Multimedia: Kayra Nayda Putri Sagara.
*-----*
Keajaiban Laras. Hanya dengan berbicara dengan gadis cantik itu, sekarang Zahra jadi lupa akan kemarahannya pada Dika. Mereka jadi kembali berbicara terhadap satu sama lain sekarang dan itu karena tingkah konyol gadis cantik yang kini tengah mengelilingi isi rumah Dika dengan Zahra setelah gadis tomboy yang kini tengah terduduk bersama Dika itu memutuskan untuk pulang ke kediaman Dika dan beristirahat selama satu hari di sana.
"Ada kamar tamu di bawah. Kalian bisa pakai. Meskipun memang jarang dipakai, tapi kebersihannya terjamin oleh Khumaira" jelas Dika pada Kayra yang mengangguk saja saat diberitahu demikian. Gadis tomboy itu kini terduduk di samping Dika setelah melepaskan jaket yang ia kenakan, kini keduanya tengah menatap pada kekasih mereka masing-masing yang mengabaikan keduanya "Sejak kapan Laras jadi dekat seperti itu dengan Khumaira?"
Kayra melirik pelan "Sejak pertama kita ketemu. Mereka bertukar nomor telepon saat itu dan sering berbicara satu sama lain setelahnya. Kadang, aku juga heran kenapa Laras begitu tertarik terhadap Zahra yang menutup diri, padahal dia punya banyak teman di kantornya dan mereka semua menyenangkan untuk di ajak bicara. Tapi dia lebih tertarik untuk bicara dengan Zahra yang notabene cukup pendiam"
Dika terkekeh saat ia melihat Zahra mengalungkan celemek pada Laras "Gadismu menggemaskan" komentar Dika saat ia melihat Laras sudah berada dalam balutan celemek serta menggulung rambutnya dengan asal.
Kayra mengangguk "Ya, dia memang menggemaskan" aku si tomboy sebelum akhirnya menyenderkan kepala pada kursi "Aku mengincar gadis itu sejak kuliah. Dia bahkan tidak sadar kalau aku sering mengikutinya" seolah mendapatkan informasi yang penting, Dika melirik pada lawan bicaranya yang sedang memejamkan mata "Kalian satu kampus?" pertanyaan itu di angguki oleh Kayra "Tapi beda jurusan. Dia juniorku"
Dika terkekeh "Klasik sekali" komentarnya kemudian masih dengan disertai kekehan "Bagaimana denganmu? Bagaimana kamu bisa mendapatkan perempuan muslimah seperti itu? Aku bahkan kesulitan memiliki Laras yang tak begitu taat pada Tuhannya" kini, Kayra melirik pada Dika yang tengah memangku satu buah toples berisikan camilan.
Sambil mengunyah, Dika mengangkat bahu "Keberuntungan, kurasa" jawabnya kemudian.
Kayra terkekeh "Keberuntungan eh?" ulang si tomboy dengan nada mengejek.
"Ya. Aku selalu kagum terhadap Khumaira. Hanya saja, aku tidak pernah mengetahui kalau gadis itu memiliki perasaan lebih terhadapku sampai akhirnya dia tiba-tiba menciumku di toilet sekolah, haha memalukan" Kayra ikut terkekeh renyah pada sepenggal cerita dari Dika "Aku bahkan tak menyukainya seperti ini sebelumnya. Khumaira tak pernah tahu kalau aku dulu tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya dan aku hanya iba saat melihat dia menangis di atas sejadah tanpa henti. Aku tidak ingin melihat dia menangis seperti itu sehingga memutuskan untuk berkata bahwa tindakannya adalah hal yang wajar"
"That's fucked up" komentar Kayra dengan pandangan tidak percaya pada gadis disampingnya. "Butuh waktu untukku meyakinkan perasaanku sendiri pada Khumaira" sangkal Dika kemudian.
"Berapa lama?" alis milik Kayra terangkat satu saat ia bertanya demikian "Setengah tahun" balas Dika merasa bersalah dengan sikap dirinya sendiri.
"Sinting!" cemooh Kayra lagi dan lagi "Lantas hubunganmu dengannya dimulai dengan cinta bertepuk sebelah tangan?"
"Bisa dikatakan begitu"
"Gadis secantik itu" gumam Kayra dengan suara rendah seraya melirik pada Zahra yang tengah tertawa bersama Laras ketika mereka memasak bersama "Malang sekali nasibnya"
"Aku tahu" balas Dika menggunakan nada memelas "Tapi dia sekarang menjadi ratu di hatiku. Aku bahkan rela berkorban apapun demi dirinya. Bahkan keluargaku sendiri"
Kayra meringis saat mendengar perataan terakhir yang diucapkan Dika terhadapnya dengan suara bergetar "Kamu akan melepas margamu?" tebak Kayra yang langsung saja diangguki oleh Dika.
