Multimedia: Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Kedua perempuan cantik itu terdiam satu sama lain selama beberapa saat terakhir. Baik Dika maupun Zahra tak bisa memungkiri bahwa mereka terkejut dengan kenyataan pahit yang datang secara tidak terduga ini. Selama tiga tahun ke belakang, mereka saling menjamah tubuh satu sama lain dan sekarang mereka baru saja menemukan bahwa mereka berdua adalah adik kakak yang terikat air susu.
Bercandaan semesta memang tak pernah lucu.
Keduanya masih terduduk dalam diam. Saling menatap kosong terhadap iris mata satu sama lain yang tampak dikabuti oleh air mata yang tertahan. Keduanya tak mampu berbicara. Mereka seolah sedang memproses semua kenyataan yang datang terhadap keduanya secara tidak terduga.
Setelah menerima kenyataan bahwa Dika dan Zahra adalah sama-sama wanita yang saling mencintai satu sama lain dan menghancurkan hukum alam dengan kisah cinta keduanya, sekarang mereka harus ditikam kenyataan bahwa keduanya adalah saudara se susu.
"Aku nggak ngerti lagi, Khumaria. Kenapa semuanya terasa sangat berat saat aku hanya ingin mencintai kamu?"
Zahra terisak. Pada akhirnya, air mata yang sedari tadi ia tahan meluncur juga ke pipi tembamnya. Sudah se sulit ini perjuangan mereka untuk mencintai satu sama lain selama ini. Sekarang keduanya malah ditambahi lagi dengan beban yang lebih berat oleh semesta.
KENAPA SEMUANYA TERASA SULIT?
"Aku nggak tahu, Aku nggak tahu" si cantik berpipi tembam itu terus mengulang-ulang kata yang sama selagi menangis sesenggukan di pelukan Dika yang sama-sama menangis sekarang. Keduanya lelah tak terkira, mereka sudah banyak menerima kesulitan, kenapa masih ada kesulitan lain yang lebih berat untuk keduanya?
Keduanya terisak sambil saling peluk satu sama lain. Tak ada yang bisa dilakukan keduanya selain saling menguatkan dalam situasi seperti ini. "Aku mencintaimu. Sungguh. Tapi jika seperti ini, aku kalap dengan apa yang harus aku lakukan" suara si tomboy tersenggal oleh senggukan tangis, "Aku tidak ingin melepaskanmu, Khumaira"
Zahra mengangguk "Aku juga nggak mau kamu pergi, tapi situasi ini sangat memusingkan"
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Zahra terdiam sambil memperhatikan Ibunya yang memperkenalkan Dika terhadap Neneknya. Wanita senja itu bahkan tampak tidak bisa mempercayai apa yang ada dihadapannya sekarang yang adalah cucu sematawayang dari anaknya yang sudah tiada. Sementara Dika tengah memeluk wanita senja yang adalah neneknya, Ibu Nur mendekat pada putrinya dan mengecup pucuk kepala si cantik dengan lembut "Ternyata Tuhan punya rencana yang sangat tidak terduga sampai mempertemukan kedua anakku dengan tidak disengaja" bisik wanita cantik itu pada putrinya yang tersenyum miris.
Apa jadinya jika Ibunya tahu kalau Zahra dan Dika sudah pernah saling menelanjangi satu sama lain dan sudah saling menikmati tubuh satu sama lain?
Semesta memang tidak pernah terduga.
"Maaf tidak pernah berkunjung, Nek. Aku bahkan nggak tahu tempat ini sampai kemarin aku dibawa Khumaira ke kampung halamannya. Aku.. bahkan nggak tahu kalau aku punya Nenek" pikiran temaram milik Zahra dihancurkan oleh air mata bahagia milik Dika yang sedari tadi membasahi pipinya. Gadis tomboy itu tengah melepaskan beban rindunya selama dua puluh tahun kepada wanita yang sama-sama menampakkan ekspresi bahagia tidak tertara.
Melihat itu, Zahra senang bukan kepalang. Akhirnya Dika bisa menemukan rumah lain selain dirinya. Tapi ia juga takut karenanya. Setelah mengetahui bahwa Dika terkait ikatan air susu Ibunya dengan Zahra, hubungan keduanya semakin salah. Jangankan yang sama-sama perempuan. Kalaupun ada pasangan normal yang terikat air susu, mereka tidak diperbolehkan bersama. Apalagi mereka?
Zahra menggeleng menghilangkan pemikirannya. Ia tak seharusnya begitu egois dengan hanya memikirkan kisah cintanya. Bukannya ia seharusnya bahagia karena ia mendapatkan seorang kakak yang tidak pernah bisa ia miliki selama ini?
Tapi...
Itu artinya dia dan Dika harus berhenti menjalin hubungan seperti ini?
*--*
Dika menggenggam jemari milik Zahra dengan erat. Gadis tomboy itu sedang melutut di hadapan si cantik yang terduduk di atas kasur sementara Dika sedang menciumi satu persatu dari jemari lentik milik Zahra "Even the world say it's impossible for both of us, I'm gonna love you still, until I die. Or maybe even after that" Zahra hampir menangis saat ia merasakan hangatnya isi mulut milik si tomboy ketika ia memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam mulut sebelum akhirnya ia menghisap itu secara perlahan.
Mungkin ini bukan solusi terbaik bagi keduanya untuk bercinta dikala hati mereka berdua sedang terombang-ambing dengan segala kenyataan yang ada, tapi mereka ingin membuktikan bahwa keduanya memang saling mencintai dalam artian seperti ini.
Artian dimana keduanya memiliki hasrat seperti sebagaimana laki-laki terhadap perempuan, artian dimana mereka ingin saling memiliki seperti pasangan pada umumnya, artian dimana keduanya bukan mencintai sebagai sebatas saudara atau bahkan teman. Dan keduanya ingin membuktikan itu dengan kegiatan yang tengah mereka lakukan sekarang.
Dika berdiri dan mengunci pintu kamar milik Zahra meskipun Ibundanya sedang beranjak entah kemana. Gadis tomboy itu kemudian mengurai rambutnya yang seharian ia ikat menyerupai ekor kuda. Sekarang, rambut panjang se punggung milik Dika tampak bergelombang karena bekas ikatannya.
Gadis tomboy itu terkekeh kecil seraya mendekat pada kekasihnya "Bukankah aku terlihat lucu?" ujar si tomboy seraya mendorong lembut bahu milik Zahra sehingga membuatnya terlentang di atas kasur.
Zahra mengerling "Kamu selalu terlihat lucu di mataku" jawabnya disertai senyum. Kedua lengan berisi milik si cantik melilit ke belakang leher si tomboy "Ah, bukannya kamu pernah bilang kalau dulu aku tampak urakan?" si tomboy menarik kerudung milik Zahra dengan lembut sebelum akhirnya menjatuhkan beberapa kecupan dari mulai di pucuk kepalanya sampai merambat ke pelipis, mata, hidung, pipi dan kemudian bibir.
Zahra sedikit menggumam di antara ciuman keduanya sehingga membuat Dika memisahkan kembali bibir mereka yang sempat beradu "Kamu memang tampak urakan karena rambut kamu sedikit berwarna pirang saat itu. Apalagi jeans yang kamu pakai sobek-sobek di lutut. Padahal kamu lagi di pondok pesantren, Aw. Kenapa di gigit hidungnyaaa?" gadis itu sedikit merengek saat merasakan ujung dari hidung mancungnya berdenyut karena ulah Dika barusan.
"Tapi, setelah kenal lebih jauh, aku jadi suka sama kamu. Kamu itu selalu keliatan keren" ujar Zahra disaat Dika sibuk menjatuhkan ciuman di leher si cantik sambil berusaha membuka pakaian kekasihnya "Mmmh" Zahra sedikit melenguh saat ia merasakan remasan lembut di payudaranya "Kamu juga kadang-kadang terlihat sangat cantik dan seksi" gadis cantik itu masih saja berbicara ketika ia sudah hampir telanjang dada.
Sambil sibuk membuka sisa pakaian milik Zahra, Dika melirik sebentar pada kekasinya "Jadi nggak salah kan kalau dulu aku selalu berpikir kamu menyukai tubuhku?" Dika berujar lembut dan percaya diri lantas menurunkan rok milik Zahra sehingga membuat gadis cantik itu hanya dibalut dengan celana dalamnya.
Gadis tomboy itu menyerengeh sedikit. Sepertinya malam ini akan sangat menyenangkan.
*-----*
Riska Pramita Tobing.Author note: Karena BIG SIN III adalah grand finale, makanya saya memutuskan untuk membubuhkan sedikit banyak masalah serta adegan panas di ceritanya.
Ps: Buat pembaca harap siap-siap untuk terkena serangan jantung ya.
Pss: Saya juga sebenernya belum siap sih 😅
![](https://img.wattpad.com/cover/314119849-288-k757403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.