Multimedia: Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Zahra tampak tenang ketika ia melihat gadis tomboy yang adalah kekasihnya sedang menghadapi seorang pemuda yang bahkan tak diketahui namanya oleh Zahra dalam sebuah perkelahian.
Si lelaki tampak bringas dengan wajah sangar, rambut gondrong yang acak-acakan dan juga terlihat amat marah dengan napas yang naik-turun tak terkira. Tak jauh darinya, ada Dika yang tampak acuh dengan wajah cantik yang datar namun menantang.
"Sekali lagi, karena saya sedang bersikap baik dan sopan, sebaiknya anda menjauhi gadis itu" dagu si tomboy terangkat sebentar seolah mencoba menunjuk Zahra dengannya.
Pemuda bringas itu mendecih "Apa hubungannu sialan? kenapa kau peduli?!"
Si gadis tomboy tampak menarik napas panjang dan mencoba melangkah mendekat pada si pemuda dan dengan berani menarik kerah baju miliknya "Dia pacarku bodoh" dan dengan itu, satu pukulan melayang. Jatuh tepat pada hidung mancung milik si pemuda bengis yang langsung tersungkur setelahnya.
"Cih!" sambil tersungkur kesakitan, si pemuda meludah ke arah Dika "Seorang lesbian seperti kalian tak layak hidup di dunia! Kalian tahu kalau kalian sudah melanggar norma?!" ia berteriak sampai membuat beberapa orang melihat ke arah mereka bertiga.
Ada beberapa orang yang berhenti untuk menatap dan berbisik-bisik di kejauhan "Manusia tak tahu malu sepertimu yang tak layak singgah di dunia seperti ini, sialan!" saat hampir saja Dika melayangkan satu buah pukulan yang lain, Zahra menarik tangannya dan mengusap jemari milik Dika yang tampak bersimpah darah "Cukup, Mauria"
Dengan napas yang masih terengah karena marah, Dika menjauh dari si pemuda yang tampak terhuyung ketika berdiri "Urusi saja hidupmu sendiri bajingan!" Zahra menarik tangan Dika sekuat tenaga untuk memisahkan keduanya yang sudah menarik perhatian banyak orang. Apalagi setelah si pemuda berambut jabrig itu meneriaki mereka pencinta sesama jenis beberapa saat yang lalu.
Zahra sudah mewanti-wanti kepada Dika untuk tidak memamerkan hubungan rahasia mereka pada publik yang tak bisa menerimanya setelah kejadian di restoran beberapa hari ke belakang. Tapi rupanya Dika tak mendengar dan justru lebih sering memamerkan kemesraan keduanya di depan umum.
Zahra paham dengan tingkah protektif gadis tomboy itu kepada dirnya, apalagi di kota seperti ini penampilan Zahra sangat mencolok dibanding gadis lain di sekitarnya. Siapa yang tak ingin mendekati gadis manis yang memakai pakaian muslimah dan tampak begitu cantik dengannya?
Tapi tingkah Dika ini sudah sangat berlebihan dan Zahra tidak ingin menarik perhatian banyak orang.
Sambil meringis, Zahra melirik pada tisu yang sudah dipenuhi dengan darah dari tangan milik Dika. Keduanya tengah terduduk di taman kampus sekarang, tepat di bawah pohon rambutan yang sedang berbuah "Kamu nggak perlu se agresif itu sama semua orang, Mauria" ujar Zahra dengan nada meminta pengertian meskipun matanya tidak lepas dari buku-buku jari milik Dika yang tampak mengeluarkan nanah segar.
Zahra bisa mendengar bahwa gadis tomboy di hadapannya mendecak tidak suka "Dia hampir menyentuh bokongmu kalau saja kamu tahu" geraham Dika bahkan bergemeretak saking kesalnya. Meskipun nyatanya Zahra terkejut karena fakta itu tidak diketahui olehnya, Zahra tetap saja menatap Dika dengan pandangan menegur "Kamu boleh menghajarnya kalau memang dia melakukan itu, aku tak masalah dengannya. Tapi nggak usah bawa-bawa hubungan kita keluar. Kamu sadar kan kalau hubungan kita itu terlarang di mata orang lain?"
Zahra bisa melihat ada sorot penyesalan pada tatapan mata milik Dika. Gadis tomboy itu menarik tangan yang sedari tadi di ganggam erat oleh Zahra sehingga membuat kekasihnya memperlihatkan kembali sorot mata menegur "Belum bersih" ujar Zahra yang dijawab gelengan kepala "Maaf" lirih Dika tampak begitu menyesal.
Kerut mata milik si cantik tercetak ketika ia tersenyum di balik cadar yang dikenakannya "Tak apa. Aku sungguh tidak apa-apa. Hanya saja, aku tidak ingin berbuat keributan"
"Kadang aku terbawa suasana dan emosi. Kamu milikku Khumaira, dan aku tidak ingin siapapun menatapmu dengan pikiran kotor di dalam kepala mereka"
Sambil memiringkan kepala ke satu sisi, Zahra mendekat pada kekasihnya yang tampak menggemaskan ketika ia berucap seperti tadi "Kamu terlihat keren saat membelaku. Aku menyukainya" seulas senyum milik Dika tiba-tiba tercetak manis di bibirnya yang tipis "Tapi kamu lebih terlihat keren jika bisa menahan emosimu" dan senyum itu hilang sekarang.
Dika menggembungkan salah satu pipinya "Kamu milikku" ujarnya disela-sela menggembungkan pipi.
Ah! Kenapa gadis tomboy itu memutuskan untuk menjadi se-menggemaskan ini saat Zahra ingin menegur dirinya, hatinya tak bisa saat ia melihat itu "Aku tidak berencana untuk dimiliki siapapun selain kamu" tangan Zahra terlurur untuk mengusap rahang milik Dika yang sedari tadi bergemeretak keras sehingga membuat si empunya langsung terpejam "Aku ingin pulang" Zahra terkekeh saat ia melihat iris mata cokelat milik Dika yang tadi dipenuhi dengan amarah tiba-tiba dipenuhi dengan gairah "Kamu menggodaku di tempat umum, tapi aku hanya bisa menikmatimu di rumahku. Itu tidak adil"
"Siapa bilang kita tidak bisa melakukannya di tempat umum?"
Dika tersentak saat mendengar ucapan Zahra kepadanya. Sejak kapan gadisnya menjadi senakal ini? Dika menyukainya.
Dengan senyum menyungging yang tercetak di bibirnya, Dika berdiri dan mengaitkan lengan Zahra pada miliknya. Mereka berjalan perlahan menuju toilet kampus dengan cengiran mesum tercetak di ekspresi wajah milik si tomboy "Kenapa harus toilet?" ujar Zahra saat ia melihat Dika menutup pintu dan menguncinya.
Mereka berada di lorong toilet yang sepi sekarang "Supaya kamu ingat kapan pertama kali kita ciuman saat SMA" Dika terkekeh kecil saat melihat gadisnya membelalakkan mata. Itu merupakan kejadian memalukan dan mengenaskan serta menakjubkan di satu waktu yang sama.
Dengan seringaian kecil di bibirnya, Dika mendekat pada Zahra yang menyenderkan punggungnya pada dinding yang dingin sebelum akhirnya mengurung gadisnya di antara dua lengan dan tembok. "Apa yang kamu pikirkan saat itu? Kenapa kamu menciumku?" tangan Dika bergerak lembut untuk membuka cadar yang dikenakan Zahra dan memasukannya ke dalam saku jas yang ia kenakan, ia bisa melihat semburat malu di wajah cantik milik kekasihnya sekarang.
Dika mendekat semakin mempertipis jarak di antara mereka tapi belum memberi gadis itu ciuman karena ia masih menunggu jawaban. Seolah mengerti dengan apa yang Dika lakukan, Zahra mengalungkan lengan berisinya pada leher milik Dika yang sedikit lebih tinggi darinya "Aku jengkel saat itu. Kamu memarahiku dan aku tidak menyukainya. Tapi aku lebih jengkel sama perasaanku sendiri karena aku ingin menarikmu lebih dekat dan mencium semua aroma manis yang kamu punya" aku si cantik malu-malu seraya terus mendekatkan Dika padanya "Aku ingin merasakan bibir yang tiap kali kulihat selalu basah dan merah. Aku kerampangan" ujar si cantik sebelum akhirnya mendekat pada si tomboy untuk menciumnya dengan lembut.
*----*
Riska Pramita Tobing.
Author note: Hayoloh pasti udah pada ngebayangin mereka have sex di toilet kan?
Dasar otak mesum 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Подростковая литература"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.