Bagaimana mungkin Kayra mengerti begitu cepat terhadap makna yang Dika sembunyikan dari perkataannya barusan? Pikir Dika dengan kekehan sarkas di dalam kepalanya "Kamu tidak mungkin bisa melakukan itu. Semua saham yang sudah kamu tanam akan hilang kalau saja kamu menghapus marga"
Dika mengurut kening. Iya itu benar.
"Aku sedang memikirkannya"
Kayra terkekeh sarkastik sekaligus menghina "Kamu tanpa margamu bukanlah apa-apa Dika. Tolong ingat itu. Kamu harus memiliki banyak uang untuk menghidupi Zahra kalau saja kamu memang berniat menikahinya dan memiliki anak dengannya. Semua saham, perusahaan, tanah dan harta bendamu atas nama Mahardika, bukan begitu? Dika mengangguk lemas sebagai pengakuan kekalahan "Kamu tak bisa melepas margamu begitu saja. Pikirkan resiko yang akan terjadi ketika kamu tak memiliki marga itu di namamu"
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Zahra sedang meringkuk di lengan Laras sekarang. Dika jadi miris terhadap dirinya sendiri dan terhadap Kayra yang sama-sama dianggurkan oleh keduanya. Sekarang, mereka tengah menonton serial netflix setelah makan malam bersama. "Kenapa kita terlihat seperti seseorang yang lajang?" Kayra mendekat pada Dika dan berbisik demikian, membuat si tomboy yang sedari tadi menatap pada kekasihnya yang sedang di elus oleh Laras itu tertawa kecil karenanya.
"Apa kamu ingin kita berpelukan seperti itu? Tidak mungkin kan?" Kayra mengangguk cepat, menyetujui apapun yang diujarkan gadis tomboy itu terhadap dirinya. Tak bisa dibayangkan jika saja keduanya saling berpelukan satu sama lain seperti Kayra dan Laras sekarang. Bukannya terlihat menggemaskan, mereka pasti akan terlihat menggelikan.
"Berapa usiamu sekarang?" Dika melirik cepat pada Kayra "20" balas gadis tomboy itu. "Masih muda. Kenapa kamu terburu-buru untuk menikah?"
"Sebenarnya aku tidak terburu-buru. Hanya saja, terkadang aku terlalu bersemangat untuk sesuatu hal"
"Tapi kamu bersungguh-sungguh saat ingin menikahinya kan?"
Dika mengangguk pelan "Ya, aku bahkan sudah mempersiapkan uang pernikahan sejak sekarang. Untuk berjaga-jaga jika saja aku melepas margaku suatu saat"
"Bagaimana dengan biaya setelah pernikahan?"
"Aku yakin aku bisa mengaturnya. Aku punya bisnis dan investasi dengan namaku sendiri"
"Bisnis itu naik turun, Dika. Jangan naif. Kamu bisa saja hancur setelah pernikahan kalau saja kamu tidak memiliki jaminan"
Dika mengangguk mengiyakan "Ya, aku sadar. Itu dia yang sedang membuatku kesulitan sekarang. Aku juga tidak mungkin melepaskan marga begitu saja. Prosesnya pasti terlalu lama dan melelahkan, bukan hanya sebelum bahkan sesudahnya pun pasti begitu"
Keduanya melepas napas berat bersamaan "Perbaikilah hubunganmu dengan orangtuamu. Bicarakan baik-baik. Aku yakin pasti ada jalan keluar yang baik di antara kalian"
"Kuharap juga begitu" gumam si tomboy sedikit berangan-angan. "Bagaimana denganmu? Apa kau akan menikah dalam waktu dekat?" pertanyaan dari Dika langsung diberi gelengan oleh gadis tomboy di sampingnya yang kini tengah menyesap cola "Usiaku masih 26, aku masih belum matang untuk memikirkan pernikahan. Lagipun, Laras masih ingin bersenang-senang di usianya yang masih belia. Aku tidak akan terburu-buru"
"Bukankah kalian masih bisa bersenang-senang bahkan meskipun setelah pernikahan?"
"Ya, harusnya begitu. Lagipula aku tidak begitu berencana untuk memiliki keturunan. Tapi Laras pernah berkata padaku kalau dia memang mau dan tidak keberatan menjadi seorang Ibu" gadis tomboy itu kini mengerutkan kening sesaat "Tapi jadi orangtua itu pekerjaan yang tidak akan berhenti. Ketika kamu memutuskan untuk memiliki anak, kamu tak bisa mengambil istirahat dari anakmu"
Dika terkekeh "Sial! Kau benar" mereka tertawa setelahnya "Tapi, membayangkan Khumaira dalam bentuk mini pasti sangat menggemaskan"
"Jangan naif. Kamu bahkan tak ingin menjadi orangtua. Kamu hanya ingin memiliki Zahra versi mini"
"Haha ya. Jadi orangtua bukanlah hal mudah. Mungkin aku akan memikirkannya kembali"
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Author Note: Loh? Kok malah di hasut nggak bener sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Подростковая литература"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.