Multimedia: Khumaira Azzahra.
*-----*
Di tengah suasana yang cukup ramai dan di antara hiruk-pikuknya manusia yang tengah berlulu-lalang, Dika memeluk Zahra yang sedang menangis di lorong kampus. Gadis itu gagal dalam salah satu mata ujian sehingga ia bersedih hati seperti ini semenjak pengumumam nilai beberapa saat yang lalu. Jujur saja, Dika bahkan tidak peduli kalau dia lulus atau tidak dalam ujian, tapi ia benar-benar mendapatkan nilai sempurna sementara kekasihnya tersungkur dan tidak lulus di salah satu ujian mata kuliah.
Gadis itu tengah bersembunyi di antara lengan Dika sekarang, ia terus terisak meskipun ia hanya kurang beberapa poin saja. "Tak apa, kamu bisa mengulangnya esok" ujar Dika berusaha menenangkan kekasihnya yang terus-terusan terisak seperti bocah berusia sepuluh tahun yang terjatuh dari sepeda.
Zahra menggeleng kecil "Tadinya aku mau jalan-jalan ke puncak bareng Mbak Laras besok. Tapi aku malah harus remidial ketika orang lain sudah mulai menikmati masa libur, hiks" ia masih terisak kecil di antara ucapannya. Hidung mancung milik Zahra sekarang memerah karena terlalu banyak di usap sedangkan kedua matanya masih saja dipenuhi dengan air "Ke puncak? Kenapa nggak ngasih tahu aku?" Dika mengerutkan kening tidak suka seraya mengusap air mata yang menganak sungai sampai ke pipi tembam kekasihnya.
Zahra menggeleng kecil "Gak di ajak. cuma aku sama Mbak Laras aja yang berangkat" ujarnya seperti bocah membuat Dika cemberut kecil pada gadisnya "Kenapa nggak diajak?" kini, gadis tomboy itu bertingkah seperti bocah pula untuk menghibur gadis yang masih saja sesekali terisak "Ya gapapa. Aku kan sesekali pengen keluar tanpa kamu" balas Zahra seraya terduduk tegap setelah ia selesai menangis. Ada jejak air mata yang terlihat di pakaian mahal Dika sekarang dan gadis cantik itu terkekeh karenanya.
Pakaian mahal berharga ratusan ribu itu dipakai tisu olehnya, tapi Dika tak perduli dengan itu.
"Siapa yang mengemudi kesana?" Zahra melirik pada gadis tomboy itu tidak percaya "Kamu nggakpapa aku pergi berdua sama Mbak Laras?" Dika tersenyum saja saat melihat iris mata milik Zahra masih menampakkan ekspesi yang sama semenjak pertama kali mereka bertemu, itu dipenuhi dengan perasaan kasih dan sayang, membuat hati Dika menghangat setiap saatnya.
"Tak apa. Kamu berhak mendapatkan kebebasan untuk pergi dengan siapapun. Aku percaya sama kamu" kini, senyum Zahra tercetak lebar di bibirnya yang merah merona, matanya yang sedari tadi dipenuhi dengan air pertanda kesedihan kini berbinar penuh kebahagiaan "Mbak Laras yang mengemudi. Tenang, dia sudah lolos tes dan punya surat izin, jadi kamu nggak perlu khawatir" si cantik memberikan informasi sebelum melanjutkan dengan nada geli "Tapi mau minta uang jajan" tangan si cantik kini terulur ke depan, ia kemudian terkekeh saat Dika memberikan dompet dan seluruh isinya begitu saja tanpa berpikir "Pakai secukupnya. Jangan jajan terus" dengan itu, Zahra menghormat "Siap bos!" Dika menggeleng gemas, ada-ada saja kelakuan gadis ini.
Saat Zahra membuka isi dompet Dika, tak terdapat selembar uang pun di sana, itu hanya dipenuhi dengan kartu-kartu yang tak dipahami oleh Zahra "Nih, gajadi" Zahra mengembalikan dompet sambil cemberut. "Loh? Kenapa? Bukannya tadi minta uang jajan?" alis si tomboy kini terangkat karena heran "Gaada uangnya" karena itu, Dika terbahak sekarag.
"Hahaha Khumairaaaa" ia masih saja tertawa gali karena kepolosan Zahra "Kalau saja kamu ambil ATMku satu, kamu bisa jajan seisi al-famart kalau kamu mau. Seluruh uangku di sana dan kamu mengembalikannya begitu saja. Yaampun, kenapa kamu begitu menggemaskan?"
"Aku nggak ngerti cara pakai ATM" aku Zahra yang cemberut karena si tomboy masih saja tertawa karenanya "Tinggal gesek sayaang. Mau di ambil atau enggak?" Zahra menggeleng "Mau pakai uang, gamau pakai ATM. Takut hilang" setelah lelah tertawa, Dika kemudian merogoh isi kantong celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu.
Gila, pikir Zahra. Siapa yang mengantongi uang beratus-ratus ribu di celananya?
"Cuma ada enam ratus. Cukup?"
"CUMA KAMU BILANG??? INI TERLALU BANYAK!" Zahra menggeramkan teriakannya di kerongkongan karena kesal.
Dika mengangkat bahu enteng "Berarti cukup. Yasudah ambilah. Bersenang-senanglah di sana. Anggap saja sebagai perayaan setelah lulus ujian meskipun kamu harus remidial"
"Dasar manusia yang lahir dengan sendok perak di mulutnya" gerutu Zahra membuat Dika terkekeh saja karena gemas terhadap perlakuan kekasihnya. "Anak kita juga akan lahir dengan sendok perak di mulutnya, dan kamu akan mendapatkan berlian sebagai gantinya" dengan nakal, Dika mencium pipi milik si cantik sebelum akhirnya berlari menjauh dari Zahra yang masih terdiam mematung karena Dika baru saja menciumnya di tempat umum.
"Mauriaaaaaaa"
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Embun tebal serta cuaca yang begitu menyegarkan membuat kaca jendela dari mobil yang dikendarai oleh Zahra dan Laras itu terhalang karenanya. Laras mengemudi dengan perlahan dan apik, gadis cantik yang tengah terduduk menatap pada jalanan yang tak begitu padat itu mengenakan pakaian tebal persis seperti Zahra yang melapisi tubuhnya menggunakan jaket serta selimut bercorak bebek berwarna kuning milik Laras.
Sudah semenjak pukul lima pagi keduanya berangkat dari kediaman menuju ke puncak terdekat, dan sebentar lagi mereka akan sampai di tempat tujuan. Setelah menghabiskan dua hari libur dengan merefisi kesalahan ujian di kampus, akhirnya Zahra bisa berlibur dengan gadis yang mengajaknya quality time semenjak terakhir kali keduanya bertemu.
Tak begitu lama dari jalan yang sedari tadi menanjak, akhirnya tempat yang mereka tuju terlihat. Sebuah tanah lapang dipenuhi dengan bangunan cantik yang di design menyerupai rumah adat dengan berbagai macam dekorasi serta wahana-wahana ciamik yang mampu menggelitik hati Zahra sampai gadis itu merasa bersemangat secara tiba-tiba. "Cantik sekali. Mbak tahu tempat ini dari mana?"
"Teman-teman di kantor. Aku sudah menyangka kamu akan menyukainya. Yasudah, ayo kita nikmati hari ini"
*--*
Zahra termenung saat ia melihat biaya yang diperlukan untuk masuk ke tempat yang baru saja ia injak parkirannya. Dibutuhkan sampai dua ratus lima puluh ribu rupiah untuk mengakses semua tempat dan uang di dalam dompet Zahra hanya enam ratus ribu. Tadinya, gadis itu akan membelikan Laras sesuatu dari dalam tapi saat ia melihat harga yang begitu menjulang tinggi seperti ini, ia bahkan tidak yakin kalau dirinya bisa membeli sesuatu untuk dirinya sendiri.
"Kenapa diam?" ujar Laras saat ia melihat Zahra sedang merogoh tas kecilnya "Aku bayarin ya. Kamu kan belum kerja, jadi pasti belum dapat uang" ia berucap dengan mudah sebelum akhirnya mengeluarkan kartu ATM miliknya.
"Eh. Eh! Tunggu! Aku bawa uang kok Mbak"
"Terlambat" si cantik menjulurkan lidah sebagai bentuk candaan "Jangan merasa bersalah. Aku juga pakai ATM Kay" dia terkekeh kecil di akhir kata membuat Zahra jadi mengikuti gadis itu dengan segera.
Dua gadis yang menikmati jerih payah kekasihnya. Haha sungguh realita yang terdengar seperti cerita romansa yang sering di putar di bioskop semata.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Author Note: Shoping terooos sampe mampoos.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.