BIG SIN III - ThirtyTwo

250 15 6
                                    

Multimedia: Mauria Mahardika Sadewa.

*-----*

          Saat Dika melihat Zahra pulang sambil menenteng beberapa plastik, gadis tomboy itu segera saja berlari untuk membantu kekasihnya yang tampak kerepotan. Ada berbagai macam pakaian serta pakanan di dalam plastik dan Dika jadi mengangkat alis karenanya "Kenapa beli banyak-banyak? Uangnya memang cukup?"

Zahra melirik pada kekasihnya yang kini tengah menata plastik di tengah rumah "Kupikir kamu bakal marah karena aku beli banyak barang. Ternyata karena takut uangnya nggak cukup"

"Apa ini?" Dika mengacungkan satu pakaian lembut yang tampak tipis "Dipakai buat lap?" lanjut Dika membuat hati Zahra sakit seketika, itu kaus yang sengaja ia beli dengan harga dua ratus ribu rupiah untuk dirinya ketika tidur, itu nyaman dan dingin. Kenapa pula anak kaya raya itu menuduh bahwa Zahra membelinya untuk dipakai lap? "Buat akuu. Itu buat tidur, kainnya nyaman dan dingin" jelas Zahra seraya kembali melipat baju yang tadi di beberkan oleh Dika.

"Terbuat dari serat bambu?" Dika tersenyum kecil sambil mendekat pada kekasihnya yang tampak bahagia setelah menghabiskan waktu dengan Laras.

Zahra mengangguk "Iya. Aku iri sama pakaian kamu. Soalnya kaus kamu bagus-bagus dan dingin. Makanya aku beli hehe" ia terkekeh di akhir kata.

"Uangnya habis?" seru si tomboy seraya mencuri kecupan di pipi tembam milik Zahra yang tampak merah karena suhu udara yang dingin.

Lagi, Zahra mengangguk "Aku beli buat kamu juga" pamernya kemudian.

"Pakai uang Laras nggak?"

Dengan gerakan yang terkesan cukup cepat, Zahra memukul lembut paha si tomboy yang tengah membuka satu bungkus plastik hotdog yang baru saja ia beli beberapa saat lalu saat ia di perjalanan "Dia itu lebih tua dari kamu. Jangan main manggil nama. Gasopan"

Sambil mengunyah hotdog, Dika memberikan senyum kecil meminta maaf "Iya, iya. Kamu pakai uang Mbak Laras nggak?"

Zahra mengangguk malu "Di traktir buat masuk" balasnya yang langsung membuat Dika menoleh "Berapa?"

"Dua ratus limapuluh"

"Hhhh, kubilang juga apa. Bawa ATM ku"

Zahra menyerengeh kecil sesaat. Gadis itu kemudian membuka mulut saat Dika memberikan setengah sisa hotdog padanya. Ia menggigitnya sebelah secara vertikal sehingga membuat Dika mengerutkan kening karenanya "Kenapa makannya kayak gitu sih? Aneh banget" komentar si tomboy tidak rela saat melihat bekas gigitan Zahra tidak seperti bekas gigitannya.

Setelah membiarkan hotdog di dalam mulutnya masuk ke kerongkongan, Zahra tersenyum "Kalau di masukin semua ke mulut, nggak muat. Makanya gigitnya nyamping kayak gitu hehe"

Alis si tomboy terangkat tidak mengerti "Ukuran hotdognya bahkan lebih kecil dari dildo yang pernah kamu hisap"

"MAURIA MAHARDIKA SADEWA!!!"

Author: Manusia mesum sialan!!!


*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*

          Suasana rumah yang tampak sedikit ramai membuat kedua wanita yang tengah saling berpegangan tangan itu melirik ke seisi rumah mewah yang adalah kediaman keluarga Mahardika yang dipenuhi dengan dekorasi. Terdapat banyak sekali balon dan kain-kain yang menggantung dengan berbagai warna cerah, belum lagi foto-foto keluarga yang dipajang di berbagai tempat serta balon-balon melayang memenuhi ruangan yang luas.

