Multimedia: Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Di antara suara ramai percakapan banyak orang di ruang keluarga yang dihiasi dengan berbagai macam properti serta dipenuhi dengan berbagai macam makanan, Zahra terduduk berdua di dapur bersama dengan Dika yang kini tengah menikmati salad buah. Dika tak menghiraukan banyaknya orang yang sedari tadi mencoba berbicara dengannya, gadis tomboy itu hanya mengangguk lantas memberikan senyum terhadap setiap orang yang mencoba memulai percakapan dengannya.
Zahra tak mau banyak ikut campur, gadis cantik itu tidak tahu banyak soal apa yang terjadi di antara Dika dengan kolega-kolega Ayahnya sehingga gadis tomboy itu enggan untuk beramah-tamah dengan mereka. Tapi di sisi lain, Zahra juga sedikit lega karena Dika enggan berinteraksi dengan mereka. Zahra merasa tidak percaya diri jika harus berbicara dengan anak-anak dari kalangan konglomerat seperti ini.
Datang ke acara mewah seperti ini mau tak mau membuat Zahra tidak percaya diri. Melihat banyaknya tamu yang mengenakan setelan formal dengan harga fantastis dan tampak menawan sementara dirinya hanya mengenakan pakaian biasa yang bahkan mungkin harganya tidak dari setengah mereka membuat dirinya malu. Bahkan Dika juga mengenakan setelan tuxedo yang Zahra tak pernah lihat dari lemari mereka. Pastilah gadis tomboy itu baru membelinya.
Meskipun begitu, Zahra bersyukur karena Dika tak pernah tampak begitu tertarik dengan gadis-gadis yang tampak seksi dengan gaun mewah yang mencetak jelas tubuh mereka. Gadis tomboy itu hanya menatap kepadanya seraya sesekali tersenyum saat melihat pipi Zahra menggembung ketika mengunyah. Itu membuat hati Zahra tenang karenanya.
"Dika? Kenapa nggak ikut kumpul di sana?"
Dika serta Zahra melirik secara hampir bersamaan pada suara manis yang terdengar tak jauh dari keduanya, tampak seorang gadis seusia mereka mengenakan gaun cantik berwarna merah yang begitu mencetak lekuk tubuhnya, ia mengurai rambut sampai sepunggung dan ia mengenakan high heels berwarna hitam yang membuat dia terlihat glamour serta cantik dalam satu waktu yang bersamaan.
Zahra bisa melihat ada satu senyum tercetak di bibir Dika yang sedari tadi membentang lurus tidak menampakkan emosi. Kini, iris mata milik si tomboy terlihat berbinar karena gadis tersebut dan itu membuat Zahra mulai khawatir serta cemburu "Lisa?" Zahra sedikit terkejut saat gadis cantik itu mendengar sambutan yang begitu ramah dari Dika, gadis tomboy itu bahkan turun dari kabinet dan bergegas memeluknya.
"Apa kabar?" ujar Dika masih saling memeluk satu sama lain dengan gadis cantik yang ia panggil Lisa tadi.
Si cantik terkekeh "Aku baik-baik saja. Kemana saja kamu selama ini? Kenapa nggak pernah ikut acara-acara seperti ini?"
"Oh, c'mon! Kamu tahu aku tidak suka acara formal seperti ini. Aku lebih senang tertidur seharian"
Tunggu dulu, kenapa hati Zahra sakit saat melihat keramahtamahan keduanya?
Sambil saling menggenggam satu sama lain, Lisa mengayunkan tangan mereka berdua dengan lembut "Aku rindu sama kamu. Padahal harusnya kita sering bertemu, kenapa kamu lebih memilih untuk tidak berkumpul? Padahal semua orang merindukanmu"
"Apa salah menjadi seseorang yang sangat dirindukan oleh banyak orang?" gadis tomboy itu mengedipkan mata pada si cantik yang tertawa renyah setelahnya. Kenapa Zahra merasa kalau dia orang luar sekarang? "Aku tidak suka berinteraksi, kamupun sudah mengetahuinya"
"Datang sendiri?"
HELLLOOO! Teriak Zahra di dalam hati seolah ingin menyadarkan keduanya "Dengan pacar" balas Dika yang langsung saja membuat Zahra terhentak, apa dirinya akan diperkenalkan sebagai kekasih Dika terhadap kolega Tuan Mahardika sekarang? Ia tidak siap jika memang iya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Ficção Adolescente"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.