Multimedia: Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Dika tertawa saat merasakan rem tiba-tiba saja diinjak dengan kasar oleh Zahra. Gadis itu sudah lumayan handal dalam mengemudi, tapi ia tak pernah bisa menginjak rem dengan perlahan. Zahra selalu terburu-buru karena takut menggores mobil mahal milik Dika jika saja ia tidak menginjak rem dengan cepat, dan hal itu tidak pernah gagal membuat Dika tertawa karenanya.
Sambil cemberut, Zahra membuka sabuk pengaman lantas keluar dari mobil sebelum akhirnya berlari ke rumah Dika. Gadis tomboy yang masih saja menggodanya dengan tawa renyah di kejauhan membuat Zahra sedikit tersenyum malu karenanya. Tingkah Dika semakin kesini semakin manis dan Zahra sangat menyukainya. Apalagi sekarang gadis tomboy itu selalu sering tersenyum dan itu mampu membuat hati Zahra menghangat karenanya.
"Tunggu aku Tsumaaa" Zahra terkekeh saja untuk menjawab teriakan gemas Dika saat dirinya berlari menuju pintu yang dikunci. Zahra tahu ia tak bisa melarikan diri lagi karena kunci rumah ada pada kekasihnya, ia jadi tertawa sekarang karena Dika berhasil menangkapnya dan menggelitiki dirinya di seluruh titik lemah Zahra "Ahahahaha Mauria hahaha udahh hahaha"
Setelah puas menggelitiki si cantik sampai napasnya terengah karena terlalu banyak tertawa, Dika akhirnya menyerahkan kartu berwarna hitam untuk mengakses pintu rumah mereka. Dika baru saja mengupdgrade kunci keamanan rumah dari kunci biasa menjadi kunci kata sandi beberapa minggu yang lalu karena ada rumor tidak mengenakkan tentang pencuri di dekat daerah rumah.
Gadis tomboy itu sering kali pulang larut sehingga khawatir jika saja terjadi apa-apa pada kekasihnya sehingga ia memutuskan untuk mengganti keamanan rumahnya dengan yang lebih bagus. "Mau langsung tidur atau nonton dulu?" ujar Dika setelah ia memastikan pintu tertutup rapat dan terkunci dengan benar.
Sambil berjalan menuju sofa, Zahra melepas kerudungnya dan membuka pakaian yang ia kenakan sehingga gadis itu hanya dibalut oleh celana panjang berwarna hitam yang mencetak jelas garis lekuknya dengan kaus berwarna biru dongker yang ia kenakan sebagai lapisan dari baju muslim yang ia kenakan ke pesta ulang tahun Rafael. Dika tersenyum menyungging "Kulihat tubuhmu jadi proposional. Itu cantik. Kapan kamu melakukan olahraga?"
Zahra melirik malu setelah memasukkan pakaian kotornya pada keranjang di dekat kamar mandi "Sejak pindah kesini. Karena malam kamu jarang di rumah dan aku nggak punya kegiatan lain, akhirnya aku memutuskan untuk melakukan yoga. Selain membantu aku rileks, ternyata yoga juga bisa membantu aku mempercantik tubuh. Lihat! Baru tiga bulan saja tubuhku jadi terbentuk seperti ini" gadis itu berputar sedikit memamerkan lekuk tubuhnya yang cantik.
Jujur saja, Zahra terlihat cantik dengan keadaan apapun. Meskipun tubuhnya gembul, kurus, atau ramping dan berisi seperti ini, itu selalu saja membuat Dika semakin mencintainya.
Apalagi sekarang? Lihatlah pinggul gadis itu yang melengkung, perutnya mungkin tidak rata dan masih berisi tapi itu tertarik cantik sehingga tampak ramping. Bokongnya juga tampak kencang, apalagi paha serta betisnya. Oh, betapa beruntungnya Dika bisa mendapatkan perempuan secantik Zahra dalam hidupnya.
"Iya, gembulnya sekarang bagus. lebih membentuk dan padat. Kemarin badannya boink boink" jawab Dika seadanya. Zahra hampir saja tertawa keras saat mendengar Dika mendeskripsikan badan Zahra dengan 'boink boink', itu sangat menggemaskan "Ah iya, sepertinya Ayah akrab sekali dengan kamu sekarang" ujar DIka setelah ikut-ikutan menaruh setelan tuxedonya di keranjang tempat pakaian kotor.
Zahra mengangguk "Memang awalnya kaku karena bahasa Om Dipta sangat formal, tapi lama kelamaan aku sudah mulai terbiasa berbicara dengannya"
"Satu langkah lagi, Khumaira" ujar Dika seraya mendekat pada kekasihnya dan menarik gadis itu kedalam pelukan "Satu langkah lagi maka kita akan mengucapkan janji sehidup semati untuk saling mengikat diri dengan ikatan pernikahan yang suci" tangan milik Dika mengusap belakang punggung Zahra dengan lembut "Satu langkah lagi, kamu akan memiliki margaku"
Zahra terharu sekarang. Ia akan bermarga Mahardika.
Sedikit lagi..
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Sambil melipat lutut di depan dada, Zahra memperhatikan Dika yang sedang berlutut di bawah kasur. Sementara Zahra memperhatikan kekasihnya yang bertingkah seperti seekor anjing yang tidak diperbolehkan untuk naik ke atas kasur, gadis tomboy itu justru menatap dirinya dengan pandangan kasih serta sayang.
Dengan lembut, Dika mengusap kaki milik Zahra perlahan "Aku tahu kamu masih meragu terhadap hubungan kita, tapi sepertinya semeta mulai memperlihatkan bahwa ia sudah setuju dan mendukung kisah kita berdua, Khumaira" ia mengecup punggung kaki milik Zahra sehingga membuat Zahra tersenyum karenanya.
Gadis tomboy itu tak pernah enggan untuk mengecup semua bagian dari tubuh Zahra, ia selalu saja menikmati setiap senti dari tubuhnya dan entah mengapa itu membuat Zahra merasa dihargai dan dicintai apa adanya "Aku tidak bisa berjanji setelah pernikahan kisah cinta kita akan selalu sempurna. Kita pasti banyak bertengkar terhadap satu sama lain, aku masih egois dan keras kepala seperti biasanya dan aku tak pernah mau kalah dalam argumen. Kamu harus mempersiapkan diri semenjak sekarang, karena jika saja kita sudah mengucapkan janji di pelaminan, kamu tidak akan pernah bisa lari dariku"
Zahra terharu.
Gadis cantik itu tak pernah menyangka bahwa hubungan keduanya bisa memungkinkan seperti ini. Mereka berdua menentang norma dan agama, mereka berdua melawan keengganan masyarakat, mereka berdua membantah pandangan janggal terhadap keduanya, mereka berdua menutup telinga terhadap semua ujaran kasar dan umpatan tidak berotak yang sering kali terdengar, mereka berdua membuktikan bahwa cinta adalah hal yang paling kuat di antara banyaknya hal yang ada.
"Tinggal satu langkah lagi, kamu akan menjadi istriku" Dika bergerak perlahan untuk mencium Zahra, tapi gadis cantik itu justru menutup bibir si tomboy seraya menggeleng "Kita harus lulus kuliah sebelum menikah sayang" Dika melepaskan tangan Zahra yang menutup bibirnya, ia membungkuk untuk mencium si cantik perlahan "Baik. Aku siap menunggu" lanjut Dika setelah ia melumat manisnya bibir milik Zahra perlahan.
"Dan kamu harus siap menjadi Ibu untuk anak kita nanti"
Dika terdiam sesaat, ia memejamkan mata selama beberapa detik sebelum akhirnya ia menyerahkan senyum kecil pada gadis di hadapannya. Dika terduduk tepat di hadapan Zahra sekarang seraya mulai menggenggam jemari milik si cantik "Tak usah terburu-buru. Aku masih ingin menikmati hariku bersama dengan kamu. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke penjuru dunia yang lain dan tidak terganggu dengan diapers atau tangisan anak"
Mendengar itu, Zahra jadi mengerutkan kening "Bukannya kamu yang berkata kalau kamu ingin melihat Khumaira Azzahra dalam bentuk mini?"
Dika mengangguk mengiyakan "Ya, itu betul. Tapi Kay mengajarkan bahwa memiliki anak akan sangat merepotkan. Aku tidak ingin terburu-buru dalam hal itu" perkataan Dika membuat Zahra menggigit bibir bawahnya "Aku tidak mau membuat Om Dipta khawatir dengan hak warisnya"
Dika mendekat lantas menyatukan kening mereka "Kita masih muda, baik kamu maupun aku bisa saja menyesal setelah memiliki anak. Aku tahu memiliki anak adalah keinginan semua wanita, tapi kita harus bersiap dengan baik agar anak kita mendapatkan yang terbaik" mereka kini berciuman dengan lembut "Tak usah buru-buru" ujar Dika di antara ciuman keduanya yang lembut "Hak warisku juga tak sebanyak hak waris Rafa" lanjutnya kemudian.
"Dikatakan oleh anak yang lahir dengan sendok perak di mulutnya"
Mendengar itu, Dika terkekeh. Gadis tomboy itu bahkan tak pernah memberitahu seberapa banyak harta yang dimilikinya semenjak ia menyandang nama Mahardika, ia pasti terkejut jika saja ia mengetahui kalau keluarganya adalah keluarga yang bisa dibilang konglomerat. Tapi Dika tak pernah mau mengungkit masalah harta didalam hubungan keduanya, lagipula yang paling penting dari segalanya adalah perasaan. Untuk apa harta menumpuk jika saja kamu merasa kesepian tanpa cinta? Itu hanya akan sia-sia belaka.
*-----*
Riska Pramita Tobing.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.