BIG SIN III - ThirtyNine

273 14 6
                                    

Multimedia: Mauria Mahardika Sadewa.

*-----*

Di antara ramainya orang yang kesana-kemari, Zahra termenung di hadapan Laras yang baru saja mengatakan bahwa ia memutuskan untuk tidak menikah dengan Kayra. Rasanya sedikit pedih saat mendengar Laras memberitahu bahwa ia dengan Kayra memberhentikan pemikiran untuk menyatukan diri dengan janji suci. Sementara Zahra menggenggam sample undangan pernikahan dirinya yang akan diadakan satu tahun mendatang, Laras justru mengatakan bahwa ia tidak ingin menikah ketika keduanya kembali bertemu.

Zahra memasukkan kembali sample undangan yang sudah ia genggam ke dalam tas yang ia pangku "Keputusannya sudah bulat?" ujar Zahra seolah masih tidak percaya dengan perkataan Laras yang bahkan tampak sedih ketika memberitahunya.

Gadis cantik yang mengenakan dress ringan berwarna biru muda itu mengangkat bahu "Entah. Aku juga belum tahu kalau keputusan kami yang terbaik untuk kita berdua atau bukan. Mungkin saja suatu saat aku dan Kayra akan mengubah pendirian dan kemudian menikah. Tapi untuk keputusan sekarang, kita memang tidak memiliki rencana untuk sejauh itu dalam mengikat satu sama lain"

Zahra menghela napas "Mbak tahu? Mauria berhasil mendapatkan restu Ayah"

Laras membelalakkan matanya yang sedari tadi tampak sendu. Dagu gadis cantik itu bahkan jatuh ke bawah saking terkejutnya "Bagaimana mungkin?" pertanyaan itu segera dijawab gelengan kepala oleh Zahra "Entah. Baik Ayah maupun Mauria, keduanya sama-sama tutup mulut soal itu"

Baik Laras maupun Zahra sama-sama terdiam sekarang. Keduanya tengah berada di sebuah restoran dengan tema komik.

Tempat makan yang dipenuhi dengan buku-buku komik dari berbagai macam kalangan tersedia di setiap rak buku yang menempel di dinding-dinding pemisah ruangan. Selain itu, tempatnya juga hanya bertemakan putih hitam seperti lukisan komik sehingga membuat Laras yang mengenakan pakaian berwarna biru muda di antara pengunjung lain yang rata-rata menyesuaikan dengan warna hitam putih jadi begitu mencolok karenanya.

"Berarti kamu sudah fiks akan menikah dengan Dika?"

Pertanyaan ini sudah diperhitungkan oleh Zahra sebelumnya, tapi meskipun ia sudah mengira bahwa pertanyaan ini pasti datang dari mulut Laras, ia tetap saja kebingungan saat akhirnya Laras bertanya seperti itu. Zahra terdiam selama beberapa saat untuk memperhatikan asap yang sedikit mengepul di cangkir berisikan kopi "Aku meragu" mulai Zahra sehingga membuat Laras mendekat pada gadis cantik itu.

Wajah Laras terlihat benar-benar penasaran dengan apa yang sekiranya akan diberitahukan oleh Zahra terhadapnya "Ada sedikiiiit sekali" Zahra menarik napas "Sedikit dari sekian banyaknya keyakinan aku untuk menikah dengan Dika. Mungkin hanya lima dari seratus persen" Laras makin mendekat karena Zahra belum menumpahkan informasi "Bahwa aku menginginkan keluarga normal"

Laras tersentak. Gadis itu terbelalak tidak percaya dan ia tidak bisa berbicara sedikitpun selama beberapa saat "Kamu.." ujar Laras hati-hati "Menaksir laki-laki?" Zahra menggeleng cepat "Bukan begitu" bantahnya yang langsung membuat Laras menarik napas panjang karena lega "Ya Tuhan. Kukira kamu selingkuh dari Dika" lanjut si cantik dengan sedikit dramatis.

Zahra terkekeh sedikit sebelum ia menyesap sebagian dari kopi yang terlihat masih mengepulkan asap "Hanya saja, aku juga ingin merasakan punya suami" lirih Zahra dengan nada sedih. Ia sedang bimbang sekarang.

"Kupikir perlakuan Dika sudah sama seperti suamimu. Dia memberikan kamu nafkah, memberikan kamu rumah, bahkan memberikan perusahaan dan membagi hak waris dengan kamu. Jangan tanya darimana aku tahu informasi itu, Kayra sudah lama menjelaskan tentang itu padaku karena dia sekarang sudah menjalin bisnis serupa dengan Dika" Laras sedikit mengibaskan rambut miliknya "Kenapa kamu tiba-tiba ingin memiliki suami setelah seluruh perlakuan Dika sudah seperti suamimu sendiri? Dia bahkan mengenakan dildo saat beretubuh kan?"

BIG SIN III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang