Multimedia: Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Sudah hampir dua jam mereka di perjalanan. Bangunan sudah tampak berubah, udara sudah terasa panas, jenis-jenis kendaraan sudah mulai penuh sesak dan mereka masih terjebak di antara banyaknya kendaraan di jalan raya. Sementara Zahra tertidur lelap di atas pangkuan Dika, gadis tomboy itu justru memperhatikan kekasihnya dengan seksama. Sesekali, tangan milik Dika menyentuh halusnya pipi milik si cantik yang sudah kembali menggembung sebelum akhirnya terkekeh kecil karenanya.
Dari seluruh bagian wajah milik si cantik yang tak jarang ditutupi dengan cadar, Dika paling menyukai matanya. Zahra memiliki mata yang lembut namun teguh di satu waktu yang sama. Gadis tomboy itu yakin kalau siapapun akan berlutut di hadapannya jika saja Zahra meminta. Buktinya saja Dika, Zahra bahkan tak perlu mengucapkan kalau ia menyuruh Dika untuk berlutut, Dika akan dengan senang hati berlutut untuknya.
Berbicara soal melutut, Dika jadi terpikirkan untuk membelikan gadis cantik di pangkuannya ini satu buah cincin. Iya! Dika tahu kalau ia tidak akan pernah bisa mempersunting Zahra yang adalah sesama perempuan, apalagi kalau diingat Zahra adalah saudaranya yang terkait oleh air susu. Semuanya tidak mungkin belaka. Tapi Dika ingin memperlakukan Zahra dengan layak dan pantas.
Ia ingin menghormati Zahra seperti sebagaimana pasangan lainnya. Ia juga ingin memamerkan kekasihnya pada dunia, ia juga ingin mengikat gadis itu dalam ikatan pertunangan dan pernikahan. Tidak salah kan untuk memiliki pemikiran ke arah sana?
Dika menengadah dan menyenderkan kepalanya ke jok mobil. Ia memejamkan mata sambil sesekali berhayal untuk mempersunting kekasihnya.
Hah! Gila saja! Semuanya hanya ketidakmungkinan belaka.
"Mmmmhhh" gerakan lembut di atas paha si tomboy membuat Dika melirik kepada kekasihnya yang sedang menggisik kedua matanya "Pusing" lanjut Zahra setengah sadar dengan nada rengekan ketika ia berusaha untuk terduduk. "Mau muntah" ujar gadis cantik itu lagi-lagi dalam nada yang seolah ia tengah bermimpi.
"Mas, bisa carikan tempat untuk berhenti dulu?" ujar Dika yang langsung di angguki sang sopir sebelum akhirnya mereka berhenti tepat di hadapan restoran cepat saji. Dika segera saja membuka pintu di sampingnya dan berlari menuju pintu di dekat Zahra untuk membukanya.
Dengan telaten, Dika menuntun Zahra yang sedikit terhuyung saat ia menginjakkan kaki di atas tanah. "Laper?" ujar Dika saat ia membopong Zahra untuk duduk di depan teras restoran. Gadis cantik itu menggeleng kecil "Pusing" jawabnya singkat.
"Mau makan dulu supaya nggak pusing?" seru si tomboy sambil mengusapi pucuk kepala si cantik.
Zahra menggeleng "Mau ke toilet. Sepertinya aku akan muntah" ujarnya sehingga membuat Dika cepat-cepat membantunya untuk ke toilet. Bisa repot jadinya kalau Zahra muntah di tempat umum seperti ini. Apalagi ini restoran.
*--BIG SIN III 2023 By Riska Pramita Tobing--*
Dika terkekeh saat ia melihat gadisnya melahap kepiting dengan rakus. Padahal tadi gadis cantik itu menolak untuk makan apapun karena takut akan muntah kembali setelah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit di dalam toilet untuk mengeluarkan isi perutnya. Meskipun kini kedua tangan milik Zahra dipenuhi dengan saus, Dika tetap saja menikmati pemandangan di hadapannya "Enak?" tanya Dika memastikan.
Zahra mengangguk seraya menyodorkan kepiting yang cangkangnya belum dibuka oleh Dika "Enak banget. Kepitingnya masih manis dan segar. Sausnya nggak terlalu pedas jadi aku nggak harus khawatir akan sakit perut nanti"
Sambil fokus membuka cangkang kepiting milik Zahra, Dika sesekali tersenyum saat melihat gadisnya tampak bersemangat saat ia makan. Sudah lama sejak terakhir kali Dika melihat Zahra begitu bernafsu kala ia menyuapkan sesuatu ke dalam mulutnya. Semenjak masuk ke rumah sakit, berat badan Zahra tidak begitu terkontrol, seminggu yang lalu saja berat badannya tidak mencapai angka 50Kg. Biasanya, berat badan Zahra di sekitaran 54 sampai 57Kg dan Dika menyukai kegembulan bocah cantik itu.
Kadang kala, Dika merasa miris saat ia melihat kekasihnya kehilangan berat badan. Apalagi kalau sampai melihat pipi yang menggembung itu hilang, hatinya berasa di iris seketika. Seperti saat kemarin ia terbaring di tempat tidur rumah sakit. Gadis cantik itu kehilangan 10Kg hanya dalam kurun waktu seminggu. Dika tak pernah menginginkan itu kembali. Gadis di hadapannya ini terlihat lebih cantik jika ia lebih berisi, Dika bahkan menyukai perut milik Zahra yang kadang bertumpuk ketika ia sedang duduk. Itu terlihat menggemaskan.
"Kenapa kamu nggak makan?" suara milik Zahra yang terdengar bersemangat itu menyadarkan Dika dari pemikirannya "Gimana mau makan, dari tadi kepiting punya aku di embat terus sama kamu" balas Dika yang justru membuat Zahra cengengesan karenanya "Sowwy" balasnya kekanakan namun masih saja mengambil daging kepiting jatah Dika untuk kesekian kalinya.
Tak apa. Dika bahkan sudah merasa kenyang ketika melihat Zahra makan begitu lahap.
"Mau tambah lagi?" ujar Dika menawarkan untuk ke dua kalinya. Gadisnya terlihat masih kelaparan meskipun ia sudah makan dua porsi. Zahra mengangguk "Tapi setengah, gamau gendut-gendut. Berat" Dika menggeleng tidak setuju "Makin gendut makin cantik, sayang" ujarnya tak tahu malu seraya berdiri cepat untuk mengambil satu porsi nasi dan kepiting lagi. Ini porsi yang ke tiga, pikir Dika dengan senyum merekah. Ia senang sekali.
Setelah mengambilkan satu porsi lagi untuk Zahra, Dika kembali dengan tenang sampai akhirnya ia menemukan bahwa kursi yang tadi diduduki olehnya sekarang sudah terisi oleh satu orang lelaki yang tidak diketahui oleh Dika. Dengan gerakan cepat dan terburu-buru, Dika mendekat pada kekasihnya dan si lelaki asing. Gadis tomboy itu bahkan bisa melihat sorot canggung dan sedikit takut dari tatapan Zahra.
Dika tersenyum kecil saat ia mendekat dan menyerahkan satu porsi baru pada kekasihnya "Ada apa mas?" ujar Dika sambil mengalungkan lengan pada pundak kekasihnya, gadis tomboy itu bahkan bisa mendengar Zahra mengeluarkan napas yang panjang dan berat seolah ia sedari tadi sedang tertekan oleh keberadaan si lelaki asing.
Pemuda tampan yang memakai seragam rapi itu mencebik "Saya cuma mau mengenalnya. Anda siapa?" seolah merasa tertantang, Dika menyeringai kecil "Justru mas yang siapa? Kenapa mengganggu pacar saya?" Dika tahu ini bukan waktu yang tepat untuk memamerkan kekasihnya, bahkan Zahra juga sedikit tersentak karena terkejut. Tapi ia ingin meng-klaim Zahra agar lelaki itu tahu kalau ia tak memiliki sedikitpun kesempatan untuk mendekat pada kekasihnya.
Lelaki itu tertawa "Sinting" ujarnya mencemooh "Perempuan kok pacaran sama perempuan?" lanjutnya masih dengan nada menghina "Udah pada gila kalian ya?"
Dika menarik napas panjang. Kalau saja ini bukan tempat umum, gadis tomboy itu pasti sudah meluncurkan beberapa pukulan di wajah tampannya yang seketika terlihat menyebalkan "Anda yang lebih gila. Menggoda perempuan yang sudah dimiliki oleh orang lain"
"Mauria.. Sudah" suara Zahra terdengar sedikit bergetar ketakutan "Maaf ya mas, tapi mas sudah mengganggu kami. Silahkan tinggalkan tempat ini sebelum saya panggil security"
"Dasar perempuan gila" runtuknya sambil berdiri dan menjauh dari keduanya.
"Dia yang gila" celetuk Dika seraya mengambil kepiting milik Zahra untuk membukakan cangkangnya "Udah sihhh. Aku nggak suka denger kamu meruntuk kayak gitu. Mending suapin aku. Masih lapar ini" dengan seketika, Dika terkekeh. Dasar Zahra. Bisa-bisanya ia merubah mood Dika hanya dengan kedipan mata.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
![](https://img.wattpad.com/cover/314119849-288-k757403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN III
Teen Fiction"Bersamamu memang tak mudah. Tapi aku tak sanggup jika tanpamu" -Mauria Mahardika Sadewa. By: Riska Pramita Tobing.