BIG SIN III - Twelve

390 21 3
                                    

Multimedia: Khumaira Azzahra.

*-----*

               Dika hampir saja tertawa saat ia melihat handuk yang meliliti tubuh cantik milik kekasihnya itu melorot sampai sebatas buah dada ketika di ruang keluarga. Untungnya tidak ada siapa-siapa selain dirinya di sana. Kalau saja Ibunda Zahra sampai mengetahui perbuatan Dika semalam yang dapat dilihat jejaknya di kulit putih milik Zahra, ia bisa mati seketika.

Zahra terkekeh sedikit lantas segera berlari kecil menuju kamar meskipun ia melihat Dika mengikutinya dari belakang. "Mandi kamu" seru Zahra sedikit menjengat ketika ia mendapati ciuman hangat di bahunya yang terekspos.

Dika menggeleng "Nggak mau. Masih jam empat ini" tolaknya dengan nada enggan yang terdengar kekanakan.

Meski Zahra memang merasa waktu subuh masih lama, ia tetap saja mendorong gadis tomboy mesum itu untuk keluar dari kamarnya "Mandiiiiiii. Syuh syuh" ujarnya dibarengi gerakan tangan seolah ia tengah mengusir Dika.

Gadis yang di usir justru tertawa karena tingkahnya. Dika tahu Zahra pasti malu memperlihatkan tubuhnya yang dipenuhi dengan bekas gigitan dirinya. Si tomboy itu menggeleng sambil melangkah dengan gontai menuju kamar mandi untuk segera mandi wajib.

Gadis tomboy itu menyeringai sedikit. Well, Tadi malam sangat menyenangkan.

*--*

               Air yang mengalir dari bambu itu di tatap horor oleh Dika. Pasti sangat dingin. Pikir si tomboy malas. Meskipun sesekali ia meruntuk pada alasan kenapa dirinya semalam bersenang-senang dengan Zahra karena ia harus mandi air dingin di pagi hari seperti ini, ia tetap saja membuka pakaiannya.

Bulu halus di sekujur tubuh milik Dika berdiri secepat kilat saat ia merasakan agin pagi membelai dengan tidak sabar pada tubuh telanjang Dika yang cepat-cepat ia basahi. Gadis tomboy itu tidak berencana untuk berlama-lama di bawah guyuran air dari gunung yang dingin ini. Ia ingin segera ke kamar dan memeluk kekasihnya sehingga ia bisa menikmati lagi tubuh itu.

Sial! Kenapa pula otaknya jadi sangat mesum seperti ini?

Dalam sepersekian menit, akhirnya Dika keluar dari bawah kucuran air dan segera berlari kecil menuju kamar Zahra. Gadis cantik itu tampak sedang mengenakan mukena dan membaca Al-Quran kecil yang ia pegang di salah satu tangannya saat Dika baru saja masuk ke kamarnya, dan penampakan itu membuat Dika terenyuh seketika.

Kalau saja ia dulu tidak dipertemukan dengan Zahra, mungkin ia tidak akan menjerumuskan mereka berdua kedalam ikatan dosa yang tak pernah berakhir ini.

"Kenapa diem aja?"

Dika melirik cepat ke arah suara, ada senyum kecil yang manis tercetak di wajah milik Zahra. Itu tampak suci dan menawan. Gadis itu tak pernah berubah semenjak pertama kali mereka bertemu. Iris matanya yang selalu tampak lembut, pipi tembamnya yang terlihat bersih dan terawat, kerut di matanya yang selalu tampak sama ketika ia tersenyum, bibirnya yang tak begitu berisi ataupun begitu tipis selalu tampak basah dan merah. Semuanya tampak serupa.

Meskipun bibir atasnya kini tampak belah sedikit di bagian depan karena sering di emut oleh Dika, itu sama sekali tidak merusak kecantikan yang terpatri secara jelas di setiap inci wajahnya. Kadang, Dika terheran-heran dengan alasan mengapa Zahra terlihat sangat menawan dalam balutan pakaian apapun atau bahkan ketika si cantik tak mengenakan sedikitpun pakaian? Kenapa semua kecantikan itu jatuh kepadanya? Itu tidak adil.

"Hey" usapan lembut di jemari Dika yang terasa dingin membuat gadis tomboy itu kembali ke alam sadar. Ia kemudian tersenyum lembut pada sosok dihadapannya "Kamu terlihat begitu cantik, Khumaira" puji Dika dengan tulus tanpa maksud apapun. Gadisnya memang benar-benar tampak cantik.

Zahra tampak mengernyit sedikit "Jangan mikir aneh-aneh. Aku udah capek semalaman" ujarnya dengan nada marah yang terdengar lucu di kedua gendang telinga milik Dika. Karenanya, si tomboy terkekeh "Lagian kamu yang salah. Kenapa cakep banget jadi cewek. Jadi pengen nikahin" Dika tersentak sedikit pada ujaran yang keluar begitu saja dari mulutnya. Itu adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin untuk dilakukan oleh dirinya.

"Dihhh. Nikahin nikahin. Punya buat maskawin aja enggak" tanggapan Zahra yang terdengar seperti bercandaan dengan nada ejekan membuat Dika kembali dari pemikirannya yang menyakitkan "Memang Non Khumaira mau maskawin apa siiih?" yang ditanyai terkekeh "Nggak mau apa-apa. Cuma mau hafalan surah Al-mulq aja" mendengar itu, Dika tersenyum kecil "Aku sudah hafal" sombongnya kemudian "Iya?" ekspresi Zahra tampak terkejut sungguhan. Dika mengangguk pasti "Kalau gitu, bisa dong kamu jadi istriku" suara si tomboy sedikit gemetar saat ia berucap, ada secuil air mata yang menggenang di kelopaknya "Andai saja semudah itu, Khumaira"



*-- BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*



               Zahra melambai pada Ibundanya yang sedikit terenyuh saat ia dan Dika sudah dijemput oleh mobil travel. Sudah waktunya mereka kembali lagi ke kota. Zahra bahkan sempat merengek pada Dika karena belum ingin kembali ketika tugas kuliah mereka mulai menumpuk karena sudah bolos berhari-hari.

Meskipun nyatanya Zahra sempat merengek, ia tetap terlihat tegar ketika mobil mulai melaju menjauhi kampung halamannya. Saatnya kembali ke kenyataan, pikir Zahra saat ia melihat Dika menempelkan earphone ke salah satu telinganya dan memberikan yang satunya pada Zahra.

Mereka mendengarkan alunan perlahan dari biola yang terdengar tentram dan tenang.

Dedaunan yang terlihat di kejauhan tampak bergoyang-goyang seolah memanggil pada dirinya untuk semakin mendekat, dan Zahra menikmati perjalanan keduanya.

Selagi di perjalanan, jempol milik Dika tak henti mengusap lembut jemari milik Zahra yang tercantol rapi pada jemarinya. Momen seperti ini nyatanya bisa terasa manis dan menyakitkan di satu waktu yang bersamaan.

Zahra tak pernah terpikir bahwa keduanya bisa menjalin hubungan sampai sejauh ini disaat dirinya bahkan tak percaya terhadap cinta seperti ini.

Di dalam benaknya yang tampak keruh saat memikirkan masa depan mereka berdua, Zahra terpejam sambil menyenderkan kepalanya yang sedikit pusing akibat perjalanan yang terasa begitu ugal-ugalan. Sepertinya sopir travel sedang terburu-buru karena suatu alasan yang Zahra tak tahu.

Kepala Zahra di usap lembut oleh kekasihya. Gadis tomboy itu sesekali mengecup pucuk kepalanya dengan perlahan membuat hati Zahra sakit dan hangat di satu waktu yang bersamaan. Akankah dirinya dan Dika bisa bersama seperti ini selamanya?

*-----*
Riska Pramita Tobing.

Author note: BIG SIN III adalah perjalanan terakhir dari Khumaira dan Mauria. Makanya akan sedikit lebih meledak-ledak dari BIG SIN yang sebelumnya.

Selamat menikmati pelayaran terakhir dari Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa gayss :)

Ps: Author ini sedang butuh penyemangat. Uang se gepok gitu misalnya hehe.

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang