BIG SIN III - Nineteen

291 19 12
                                    

Multimedia: Dee Larasati Adnan Husain

*-----*

          Ada yang salah dengan Zahra. Selama Dika, Kayra dan Laras berbicara tentang masalah bisnis dan juga merencanakan penggabungan bisnis keduanya supaya bisa menarik lebih banyak pelanggan dari mulai kalangan remaja hingga dewasa, gadis itu diam saja. Pandangan gadis itu hanya tertuju pada es yang sudah hampir mencair dan tangannya sedari tadi bergerak memutar-mutar sedotan yang ada di dalam gelas.

Dika memiringkan kepala sesaat, mungkin gadisnya itu bosan. Pikirnya menyimpulkan. "Sudah berapa lama kalian bersama?" Dika bisa melihat kekasihnya tersentak saat ia menanyakan itu dengan tidak senonoh pada orang yang lebih dewasa dibanding mereka, tapi saat Kayra serta Laras memberikan senyum kecil pada keduanya, rasa kaget Zahra hilang seketika.

"Tidak lama. Mungkin sudah hampir mencapai dua tahun" balas Laras kecil "Kalian bertunangan?" celetuk Dika, lagi-lagi tanpa berpikir "Ya" ujar Kayra dengan nada yang terkesan menyombong "Sungguh klise. Tapi aku menyukainya, kuharap suatu saat nanti aku juga bisa mengikat Khumaira dalam ikatan pertunangan. Atau bahkan pernikahan" Dika bisa melihat Zahra membelalakkan kedua bola matanya sungguh terkejut saat ia berbicara seenaknya.

Kayra tampak tertarik dengan pembicaraan kali ini, matanya sedikit berbinar karena semangat. "Sudah berapa lama kalian bersama?"

Dika mengacungkan empat jari di tangan kanannya yang dihiasi jam tangan mahal "Empat tahun. Aku bertemu dengannya di SMA" nada bangga itu diangguki oleh si tomboy yang lain sementara Zahra hanya mampu tertunduk karena malu dengan hubungannya yang diumbar secara blak-blakan oleh kekasihnya sendiri.

Saat Zahra merasakan usapan lembut di tangannya dari arah depan, gadis cantik itu melirik pada Laras. Wanita yang tampak menggemaskan sekaligus dewasa dalam satu waktu yang sama itu memberikan senyum manis pada Zahra yang sedari tadi murung "Kamu bosan?" tak bisa dipungkiri, Zahra terenyuh saat mendengar kebaikan Laras padanya. Pantas saja Kayra bisa jatuh hati padanya.

Sambil menorehkan senyum kecil, Zahra membalas genggaman tangan milik Laras "Sedikit. Aku hanya iri sama Mbak karena aku nggak bisa ikut andil dalam membahas bisnis"

"Kita keliling yuk! Aku juga sudah bosan" dengan nada ceria, Laras menarik jemari Zahra dan membawanya ke luar ruangan.

Ah, gadis ini ramah sekali. Pasti ada banyak orang yang menyukainya. Bahkan, Zahra yang baru saja mengenalnya pun sudah mulai merasa nyaman dengannya.



*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*



          Wajah Dika sedikit murung saat ia melihat Laras tengah memeluk Zahra dengan lembut, mereka tertawa bersama sehingga membuat Dika sedikit cemburu karenanya. Zahra adalah gadisnya, tidak ada siapapun yang boleh menyentuh gadis itu sedikitpun kecuali dirinya. "Wah, cepat sekali akrabnya" komentar Kayra sambil berdiri dan menyilangkan tangan di depan dada tepat di samping Dika sehingga membuat si gadis tomboy berwajah masam itu melirik padanya.

"Kau tidak cemburu?"

Kayra terkekeh "Cemburu?"  ulang si tomboy disertai dengan kekehan geli. "Kenapa juga harus cemburu? Dia tunanganku. Aku percaya dia tidak akan berpaling pada perempuan lain"

Sedikit mendecak, Dika kemudian memegang belakang lehernya yang tiba-tiba terasa berat seolah seseorang baru saja menaruh beban beberapa kilo gram di sana "Bagaimana kau bisa melamarnya?"

"Apa maksudmu?" alis rapi milik Kayra terangkat satu pertanda keheranan.

Dika melirik frustasi "Dia perempuan" desahnya.

Kayra mengedigkan bahu, acuh "Lantas?"

"Kau juga perempuan, bodoh"

"Jangan terlalu banyak berpikir. Aku tahu cinta kita melarang norma dan agama, tapi aku tidak sanggup hidup tanpanya. Ikatlah selagi dia masih mencitai kita. Kalau saja suatu saat perasaan dia berubah sebelum kamu mengikatnya ke jenjang serius, kamu yang akan rugi"

Kening Dika mengkerut sebentar "Aku takut dia tidak menerimanya" ujarnya putus asa. Hal itu tentunya membuat Kayra terkekeh sebelum akhirnya ia merengkuh bahu lebar milik Dika yang lebih kokoh dari dirinya "Percayalah. Dia pasti akan berkata 'Iya'"

"Bagaimana mungkin kau mengetahuinya?"

"Sejak kita bertemu, aku bisa melihat gadismu menatap berlian di jari manis tunanganku. Sepertinya dia tertarik, bukan terhadap berliannya tapi terhadap ikatan yang kita punya."

Apa itu benar? Apa Zahra memang benar ingin dilamar olehnya? Tapi bagaimana?

*--*

          Sepeninggal Kayra dan Laras, Dika jadi kepikiran untuk mengikat gadisnya dalam sebuah pertunangan. Dika sadar bahwa ini terdengar sangat-amat gila jika saja ia ingat bahwa dirinya dan juga Zahra sama-sama wanita yang terkait air susu. Sial! Kenapa semuanya terasa sangat memusingkan? Runtuk Dika di dalam kepala saat ia melihat gadisnya berjalan sambil sesekali meloncat karena gembira. Lihatlah betapa menggemaskannya dia.

Saat mereka sampai di parkiran, Zahra berhenti di depan mobil milik Dika dan menunggu gadis tomboy itu yang tertinggal beberapa langkah darinya "Kamu mau belajar menyetir?" Dika bisa melihat Zahra menatapnya horor lantas menggeleng dengan cepat "Nope" ujaran Zahra yang terdengar lucu di antara kedua gendang telinga milik si tomboy kemudian diberikan kekehan kecil saja olehnya.

"Mungpung masih siang, dan kita dekat dengan tempat parkir yang luas, aku akan mengajarimu mengemudi"

"HAH?!"

*--*

         Zahra menatap lurus pada lapangan beraspal yang tampak sangat luas dan terbuka bagi siapapun yang ingin menggunakannya. Di siang hari begini, hanya ada satu mobil yang diam di sana dan itu adalah mobil mahal milik Dika yang sedang Zahra pegang kendalinya. Kedua tangan berisi milik Zahra bergetar saat memegang setir dan gadis tomboy itu hanya bisa terkekeh kepadanya "Kamu bisa mengendarai motor?" Zahra menggeleng, ada sebulir keringat yang jatuh bersamaan dengan gelengannya dan tawa Dika semakin keras karenanya.

"Kalau begitu, pasti sulit untuk mengajarkan kamu mengemudi"

"Aku serius Mauria. Aku nggak mau belajar mengemudi" tampang Zahra terlihat memelas saat ia melirik pada kekasihnya yang tetap kukuh sedari tadi "Kamu harus. Aku berencana membelikan mobil untukmu"

"GILA!" sentak Zahra seraya memukul keras lengan atas milik gadis di sampingnya. Pandangannya nyalang seketika "Main beliin-beliin aja kamu! Lagian siapa juga yang mau berkendara?" baru kali ini Zahra mengenakan nada menyentak seperti ini, apalagi pada kekasihnya. Gadis tomboy itu sampai terlihat sangat terkejut selama beberapa saat sebelum akhirnya ia mengeluarkan tawa yang renyah pada si cantik.

Dika memeletkan lidah sebagai bentuk ejekan "Aku nggak selamanya bisa jadi supir kamu, sayang. Makanya kamu harus bisa berkendara. Kalau suatu saat aku sakit gimana? Daripada repot cari taksi malam-malam atau lama menunggu supir online, lebih baik kamu yang mengemudi kan?" meskipun Zahra memang marah terhadap keputusan Dika yang akan membelikan mobil untuknya, alasan mengapa ia harus bisa berkendara nyatanya masuk akal juga.

Sedikit termotipasi, Zahra kemudian memandang fokus ke depan dengan perasaan yakin "Yasudah. Kalau gitu, ajari aku mengemudi. Tapi jangan belikan aku moobil. Biarkan aku membelinya sendiri"

"Baiklah"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Author note: Enak banget ya jadi Khumaira. Wkwkwk.

Iya lah, pacarnya aja kaya tujuh turunan, tanjakan, belokan, gang, sungai, danau dll. Wkwkwk.

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang