Warning!!
Typo bertebaran, maafkan diri ini yang hanya manusia biasa, trims.Happy reading!
Perlahan nabila menuruni anak tangga. Meskipun dalam keadaan mata sembab dan wajahnya yang pucat karena tidak bisa tidur semalam, ia memberanikan diri untuk menemui kekasihnya itu.
"Nah itu nabila udah turun, abi tinggal ya" Ucap abi nabila kepada paul kemudian ia beranjak dari duduknya
"Ngobrol diluar" Ucap nabila singkat saat sudah berada dilantai dasar
Paul mengikuti nabila, kemudian ia menawarkan untuk mengobrol didalam mobilnya, karena jika diteras takut tetangga nabila melihat dan malah menjadi tontonan.
Mereka memasuki mobil dengan paul yang duduk dikursi mengemudi dan nabila disebelahnya.
"Hey sayang" Ucap paul sembari meraih tangan nabila. Namun tidak lama, nabila menarik tangannya membuat paul sedikit tersentak
"Maafin aku"
"Aku minta maaf sayang" Ucap paul dan meraih kembali tangan nabila untuk digenggamnya, namun lagi dan lagi nabila menarik tangannya kembali
"Aku mau nemuin kamu bukan buat dengerin kata maaf kamu itu" Balas nabila dengan suara yang bergetar. Ya, ia menahan tangisnya, entah mengapa dipertemuan mereka kali ini dadanya terasa sesak. Pertama kali dirinya merasakan seperti ini saat bertemu paul, karena memang biasanya mereka bahagia jika sudah bertemu.
"Iyaa aku jelasin pelan-pelan ya?" Ucap paul dengan lembut namun terdengar seperti menahan sesak, sama seperti nabila.
Paul menarik nafasnya panjang sebelum mengawali ucapannya kali ini
"Aku tau kamu marah banget sama aku, kamu kecewa, kamu sedih, aku tau. Aku juga sakit liat kamu kayak gini, liat mata kamu sembab, aku juga sakit sayang"
"Aku gak ngebayangin bisa sampe kayak gini. Aku gak tau siapa orang yang ngirim foto itu ke kamu, yang bikin kita salah paham kayak gini"
"Yang kamu liat difoto itu emang aku. Tapi kamu harus tau kalo cewek yang disamping aku itu cuma temen aku, gak lebih"
"Kenapa kamu harus bohong?" Ucap nabila dengan suaranya yang bergetar. Ia menunduk dan tidak ingin melihat orang yang ada disebelahnya
"Aku takut kamu gak ngizinin aku, aku salah. Padahal kalo aku jujur gak akan kayak gini kan sayang? Aku tau, aku minta maaf"
"Kalo tau kenapa masih bohong?" Tanya nabila kembali
"Gak tau kenapa aku berat buat jujur ke kamu. Dia temen aku, bisa dibilang temen deket tapi dalam artian cuma deket sebagai temen aja, gak lebih. Dia depresi karena ditinggalin sama temen ceweknya, dia minta aku buat temenin dia. Banyak yang dia ceritain dan aku ngerasa banyak kesedihan yang dia simpen sendiri. Aku cuma prihatin, aku gak libatin perasaan lain ke dia, perasaan sayang aku, cinta aku, itu udah abis buat kamu semua, gak ada lagi sisa buat orang lain. Tolong kamu percaya sama aku" Jelas paul panjang lebar
Mata paul sudah berkaca-kaca, air matanya sebentar lagi akan tumpah. Ia tidak siap mendengar balasan nabila. Banyak pertanyaan dikepalanya, apakah ia akan sanggup mendengar ucapan nabila nanti? ia tidak tahu.
Kini nabila mengangkat kepalanya, ia menghadap kearah pria yang ada disebelahnya.
"Harus banget kamu nemuin dia sendiri? Aku tau kamu orangnya peduli sama lingkungan kamu, sama orang terdekat kamu, aku tau. Tapi apa kamu gak mikirin perasaan aku gimana? Kemarin kita jauh dan kamu ngelakuin kesalahan yang fatal, kamu bohong sama aku, kamu nemuin cewek dan berduan sama dia ditempat yang romantis, berdua!" Nabila menaikkan volume suaranya dikalimat terakhir yang ia ucapkan
"Iyaa aku tau sayang, aku tau aku salah. Tapi aku udah bilang ke kamu, kalo temen deket dia sekarang cuma aku. Aku gak enak kalo ngajak yang lain karena tujuan dia ngajak ketemu buat ceritain masalahnya" Balas paul
"Kamu gak enak ke temen deket kamu, tapi kamu seenaknya sama aku. Omongan kamu ke aku soal prioritas itu bohong ya ternyata, nyatanya nggak gitu"
Paul seperti merasa ada yang menusuk dadanya kali ini. Ia benar-benar sakit mendengar ucapan nabila barusan. Ternyata memang benar, hal yang menurut lelaki itu biasa saja, tetapi bagi perempuan bisa menjadi hal besar.
Kenapa ia baru menyadari ini semua? Ia baru menyadari jika memang lelaki dan perempuan itu berbeda dalam segi apapun, termasuk sifat. Laki-laki yang melakukan sesuatu hanya berpikir dengan logika, soal perasaan ia tidak terlalu memikirkan. Sedangkan perempuan, justru perasaan yang ia utamakan.
"Gak gitu sayang, kamu tetep prioritas aku dan bakal terus jadi prioritas. Aku mikirin kamu. Waktu ngobrol berdua kemarin, dalam hati dan diri aku ada rasa takut, khawatir, penyesalan, rasa bersalah, itu ada semua. Cuma aku beneran prihatin ke dia, makanya aku tetep nemenin dia"
"Sekarang aku balik posisinya, kalo aku yang ngobrol berdua kayak gitu gimana? ngobrol ditempat yang romantis, duduk berduaan, ketawa bareng, terus aku bohongin kamu, gimana perasaan kamu aku tanya?" Kesabaran nabila saat ini sedang diuji, namun ia masih bisa menahan agar emosinya tidak meledak
Paul diam membisu, ia tidak menjawab
"Kenapa diem? Gak bisa jawab? Ngerasa kalo kamu ada diposisi aku bakal emosi? Bahkan kamu sendiri ngerasa kan kalo emosi kamu bakal meledak. Aku gak mau dihubungin sama kamu itu biar emosi aku reda sendiri, aku mendem semuanya biar emosi aku gak melebar kemana-mana. Coba kalo kamu, udah pasti kamu bakal ngelakuin hal yang nggak nggak"
"Selama ini aku ngebiarin sifat friendly kamu bukan berarti aku terima semuanya. Tapi makin kesini kamu bikin aku mikir buat gak ngebiarin lagi sifat friendly kamu itu"
Nabila menghembuskan nafasnya kasar. Ia rasa sudah cukup untuk membicarakan ini semua secara langsung. Energi dirinya sudah mulai habis karena menahan emosi ternyata tidak semudah itu.
"Udah ya, gak ada lagi yang harus diomongin. Jangan lupa pamit sama abi" Ucap nabila saat hendak turun dari mobil, namun dengan cepat paul menahannya.
"Tunggu dulu, ini belum selesai. Sebentar lagi aja, aku minta tolong" Pinta paul kepada nabila
"Aku cape, aku ngantuk. Biarin aku turun" Ucap nabila sembari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman paul
"Sebentar lagi ya sayang? Aku masih pengen ngomong sama kamu, aku kangen sama kamu. Jangan dulu pergi sebelum kita baikan"
"Lepasin aku" Ucap nabila yang masih berusaha melepaskan tangannya
"Jangan kasar sama aku"
Sebenarnya ucapan nabila kali ini hanya kalimat hiperbola agar paul melepaskan genggamannya, pada kenyataannya genggaman paul tidak sekuat itu, ia hanya ingin paul melepaskan tangannya, dan terbukti paul langsung melonggarkan genggaman itu dan nabila bisa dengan mudah melepaskannya.Nabila bergegas turun sebelum ditahan kembali. Untuk kali ini, paul membiarkan nabila untuk keluar dari mobilnya. Mungkin belum saatnya nabila bisa memaafkan dirinya, masalah kemarin membuat mata dan hatinya lebih terbuka, banyak yang nabila simpan sendiri mengenai perasaannya tentang hubungan ini. Untuk selanjutnya, ia akan membahas hal ini juga dengan nabila, namun untuk saat ini, dirinya harus tetap meluruskan masalah yang terjadi sekarang hingga tuntas.
Paul berpamitan kepada keluarga nabila, kemudian ia menjalankan mobilnya untuk kembali ke apartemennya.
Hehehehehehehehhehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe part 4
KAMU SEDANG MEMBACA
Komang [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Tasbihku dan Tridatumu sudah tidak bertaut, alhamdulillah dan astungkara sudah tidak bersaut, tapi apakah dalam sujudku dan muspamu masih terlantun doa yang sama? Kepada arca mu kau menitipkan Kepada Tuhan ku, aku menetapkan Di atas sajadah cintaku...