“Tak perlu berekspektasi terlalu tinggi. Pernah merasakan sakit? Itulah yang akan kamu rasakan jika melupakan realita dan terlalu sering berangan-angan.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Pagi ini, SMA Bakti Jaya dihebohkan dengan kabar kedatangan siswa baru yang digadang-gadang akan menjadi most wanted di sekolah mereka itu. Tentunya dengan Zevandra sebagai saingan.
Sedari pagi Alana sudah terlihat lesu akibat belum makan semalaman. Gadis itu terus memegang perutnya yang terasa kosong akibat tak terisi sedikitpun. Hanya sepotong Pizza yang ia makan semalam dan itu tak berhasil membuatnya kenyang.
“Al, katanya bakal ada siswa baru. Bener gak, sih?” tanya Celline sambil melihat beberapa siswi yang tampak antusias menunggu siswa baru yang mereka bicarakan itu.
“Ga—” ucapan Alana terpotong saat Alona terlebih dahulu menjawab pertanyaan dari sahabat mereka itu.
“I don’t know,” sarkas Alona.
Celline hanya mengangguk. Gadis itu kembali meminum jus Apple kesukaannya sambil menatap Alana tak suka.
“Lo kenapa lemes banget, sih?! Gak enak banget diliat! Ngerusak pemandangan!” cibirnya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
“Iya, ish! Jadi gak nafsu makan gue!” Steysie ikut menimpali. Gadis itu langsung membuang spaghetti miliknya ke tong sampah.
Alona menyembunyikan senyumnya. Gadis itu merasa puas saat semua orang mencaci saudara kembarnya itu. Berpura-pura polos dan licik dibelakang. Itulah Alona. Bahkan Alona sering menjelekkan Alana tanpa sepengetahuan saudaranya itu.
“Kalian gak boleh gitu!” kesal Alona. “Kak Lana sakit, ya? Yaudah ke UKS aja. Daripada makin parah,” lanjutnya.
Alana menggeleng. “Gak papa,” balasnya sambil tersenyum tipis.
Tentunya senyum itu palsu. Alana menyembunyikan sakitnya saat kedua sahabatnya mencibirnya, bahkan menghinanya. Alana tak mungkin melawan, pasti keduanya akan langsung menghajar bahkan menyebarkan rumor palsu tentang dirinya. Ini fakta, bukan sekedar dugaan Alana semata!
Suara riuh menggema. Keempatnya segera menoleh kearah sumber suara. Di koridor, sudah ada banyak siswa yang berteriak heboh karena kedatangan murid baru yang mereka tunggu-tunggu.
Seluruh penghuni kantin juga telah berhamburan keluar dengan alasan ingin melihat siapa sebenarnya murid baru itu. Alona, Steysie, Celline, bahkan Alana juga ikut keluar karena merasa kepo dengan sosok murid tampan tersebut.
Alona membulatkan matanya sempurna saat melihat siapa murid baru itu. Pikirannya langsung flashback ke masa-masa dulu. Lelaki yang sama yang dulu pernah ia kenal. Alona bahkan menutup mulutnya tak percaya akan apa yang disuguhkan didepan matanya sendiri.
Alana mengerutkan keningnya. “Alzean?” ujarnya.
Semua siswa terdiam. Kini, pandangan mereka beralih pada Alana.
“Alzean? Kok Lo bisa tau?”
“Alzean? Namanya keren, orangnya juga keren. Paket komplit, ea!”
“Namanya aja ganteng apalagi orangnya.”
Lelaki yang diduga bernama Alzean itu menatap Alana datar. Kakinya mulai melangkah pelan menghampiri gadis itu. Sorot matanya tajam dengan bola mata menatap Alana intens.
Sejenak pandangan keduanya bertemu. Alana bahkan sampai tertegun karena wajah pria dihadapannya yang terlihat begitu sempurna. Dari sisi manapun, Lelaki itu akan tetap terlihat sempurna.
“Yeah! Gue Alzean.” lelaki itu membalas sambil menaikan satu alisnya.
Semua siswa membuka mulut mereka tak percaya. Sangat tampan! Apalagi dengan alis terangkat, kadar ketampanan Alzean semakin bertambah.
“Gila, damagenya!” Steysie berbisik.
Alona masih diam tak berkedip. Pikirannya kalut dalam kejadian beberapa tahun lalu. Dimana Alzean masih cupu dengan kaca mata dan rambut disisir menyamping. Sedangkan sekarang, kaca mata tak lagi bertengger di hidung Alzean. Sekarang, Seorang Alzean Alexander terlihat begitu tampan dan sempurna.
“Ada apa ini?! Kenapa ribut-ribut, hah? Gak denger kalian bel masuk udah bunyi?!”
Suara bariton itu mengalihkan atensi semua orang. Sontak seluruh siswa langsung berlari ke kelas masing-masing karena kepala sekolah sudah bertindak. Lelaki dengan tubuh gagah dan wajah garang itu langsung berjalan kearah Alzean.
“Benar kamu murid baru disini?” tanya Pak Bagas sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Alzean mengangguk.
“Silahkan keruangan saya!” lanjutnya. Lagi-lagi Alzean hanya mengangguk.
Pak Bagas melirik kiri kanan. “Kalian berempat ngapain? Masuk kelas!” bentaknya yang berhasil membuat keempat gadis itu langsung berlari ke kelas.
Alana menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang sejenak. Netranya menatap Alzean lekat hingga tanpa disadari lelaki itu juga mulai melihatnya.
Alana membuang wajahnya. Gadis itu menggeleng cepat. “Gak, Lan! Lo udah gak punya perasaan sama dia!” ujarnya mencoba menyakinkan dirinya sendiri.
Alzean memasukan kedua tangannya ke saku celana. Matanya masih setia menatap kepergian Alana. Wajah datar tanpa ekspresi itu tanpa disadari berhasil mengundang lirikan Alona.
“Lo beneran Alzean yang dulu, gak, sih?” monolognya.
Next?
#Acc_Min
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...