BIG SIN III - ThirtySix

271 17 6
                                    

Multimedia: Khumaira Azzahra.

*-----*

Detik demi detik secara perlahan berubah menjadi menit, kemudian berubah menjadi jam, berubah kembali menjadi hari, lalu menjadi minggu, lantas menjadi bulan, dan kemudian berubah kembali menjadi tahun. Tanpa terasa, tahun terakhir perkuliahan akhirnya datang. Baik Zahra maupun Dika tengah tersenyum bahagia karena akhirnya mereka mendapatkan gelar di tahun yang sama, lulus di tahun yang sama dan merayakan kebahagiaan mereka bersama setelah kemarin mereka terjerembab tugas, ujian, kerja kelompok dan skripsi mematikan serta sidang yang mengerikan.

Kini, baik Zahra maupun Dika tengah terduduk di kursi merah tepat di tengah-tengah kerumunan mahasiswa dan mahasiwi yang sudah kelelahan dengan segala macam penderitaan perkuliahan. Mereka semua memasang senyum terbaik dengan toga yang dikenakan, sama-sama bersiap untuk menyongsong masa depan yang belum ditentukan "Selamat ya" ujar Dika berbisik pada kekasihnya yang sedang mengusap air yang menggenang di kelopak mata, ia menahan tangis bahagianya karena tak ingin menghancurkan hiasan wajahnya.

Zahra melirik lembut "Selamat juga buat kamu" dengan senyum yang sedikit bergetar karena perasaan haru, Zahra menggenggam tangan milik si tomboy sebelum ia melanjutkan "Dan terimakasih bantuannya" Dika terkekeh kecil. Kemarin, Zahra kesulitan menyusun skripsi. Gadis itu tak pernah menganalisis perusahaan sebelumnya sehingga Dika lah yang harus turun tangan untuk membantunya untuk mengerjakan skripsi.

Dika lelah, selain karena ia juga membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menganalisis perusahaan yang ia ambil sebagai bahan skripsi, ia juga harus menganalisis perusahaan yang Zahra pilih setelahnya. Tapi mendapatkan senyum merekah dari Zahra seperti ini nyatanya mampu membuat semua kelelahan itu terangkat seketika, ia juga merasakan haru saat kekasihnya dipanggil ke depan serta disahkan lulus dan menjadi sarjana management.

Setelah upacara pengesahan selesai, Dika menggenggam tangan Zahra untuk menemui keluarga mereka. Sementara keluarga Mahardika menyambut mereka dengan baik sambil memberikan selamat serta bingkaian bunga ciamik, maka orangtua Zahra justru menyambut keduanya dengan tangisan bangga tanpa menghadiahi keduanya apapun. Nurunnisa serta Ghani tampak serasi dalam balutan pakaian berwarna biru tua, keduanya sampai kemarin dan menginap di rumah Dika untuk semalam.

Meskipun memang terjadi kesenggangan di antara Dika serta Ghani, segalanya tetap berjalan dengan baik dan lancar.

Tidak ada pembicaraan buruk yang terjadi selama mereka bercengkrama terhadap satu sama lain. Ghani bahkan sempat mengelus kepala Dika yang dibungkus oleh hijab meski itu hanya sesaat.

Jujur saja, Dika mengharapkan hal besar saat Ghani mengusap kepalanya tadi. Ia ingin kata-kata selamat dan penyambutan sebagai keluarga yang baru dari lelaki senja itu, tapi sepertinya Dika terlalu berharap karena Ghani kemudian cepat-cepat beralih pada Zahra untuk memeluknya lantas menghujani gadis itu ciuman di seluruh wajahnya.

Dika tak keberatan untuk menunggu restu dari Ghani. Buktinya saja sudah tiga tahun terakhir ia sering mengunjungi lelaki senja itu untuk mencairkan suasana di antara keduanya yang selalu beku. Dika kerap kali mendapatkan kata-kata hinaan dari Ghani atau bahkan perlakuan tidak senonoh seperti tamparan ketika gadis tomboy itu berani-beraninya menanyakan restu untuk kesekian kalinya. Tapi belakangan ini keduanya sudah mulai tampak damai terhadap satu sama lain meskipun Ghani tak pernah benar-benar bersikap baik terhadap dirinya.

Dika menarik napas panjang, enam tahun sudah dirinya bersama dengan Zahra. Enam tahun adalah waktu yang tidak sebentar untuk membuktikan bahwa cintanya terhadap Zahra memang benar-benar nyata. Sempat Dika berpikir bahwa dirinya hanya berhayal belaka ketika mereka berdua berjauhan semasa KKN kemarin.

Selama KKN, ia tak bertemu dengan Zahra sekalipun. Keduanya memutuskan untuk berpisah dan magang di tempat yang berbeda. Dika sengaja memutuskan untuk memisahkan diri dari Zahra dengan tujuan agar gadis itu bisa memahami cara bekerja dengan baik tanpa bantuan Dika disisinya, mereka sempat bertengkar besar saat itu karena si cantik menyangka bahwa Dika tak ingin untuk bersama dengannya.

Zahra mendiamkan kekasihnya hampir seminggu sebelum peberangkatan ke daerah tempat Zahra melaksanakan KKN sebelum akhirnya gadis tomboy itu memberikan si cantik satu liontin berwarna biru tua dengan satu gantungan berukirkan nama Azzahra Mahardika. Gadis cantik itu melaksanakan KKN dengan baik, buktinya saja ia mendapatkan nilai yang fantastis meskipun tak jarang Dika mendengar kabar bahwa gadisnya berbuat kesalahan di perusahaan.

Bagi Dika yang memang sudah berpengalaman di bidang bisnis, menjalani KKN di bidang ini sudah sangat mudah baginya. Ia merasa biasa saja ketika mendapat nilai yang fantastis, berbeda halnya dengan Zahra yang memang tak memiliki sedikitpun pengalaman di bidangnya. Gadis catik itu pantas mendapatkan banyak penghargaan dari Dika dan Dika sudah mempersiapkan hadiah terbaik untuknya.

Setelah menghabiskan banyak waktu untuk bercengkrama dengan semua orang dan mengabadikan beberapa foto, Dika serta Zahra segera kembali ke rumah untuk beristirahat.

Sementara kedua orangtua Zahra terduduk di ruang keluarga, Dika serta Zahra terdiam diri di dalam kamar sambil membersihkan sisa makeup yang dikenakan keduanya. "Berarti setelah ini aku akan mulai kesulitan untuk mencari pekerjaan" ujaran dengan nada lemas dari sebelah kanan Dika membuat gadis tomboy yang tengah mencabut bulu mata palsunya itu jadi menoleh pada Zahra yang tengah menyiapkan kapas untuk mengelus sisa-sisa makeup yang masih tersisa di wajahnya.

Dika tersenyum kecil "Mau melamar ke perusahaan mana?"

Zahra menggeleng kecil "Belum tahu" kini, ia tengah menyiapkan korek kuping untuk membersihkan eyelinearnya.

Dika mendekat untuk mambantu Zahra membersihkan sisi dari matanya "Di perusahaan kemarin tempat magang gak bisa?"

"Mungkin bisa, tapi aku nggak mau kerja jauh dari sini. Nanti kamu sendiri dan aku sendiri, aku gamau jauh-jauh dari kamu"

Tanpa sadar, Dika tersenyum "Kalau begitu, kamu bisa kerja di perusahaanku"

Zahra menggeleng cepat "No" gadis itu kini mengulurkan tangan untuk membantu Dika yang belum selesai membersihkan makeup miliknya "Aku mau mendapatkan pengalaman terbaik. Kalau aku kerja di perusahaan kamu, aku bisa bersikap semena-mena karena kamu pacarku, eh tunanganku"

Dika menggeleng tidak setuju "Perusahaan itu atas nama Ayah, aku bukan pemiliknya. Jadi kamu akan tetap diperlakukan secara adil dan merata seperti karyawan lain"

Zahra merengut dan menarik diri dari kekasihnya yang sudah bersih "Boleh mencoba beberapa bulan sebelum ke perusahaan lain?"

Dika mengangguk mengiyakan "Siapkan saja lamarannya, biar aku menghubungi Anita untuk mewawancarai kamu kalau kamu sudah siap melamar"

"Danna"

Dika menelan ludah dengan sangat lambat saat mendengar kekasihnya mendesahkan itu "Kenapa sayang?" ia sedikit gemetar saat melihat kekasihnya membuka baju tepat di hadapan dirinya "Marahi aku kalau aku melakukan kesalahan saat magang di perusahaan. Jangan memanjai aku ketika aku salah. Berjanjilah untuk bersikap tegas sebagai wakil CEO perusahaan" Dika mengalihkan pandangan dari tubuh Zahra yang sudah tak dibalut oleh pakaian "Ya. Baiklah. Aku akan melakukannya" balas Dika berusaha untuk tidak melihat pada keindahan di depan matanya.

"Sampai bertemu di perusahaan. My boss"

Hhhh shit... Ini pasti akan menyenangkan.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Kareka saya tidak pernah kuliah dan tidak tahu apa aja yang terjadi di perkuliahan, makanya tolong mengerti keadaan saya yang membuat mereka langsung wisuda ya gaes yaa. Tolong berikan koreksi juga kalau semisalkan saya menggunakan kosa kata yang salah dalam tema perkuliahan di atas. Terimakasih :)

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang