan suara kenikmatan terhadap segala hal yang dilakukan si tomboy terhadapya.

"Aw" Zahra sedikit menjengat saat Dika menggigit putingnya. Meskipun terasa sedikit sakit dan perih, ia menyukainya. Tangan nakal milik Dika kemudian menangkup payudara milik Zahra yang lain. "Ukuranmu nyatanya semakin bertambah" komentar Dika sebelum akhirnya menjatuhkan ciuman di payudara milik Zahra yang satunya.

Lidah milik Dika yang lihai berdansa di atas putingnya yang semakin mengeras, dan Zahra tidak bisa berhenti untuk melenguhkan kenikmatan yang diberikan Dika padanya. Saat bibir hangat Dika turun ke pusar milik Zahra, gadis cantik itu terpejam menunggu dengan tidak sabar.

Ini dia...

Dengan perlahan namun pasti, Dika memisahkan kedua kaki milik Zahra untuk melihat area intimnya secara jelas dan seksama. Ia tak pernah begitu memperhatikan daging empuk itu se detail ini sebelumnya. Biasanya ia hanya menikmatinya dengan menciumi, menjilati atau bahkan menghisapnya. Tapi jika saja di perhatikan, itu terlihat sangat cantik seperti bunga.

Sedikit gelap dibagian luar, namun begitu merah muda ketika Dika membukanya dengan tangannya.

Dika mendekat mencium aroma khas yang keluar dari sana, itu tidak tercium seperti apapun. Dika menyukainya. Area intim milik Zahra memang selalu terawat dengan baik. Gadis tomboy itu sedikit menyentuhnya perlahan sebelum akhirnya menjatuhkan satu ciuman di sana.

"Ahhh" Dika menyeringai kecil saat ia mendengar suara desahan halus dari Zahra. Itu membuat api di dalam dirinya jadi semakin menggila dan membuat dirinya ingin melahap gadis itu dengan segera.

Karena terbawa suasana, Dika melakukannya dengan sedikit kasar dan terburu-buru. Gadis tomboy itu bahkan tidak ingat sejak kapan dua jari miliknya memasuki area intim milik si cantik, tapi jambakan di rambut si tomboy semakin lama semakin kencang.

Pinggul milik Zahra terangkat sesekali untuk mengimbangi jari milik Dika yang mulai bergerak keluar masuk dengan tempo yang teratur. Napas milik Zahra semakin lama semakin berat, ia bahkan menggigit bibirnya sesekali atau bahkan meremas spey di bawah tindihannya.

Saat Dika berhenti menjilati bagian intim si cantik, gadis tomboy itu beralih ke atas untuk menguburkan beberapa gigitan di seluruh bagian tubuh Zahra. Saat tempo yang dimainkan Dika semakin cepat, Zahra mengerang kenikmatan seraya melilitkan kakinya di pinggul milik Dika dengan kencang "Sedikit lagi" ujar si cantik dengan nada tersedak karena napasnya yang tak teratur.

Semakin Dika mempercepat temponya di bawah sana, semakin kencang pula ikatan kaki milik Zahra di pinggulnya "Ahhh. Lebih cepat" mohon Zahra saat ia membenamkan kukunya pada punggung lebar milik Dika.

Sedikit lagi...

"AHHHH!" tubuh milik Zahra menegang selama beberapa detik sebelum akhirnya rileks meskipun napasnya masih satu-dua. Gadis cantik itu tersenyum pada Dika yang menjilat dua jemari milik dirinya yang sempat berada di dalam tubuh Zahra.

Itu terlihat panas.

Dengan napas yang masih terengah, Zahra mengusap rambut milik Dika yang tampak sangat berantakan karena ulahnya "Aku mencintaimu, Mauria-ku"

Dika tersenyum kecil, ia seolah bangga dengan hasil perbuatannya. Melihat gadis cantik itu terengah-engah hanya karena dua jemarinya merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Ia menyukai kegiatan ini. Gadis itu ingin lagi dan lagi.

Zahra seolah candu baginya, tak akan ada kata cukup untuk dirinya terhadap Zahra. Ia sangat terobsesi pada wanita cantik yang tampak kelelahan itu.

Jambakan darinya, cakaran lembutnya, cara dia melihat ke bawah ketika Dika sedang melaksanakan tugasnya, saat ia menggigit bibir, cengkramannya pada sprey, cara dia menggigit jemari, saat ia mengangkat pinggul untuk menyatukan ritme dengan Dika, cara dia menengadah sambil terpejam kenikmatan dan yang paling penting dari semuanya adalah, suaranya.

Dika sangat menyukai desahan tertahan dari Zahra. Itu terdengar seperti musik merdu yang bisa membuat hatinya membuncah dan senang serta ketagihan karenanya.

Oh, betapa tergila-gilanya Dika terhadap gadis cantik yang sekarang berada di pelukannya.

Ia sangat mencintainya.

Dengan lembut, Dika merapikan rambut milik Zahra sambil sesekali mencium seluruh bagian dari wajah cantiknya yang sudah tampak mengantuk.

Jika dosa terasa semenyenangkan ini, rasanya ia tak akan pernah bisa berhenti berbuat dosa.

Tak masalah.

Hukumlah ia nanti. Tapi biarkan ia menikmati hari ini.

*-----*
Riska Pramita Tobing.

Author note: GATAU. JANGAN TANYA INI PENGALAMAN PRIBADI ATAU ENGGA.

JAWABANNYA MUNGKIN SUDAH BISA DI PREDIKSI.

TAPI KUNAON SAYA BIKIN ADEGAN PANAS DI BIG SIN??? 😭

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang