Multimedia: Khumaira Azzahra.
*-----*
Dika menyelonjorkan kakinya yang penuh dengan lumpur di atas rerumputan. Gadis tomboy itu menengadah ke langit biru di atasnya dan menatapnya dengan seksama, langit yang jauh tinggi dari dirinya itu tampak sangat cantik. "Capek?" Dika tersentak saat ia merasakan usapan kecil di punggungnya. Ia kemudian melirik untuk mendapati senyum manis milik Ibu Nur tercetak khusus untuknya. "Haus bu" jawab gadis tomboy itu seadanya disertai kekehan kecil.
Tak berapa lama dari ia berbicara, Zahra segera menyerahkan air mineral kepada Ibunya dan Dika. Pipi berisi miliknya tampak sedikit kemerahan karena cuaca panas, tapi senyumnya tak pernah hilang dari bibir si cantik yang tampak kering.
Setelah menghabiskan satu gelas air, Ibu Nur menggeser mendekatkan dirinya pada tubuh Dika yang terpapar sinar matahari "Ibu dengar kamu kemarin berkunjung ke rumah Ibu Rahma. Ada apa?"
Dika melirik tidak yakin pada Ibu Nur yang sedang membuka bekal sebelum menjawab "Hanya ingin berkunjung, bu. Aku penasaran saat lihat rumahnya. Kenapa terlihat sangat sepi ya?"
"Kenapa kamu penasaran?" alis milik wanita senja itu tampak mengkerut barang beberapa detik.
Dika mengedigkan bahu "Entah" jawab Dika seadanya. Gadis tomboy itu memang tak memiliki alasan lain selain penasaran.
Dika bisa mendengar wanita senja itu terkekeh sedikit "Karena rumahnya terlihat sepi dan tak berpenghuni?" tebaknya tak begitu jauh dari salah satu rasa kepenasaran Dika.
Dika mengangguk sedikit "Bisa jadi" jawabnya ambigu.
"Suaminya meninggal sekitar dua tahun ke belakang. Sementara anak perempuan sematawayangnya dikabarkan bunuh diri sekitar enam belas tahun yang lalu" jelas Ibu Nur secara tiba-tiba.
Dika tersentak.
Enam belas tahun yang lalu?
Bunuh Diri?
"Sungguh sangat disayangkan. Padahal dia wanita yang cantik" gumam wanita senja itu melanjutkan ceritanya disaat Dika sedang tersesat di alam pikirnya.
Dika mengurut kepalanya yang tiba-tiba terasa berat "Siapa nama anak Ibu Rahma?"
"Rachel" balas Ibu Nur dengan lirih
"Nama lengkapnya?" Dika memastikan.
"Ibu lupa, kalau tidak salah Mauria Rachel Sadewa"
Deg!
Dika tertegun selama beberapa saat. Ia tidak tahu harus bereaksi apa. Sungguh kebetulan yang sangat tidak bisa dipercaya untuk mengetahui bahwa wanita senja yang ia temui secara tidak sengaja kemarin adalah neneknya.
Dika menggeleng mencoba mencerna apa yang baru saja diujarkan oleh Ibu Nur. Apakah ini alasan kenapa dirinya merasa sangat-amat familiar dengan segala hal yang ada di rumah tua kemarin? Apakah ini artinya ia pernah tinggal selama beberapa saat di perkampungan ini?
Apakah itu alasannya?
"Non Dika?"
Dika melirik cepat ke arah suara saat mendengar namanya disebutkan secara lembut oleh Ibu Nur. Wanita cantik itu menyerahkan satu bugkus nasi dengan disertai goreng ikan kepada Dika yang langsung menerimanya. "Kenapa Non Dika sangat tertarik pada Ibu Rahma?"
Sambil menorehkan senyum kecil, Dika menghadap pada Ibunda Zahra lantas menggenggam tangannya dengan lembut "Boleh Ibu ceritakan masalalu dari Ibu Rahma? Dia nenekku"
Ibu Nur membelalakkan mata tidak percaya "Kamu.. Anak Mas Dipta?"
Dika mengangguk mengiyakan, membuat ekspresi horror itu seketika tercipta di wajah cantik milik Ibu Nur "Mauria...?"
Seolah mendapatkan tamparan tak asat mata, Ibu Nur menjauh sedikit dari Dika "Kamu benar-benar anak Rachel?"
"Iya bu"
Ibu Nur menarik napas panjang sebelum akhirnya membawa Dika ke dalam pelukan "Masyaallah, kamu tumbuh dengan sehat nak. Ya Allah anakku"
Dika merengut saat mendengar kata 'anakku' keluar dari bibir milik wanita yang sedang memeluknya erat.
"Hey, peluk-pelukan kok nggak ngajak? Lucu banget anaknya disuruh cari daun pisang, tapi anak orang lain malah di peluk erat. Dasar Ibu" suara protesan dari Zahra membuat pelukan keduanya terpisah secara cepat. Ada jejak air mata di pipi milik Ibu Nur sementara Dika serta putri sematawayangnya menatap wanita itu dengan kebingungan.
Tangan milik Ibu Nur mengusap pucuk kepala si tomboy "Ini Kakak kamu nak"
TUNGGU DULU!
APA MAKSUDNYA ITU?
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Dika tertawa malang saat ia melihat buku kecil berisikan foto-foto dirinya saat ia masih bayi. Ada banyak sekali foto-foto masa kecilnya, tapi kebanyakan di antara foto yang tersimpan rapi di dalam sebuah album usang itus udah mulai kumuh termakan usia. Malang sekali, pikir Dika sesekali saat ia melihat betapa belianya Ibundanya.
Wanita itu tampak masih berusia sekitar dua puluhan tahun sambil menggendong bayi yang tampak gembul di atas pangkuannya. Ada Ibunda Zahra dan bayi kecil di pangkuannya juga. Terlihat sangat berbanding terbalik jika saja ia memperhatikan Ibu Rachel dan Ibu Nur. Jika saja Ibu Nur tampak berisi dan bahagia dengan bayi di pelukannya yang adalah Zahra, maka Ibundanya justru terlihat kelelahan dan kurang tidur dengan Dika di pangkuannya.
"Almarhumah Ibumu tidak bisa menyusui karena air susunya tidak keluar. Makanya Ibu sering berkunjung ke sana untuk menyusui kamu karena hanya Ibu yang bisa menyusui kamu waktu itu" jelas Ibu Nur dengan tatapan kosong seolah ia tengah menerawang ke masa lalu.
Wanita senja itu terkekeh kecil "Kadang kala, Ibu menyusui kamu dan Zahra di satu waktu yang sama. Pantas saja kalian bisa nyaman dan akrab dengan baik terhadap satu sama lain. Kalian sama-sama menyusu pada Ibu. Kalian adik kakak" bulir benih itu mengalir ke pipi milik Ibu Nur. Wanita itu tersenyum haru sebelum akhirnya memeluk kedua putri yang terikat air susu itu ke dalam pelukannya. "Ya Allah, anak-anakku"
Di dalam pelukan, Dika terombang-ambing tak terkira. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Setelah menemukan fakta bahwa wanita tua yang kemarin malam ia kunjungi secara tidak sengaja karena pernasaran belaka adalah neneknya, sekarang ia menemukan bahwa Ibu Nur yang adalah Ibunda dari wanita yang ia cintai adalah Ibu sambungnya.
Ia telah mengencani adiknya sendiri selama ini.
HAHA.
Dika tertawa sarkastik di dalam kepalanya yang sedari tadi dihujani berbagai fakta tak terduga.
KEBETULAN MACAM APA INI?
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Author note: Hay readers-readers aku yang baik hati dan tidak sombong.
Selamat ya :)
Pasti kaget setelah tahu kalau selama ini Mauria dan Khumaira itu adek kakak yang terikat oleh air susu.
BUAHAHAHAHAHA.
Hmmmm.. bau-bau sad ending.
Padahal baru beberapa part.
Hmmmm.
Sudah tercium sejak sekarang.
Hmmmm.
Pasti banyak problem.
Hmmmm.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.