BIG SIN III - Bonus III

423 15 5
                                    

Multimedia: Mama Mauria.

*-----*

          Kediaman Mahardika yang awalnya ditata dengan rapi dan didominasi oleh warna gelap sekarang sudah dipenuhi dengan berbagai warna ceria serta mainan-mainan yang berserakan dimana-mana. Adalah Qirani penyebab dari semua hal yang terjadi di kediaman ini.

Gadis kecil yang sudah mulai bisa tengkurap itu menyukai berbagai hal yang bersuara lucu serta bersinar. Salah satu mainan paforitnya adalah bebek berwarna kuning yang akan mengeluarkan suara ketika bocah itu memasukannya kedalam mulut dan menggigitnya dengan gusi yang tak bergigi. Tawanya pasti membeludak ketika ia mendengar suara menggemaskannya.

Kediaman keluarga Mahardika yang awalnya hanya diisi perabotan minimalis pun sekarang sudah mulai diisi dengan berbagai benda-benda lucu. Lihatlah pojok ruangan di dekat televisi yang menggantung. Disana terdapat pojok mainan khusus untuk Qiran dan itu dipenuhi dengan berbagai macam benda yang berkilauan.

Tak jauh dari sana, terdapat sebuah gantungan yang dihiasi dengan berbagai macam ornamen dengan segala bentuk serta warna untuk menemani Qiran ketika ia sedang terlentang di atas kasur kecil yang diletakkan di dalam kotak khusus untuk ia bermain.

Zahra tak lelah melihat perkembangan putrinya yang terkesan sungguh cepat. Meskipun terkadang ia menangis malam hari karena takut putrinya akan segera dewasa dan di pinang oleh seseorang lantas meninggalkan Zahra dengan Dika.

Beda halnya dengan Dika yang justru tak sabar ingin melihat anaknya berlari lantas menemaninya jogging pagi atau berenang dengannya.

Baik bagi Dika maupun Zahra, perkembangan Qiran adalah segalanya untuk mereka. Tak seharipun mereka bisa jauh dari bocah kecil itu. Bahkan Dika pernah pulang saat istirahat makan siang hanya karena ingin melihat putrinya yang sedang tertidur lelap.

Semenjak keharidan Qiran, Zahra tak lagi bekerja, ia hanya ingin fokus membesarkan dan merawat putrinya dan Dika mendukung itu sepenuhnya. Meskipun terkadang Zahra datang ke perusahaan Dika bersama dengan bocah kecil di pangkuannya hanya untuk mengobati rindu dengan pegawai-pegawai kantor yang lainnya.

Suara gemercing dari mainan yang tengah di genggam Qiran terus-terusan terdengar di kedua gendang telinga Zahra, bocah itu sesekali tertawa kecil atau bahkan memanyunkan bibir mungilnya yang tak jarang basah karena air liur. Bocah itu sedang bermain dengan Dika yang hari ini libur karena baru sampai dari luar kota.

Selama tiga hari kebelakang, Dika menjalankan perjalanan bisnis ke Jawa Timur untuk pengecekan kebun karetnya di sana. Ia pulang dengan keadaan demam sehingga tak mampu berdekatan dengan putrinya selama dua hari sebelum akhirnya ia membaik hari ini. Awalnya, Zahra mengira kalau Dika akan segera berangkat bekerja ketika ia bangun jam lima pagi. Nyatanya, wanita tomboy yang kini tengah ikut-ikutan terkekeh dengan Qiran itu justru ingin mengambil cuti dengan alasan rindu bermain dengan putri sematawayangnya.

"Ade mau mandi dulu Ma, sudah jam delapan ini" ujar Zahra mendekat pada dua gadis yang meratui hatinya "Ibu udah mandi?" tanya Dika balik pada Zahra yang tampak masih mengenakan baju daster.

Zahra mengangguk "Ibu udah mandi tadi setelah solat subuh kok. Emangnya Adek sama Mama, huuu belum mandi jam segini"

Dika terkekeh lantas terduduk dan menarik Zahra agar ia duduk disampingnya. Dengan perlahan, Dika menarik rambut Zahra yang tergulung rapi sebelum akhirnya gadis tomboy itu menghirup aroma segar darinya.

"Mauria..." bisik Zahra memperingati istrinya yang sudah menatap ia dengan pandangan 'ingin'.

Dika terkekeh kecil, ia rindu Khumaira memanggilnya begitu, apalagi mendengar wanita cantik itu meneriakkan namanya sambil membenamkan kuku-kukunya di punggung Dika ketika mereka bercinta.

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang