Sesuai perjanjian, kini Paul dan Nabila sudah berada dikursi pinggir kolam untuk memulai pembicaraan mereka. Entah Nabila yang akan bercerita terlebih dahulu atau justru Paul yang akan memulainya. Diatas meja sudah ada 2 gelas minuman yang dibawa Paul. Ia memesan online setelah Nabila memberitahunya akan bercerita.
"Prepare banget ya sampe bawa minuman segala" Ucap nabila kepada paul
"Ya mana tau haus, makanya aku siapin"
"Emang si paling peka deh kamu" Puji nabila kepada paul
"Tapi inget ya, peka bukan berarti aku tau semuanya. Emang aku peramal apa yang bisa tau sesuatu tanpa dikasih tau dulu"
"Iyaa iyaa. Perasaan kamu nyindir aku terus"
"Aku gak nyindir sayang, cuma mengutarakan isi hati" Balas paul
"Yaudah kamu dulu yang cerita, biar sekalian mengutarakan isi hatinya" Ucap nabila dengan jahil
"Mana ada, kamu dulu lah. Kan kamu yang ngajak duluan"
"Coba gimana ceritanya? Apa yang ganggu pikiran kamu? Masalah apa yang kamu pendem sendiri?" Lanjut paul dengan pertanyaan yang bertubi-tubi
"Satu-satu kali nanyanya"
"Iyaa, bebas kamu mau mulai cerita dari yang mana aja, aku udah siap dengerin" Balas paul sambil menatap nabila
"Aku cuma lagi cape aja" Ucap nabila terjeda
Paul membiarkan nabila bercerita. Ia hanya mendengarkan dan tidak akan memotong ucapan kekasihnya itu.
"Aku tau emang gak mudah buat jalanin semuanya. Dari awal aku niat masuk sini cuma pengen gapai cita-cita aku buat bisa bahagiain keluarga. Jadi anak pertama gak semudah itu ternyata, aku harus berusaha gapapa didepan adik-adikku yang lain, didepan orang tuaku, didepan semuanya. Padahal aku sendiri gak tau bisa jalanin ini semua sendiri apa nggak."
"Disaat aku berusaha mati-matian bertahan disini, orang lain dengan mudahnya ngeluarin kata-kata yang bikin aku down. Padahal kata-kata itu aku baca lewat ketikan, tapi sakit banget ya. Aku gak tau salahku sama mereka apa, gak tau apa yang mereka mau dari aku, aku gak tau. Aku cuma anak labil yang lagi nyoba peruntungan aku didunia nyanyi dan bisa bahagiain keluarga."
"Kalo kamu tanya kenapa aku gak pernah mau cerita dan lebih milih mendem sendiri, itu karena aku ngerasa anak perempuan pertama itu harus sekuat baja, hati aku harus setegar karang yang meskipun diterjang ombak tiap saat tapi tetap kokoh berdiri, mata aku gak boleh nunjukkin kesedihan didepan banyak orang, bahu aku harus kuat nopang segala beban karena aku harapan dikeluarga aku."
"Aku selalu berusaha nangis tanpa suara, cape fisik sama cape mental karena ngerasa gak pantes ada diposisi ini, sering nyalahin diri sendiri atas apa yang terjadi, dan masih banyak lagi. Banyak tuntutan yang aku rasain. Dituntut sama keadaan buat bisa tegar walaupun buat berdiri aja rasanya enggan. Dituntut buat tabah walaupun hati aku rusak parah. Dipaksa baik-baik aja padahal rasanya penuh beban sama amarah."
Pertahanan nabila runtuh. Air mata yang sedari tadi sudah menumpuk dikelopak matanya pada akhirnya tumpah juga. Tidak ada lagi nabila yang pura-pura kuat saat ini, tidak ada lagi nabila yang memakai topeng bahagia diwajahnya, semuanya ia perlihatkan kepada orang yang ada didepannya sekarang. 'berat'
Paul yang sedari tadi sudah meneteskan air mata akhirnya memeluk nabila. Pertama kali dalam hidupnya ia melihat seorang wanita yang terlihat kuat padahal sangat rapuh. Hatinya ikut teriris melihat kekasihnya menangis seperti ini, Namun ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisannya agar nabila tidak mendengarnya. Pelukan yang ia berikan semata-mata hanya sebagai penguat sesaat, karena ia tahu rasa sakit ini tidak bisa diobati hanya dengan sebuah pelukan. Ia membiarkan nabila menangis dipelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komang [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Tasbihku dan Tridatumu sudah tidak bertaut, alhamdulillah dan astungkara sudah tidak bersaut, tapi apakah dalam sujudku dan muspamu masih terlantun doa yang sama? Kepada arca mu kau menitipkan Kepada Tuhan ku, aku menetapkan Di atas sajadah cintaku...