Multimedia: Khumaira Azzahra dan Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
"Eh?"
Zahra bergerak perlahan sambil meraba-raba dengan kedua telapak kakinya ketika Dika menuntun dirinya dengan mata tertutup. Sekarang, gadis cantik itu tengah mengenakan liggerie merah serta penutup mata dan tengah di tuntun oleh Dika entah kemana. Zahra hanya menurut saja saat Dika menyuruhnya untuk terduduk seperti di antara dua sujud "Tegapkan badanmu" lagi, Zahra menurut.
Ada sensasi menegangkan serta penasaran di dalam hati Zahra dengan apa yang akan dilakukan si tomboy terhadapnya, tapi ia hanya bisa menunggu. Zahra sedikit tersentak saat ia merasakan tangan Dika menyusuri pundaknya yang terekspos, tangan itu kemudian bergerak menuju belakang leher Zahra dan menarik helaian rambut Zahra menjadi satu.
Zahra tahu kalau gadis tomboy itu kini tengah menguntun rambutnya, ia bisa merasakannya "Tenang saja. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang berlebihan" kini, jantung Zahra berdetak cepat saat merasakan tangan-tangan milik Dika menyelusuri tangannya sebelum akhirnya Zahra bisa merasakan kain halus di sana.
Zahra tersentak dan menarik tangannya dengan cepat saat merasakan kain itu meliliti lengannya "Apa-apaan kamu, Mauria?!" gadis itu berdiri segera lantas melepaskan penutup matanya.
"Kenapa kamu melakukan hal seperti ini?!" Dika tampak tersentak kaget saat mendengar kekasihnya menggunakan nada bicara yang tinggi terhadapnya "Mauria, dengar aku" kini, Zahra terduduk di samping Dika dan mengamit pipi milik si tomboy agar ia memperhatikan "Kamu bukan seseorang yang dominan" bantah Zahra memutuskan segala imajinasi yang ada di dalam diri Dika.
Gadis cantik itu menatap kekasihnya dengan sungguh-sungguh "Kamu bukan orang seperti itu" ulang Zahra "Kamu masih membutuhkan orang lain, kamu masih belum bisa menentukan keputusan sendiri" Dika mematung, gadisnya benar, ia memang bukan seseorang yang dominan. "Kamu boleh penasaran akan suatu hal, tapi bukan berarti kamu harus mencobanya, sayang. Aku paham kamu tertarik dengan banyak hal yang baru. Tapi jangan terapkan itu di kehidupan kamu"
Zahra benar. Ia bukan seseorang yang dominan, ia hanya penasaran. "Maaf" bisik Dika dengan pandangan kosong belaka membuat Zahra terenyuh sebelum akhirnya gadis itu mencium Dika dengan lembut "Tak apa. Aku mengerti rasa penasaranmu" ujarnya dengan disertai kekehan lembut "Kita bisa mencobanya kalau saja kamu memang penasaran" dan Dika menggeleng terhadap penawaran kekasihnya "Tak apa. Lagipula aku belum terlalu paham dengan caranya" gadis itu kini menatap Zahra lembut "I Love You, Sooo much. Thank you for understanding me"
*--*
Hujan yang turun di hari sabtu pagi ini merusak segala rencana yang sudah dibuat Zahra beberapa saat yang lalu. Gadis cantik itu ingin pergi jalan-jalan menuju taman kota dan menikmati beberapa makanan khas yang selalu disediakan di pasar kecil yang selalu dibuat ketika akhir pekan. Meskipun Dika merekomendasikan untuk tetap pergi dengan menggunakan mobil lantas kemudian membawa payung, gadis cantik itu tetap tidak mau menerima usulan si tomboy.
Zahra ingin menikmati sinar matahari yang jatuh ke kulitnya. Ia ingin merasakan hangatnya mentari membelai setiap senti dari tubuhnya dan rencana itu gagal karena hujan justru jatuh cukup deras sejak ia terbangun. Sekarang ia tengah meringkuk di bawah selimut sambil menonton serial kartun di televisi sementara Dika tengah menempel pada dirinya.
"Kamu benar. Aku memang bukan seseorang yang dominan" ujar Dika saat mereka masih betah berpelukan. "Aku masih senang bermanja-manja seperti ini sama kamu. Kadang, aku juga ingin diperlakukan seperti anak kecil oleh kamu. Di elus seperti ini, di cium manja, di cubit gemas, di susui, aw! Kenapa kamu mencubit?" Dika terkekeh sedikit saat gadisnya memasang wajah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.