Hari ini, Zahra dan Dika diundang secara hormat oleh keluarga Mahardika untuk menghadiri acara ulang tahun Rafael. Lelaki yang lebih tua satu tahun dari Dika itu terduduk di tengah-tengah ruangan, lebih tepapatnya di atas kursi besar seperti kursi raja dengan kue ulang tahun berukuran besar di hadapannya. "Menggelikan" cebik Dika sedikit menghina pada Kakaknya yang tersenyum seperti bocah berusia tujuh tahun.

Tanpa melepaskan genggaman tangan Zahra yang melilit di lengannya, Dika mendekat pada Nyonya Mahardika yang tampak senyum sumbringah pada setiap tamu yang datang. Keluarga Mahardika mengundang beberapa kolega dari perusahaan untuk merayakan ulang tahun anak sulungnya, Dika sudah tak asing lagi kepada beberapa keluarga yang sama-sama saling mengaitkan diri hanya untuk kepentingan bisnis itu.

"Apa kabar sayang?" Dika bisa melihat Ibu angkatnya menahan tangis saat ia melihat anaknya mau menginjakkan kaki di rumah keluarga "Mama sudah lama tidak bertemu sama kamu" wanita cantik itu berusaha memeluk Dika yang menghindar "Baik Ma. Kenapa aku diundang ke acara ulang tahun ini? Bukannya aku sudah di usir dari rumah?"

Karina Agatha Mahardika --Ibu angkat Dika itu sedikit meringis miris "Zahra baik?" seolah menyadari keadaan yang tidak mengenakan di antara mereka, Zahra kemudian menyerahkan senyum manis berusaha memperbaikinya "Baik bu. Ibu sendiri gimana? Baik?" wanita glamour itu mengangguk mengiyakan "Panggil aja Mama, jangan terlalu formal" Zahra mengangguk saja saat diberitahu demikian.

"Dimana suamimu?"

Zahra melirik cepat "Mauriaaa" bisik gadis cantik itu guna memperingati pada kelancangan Dika terhadap orangtuanya sendiri, sementara Dika justru mengacuhkan nada peringatan dari si cantik.

"Ayah sedang berada di atas, ada nenek juga di sana. Temuilah mereka"

Dengan itu, Dika menarik diri lantas pergi menuju dapur. Sempat Zahra kira bahwa gadis itu akan membawanya untuk mengenalkan diri kepada Ayah dan juga Neneknya, tapi Dika tetaplah Dika yang tak pernah terbaca bahkan itu oleh Zahra yang sudah bersama dengannya selama ini.

Gadis itu menghindari banyaknya pasang mata yang melihat risih terhadap kehadiran keduanya. Apalagi saat melihat keduanya begitu lengket terhadap satu sama lain. Itu terlalu menarik perhatian. Tapi Dika dan Zahra sudah tak perduli dengannya. Toh, mereka sudah memutuskan untuk melawan pandangan itu bersama-sama.

"Kenapa nggak memberi selamat sama Abang?" ujar Zahra setelah keduanya terpisah dari kerumunan orang. Kini, Dika tengah terduduk di atas kabinet sementara Zahra berdiri di dekatnya sambil menggenggam ujung pakaian yang dikenakan Dika.

Sambil mendongkang untuk mengambil satu minuman dari dalam kulkas, Dika terkekeh "Usianya sudah 22 tahun, Khumaira. Dia sudah bukan lagi anak kecil yang harus dinyanyikan ulang tahun serta meniup lilin"

Si gadis cantik berpipi tembam terkekeh "Dikatakan oleh orang yang merayakan ulang tahunnya dengan tumpukan donat dan lilin" ejeknya kemudian "Karena kamu yang memberi. Aku harus menerimanya, aku hanya mencoba untuk berbaik hati" elak Dika yang diangguki saja oleh Zahra meskipun ia tahu kalau gadis tomboy itu menyukai kado ulang tahunnya beberapa bulan lalu.

Seolah teringat sesuatu, Zahra menjentikkan jemari dengan semangat "Sebentar lagi kamu ulang tahun kan? Mau hadiah apa?"

"Mengendaraimu semalaman, Tsuma"

...

DASAR MANUSIA MESUM!!!

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Author Note: Aye aye di undang ke kediaman Mahardika. Hmmmm bau-bau berantem sama bapake Dika ini mah wuahahahaha

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang