Multimedia: Qirani Azzahra Mahardika. Anak yang lahir dengan sendok perak di mulutnya.
*-----*
Tengah malam yang biasanya terasa nyaman dan tentram untuk beristirahat tak lagi sama semenjak kehadiran Qirani Azzahra Mahardika ke dunia. Lihat saja bocah kecil itu yang tengah menangis karena buang air besar pukul satu dini hari sampai membuat kedua Ibunya harus ikut-ikutan terjaga karena tangis kencangnya.
Dika menarik napas panjang sambil mengambil diapers yang baru disaat Zahra sedang membersihkan bokong bocah itu yang penuh dengan kotoran "Harus banget jam segini ya nak?" protes Dika saat Zahra menyerahkan diapers yang kotor.
Dika menerimanya dan memasukkan kedalam keresek sebelum akhirnya ia membuangnya ke tong sampah "Qiran nggak tahu kah Mama habis dimarahin Kakek sampai tengah malem dan baru tidur satu jam?" ujar gadis itu masih memprotes meski kini ia menciumi anaknya yang sudah bersih dan tengah menyusu pada Ibunya.
Zahra terkekeh karena sesekali gadis tomboy itu bertingkah nakal dan bukan hanya mencium pipi putrinya tapi juga mencium payudaranya yang sedang di hisap "Jangan nakal. Kasihan Qiran lagi enak mimi" ujar Zahra sedikit mendorong Dika yang masih saja menciumi putrinya dan payudara Zahra.
Meskipun manyun, Dika tetap menurut saja pada dorongan lembut Zahra di keningnya "Qiran pasti belajar hisapnya dari Mama ya? Kok jago banget nak?"
"YAAMPUN MAURIA MAHARDIKA SADEWA!"
"Buahahahaha"
*--*
Pakaian kotor menumpuk, Dika mendengus sedikit saat melihat kebanyakan dari pakaian adalah kaus mini milik anaknya. Bocah itu bisa mengganti pakaian sampai 10 kali dalam satu hari dan itu dia alasan kenapa pegawai dari tempat binatu langganannya sering bolak-balik ke rumah mereka untuk menjemput pakaian kotor atau mengantarkan pakaian yang sudah bersih.
Biasanya, pegawai binatu langganan mereka hanya akan datang seminggu sekali untuk mengambil pakaian kotor sebelum akhirnya mengembalikannya dua hari kemudian setelah selesai. Tapi sekarang, gadis tomboy itu bahkan sudah bosan mendengar ketukan di pintu hanya untuk mendapati seorang lelaki dengan disertai tumpukan pakaian beraroma segar di tangannya.
"Langsung simpan di ruang keluarga kan Mbak?" ujar pengantar pakaian yang baru saja sampai. Dika mengangguk saja untuk menjawab dan mempersilahkan lelaki yang usianya sekitar dua puluhan itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Dika mendecak kecil saat ia melihat ruang keluarganya dipenuhi dengan pakaian bayi yang belum ditata. Sepertinya ia membutuhkan asisten rumah tangga.
"Mbak, ini notanya" ujar lelaki tadi yang sudah merapikan beberapa tumpukan pakaian serta menyerahkan satu kertas berwarna merah muda.
Dika menggigit bibir sesaat "Nanti saya transfer seperti biasa ya Mas. Besok tolong datang lagi ke sini untuk menjemput pakaian lain" lelaki itu mengangguk hormat lantas pergi dari hadapan Dika meninggalkan gadis itu diantara tumpukan pakaian.
Padahal ini hari minggu. Dika ingin sekali beristirahat dari segala kegiatan termasuk kegiatan seperti ini. Tapi apalah daya? Ia tak bisa melakukan apa-apa selain melaksanakan kegiatan ini agar ia bisa beristirahat.
Mellihat Zahra yang tengah memangku bocah kecil sambil menggumamkan sesuatu membuat hati Dika menghangat seketika, nyatanya obat dari segala lelah hanyalah mereka berdua.
"Kerepotan ya, Ma?" ujar Zahra seraya mendekat pada Istrinya. Dika menggeleng kecil saat merapikan pakaian ke dalam lemari kecil berwarna cream "Qiran sudah tidur bu?" Zahra mengangguk mengiyakan sambil memperlihatkan putri mereka pada Dika yang langsung tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Novela Juvenil"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.