ALANA||KEPUTUSAN DEVANO

1.5K 32 0
                                    

“Langit hitam meninggalkan senja. Sayup angin meniup duka. Memberi rasa pada hati yang Amerta.”

- Alana Zealinne Artharendra

•••

“Devano!”

Devano menghembuskan nafasnya kasar.
Ini sudah lima hari sejak Alana terus mengejarnya hanya untuk membuatnya menyadari akan cinta Alona.

Lelaki itu berbalik dengan malas. “Kenapa? Mau bahas tentang Alona lagi? Mending gak usah! Gue capek denger nama dia!”

“Capek? Terus gimana dengan Alona yang terus harepin lo? Apa dia gak capek?! Please, Devano! Gue mohon ... Hargai perasaan dia dan coba jadi pacarnya.” Alana masih mencoba menjelaskan.

“Pertanyaan ini mungkin belum pernah keluar dari mulut gue ....” Devano mulai berjalan mendekati Alana.

“Tapi kenapa Lo selalu maksa gue buat jadian sama Alona?!”

“Karena gue udah janji! Gue udah janji ke dia bakal jadiin Lo pacarnya. Sejak kejadian di resto waktu itu. Waktu Lo nembak gue. Dia ngelaporin semuanya ke Orang tua gue dan mereka kekang gue buat jadiin Lo pacar Alona. Gue juga Capek! Gue capek terus di kekang! Gue pengen cepet-cepet bebas dari semua ini dan Alona bisa bahagia!”

Devano menatap Alana dalam. “Jadi ... Lo udah janji ke Orang tua Lo buat jadiin gue pacar Alona? Lo sama sekali gak pikirin perasaan gue? Ck! Lo lebih jahat dari siapapun tau gak?!”

Alona menunduk mendengar ucapan Devano yang terdengar santai namun menyakiti itu.

“Maaf ... Pas itu gue gak bisa mikir jernih dan gue mutusin gitu aja! Maafin gue ...,” lirihnya.

Devano menggeleng tak percaya. “Gue pikir Lo emang baik. Tapi setelah denger semua ini gue jadi ragu! Ragu atas segalanya tentang Lo, Alana Zealinne Artharendra!”

“Devan—”

Belum sempat Alana meneruskan ucapannya, Devano sudah terlebih dahulu berjalan pergi meninggalkannya. Tak masalah jika Alana memang tak mau menjadi kekasihnya. Tapi, tak bisakah Alana mengerti dirinya? Devano benar-benar tak ingin menjalani hubungan dengan Alona!

•••

Alzean mengusap punggung Alona lembut. Gadis itu sedari tadi menangis dalam pelukannya seakan ada duka yang tak bisa ia jelaskan. Suara tangisannya begitu pilu ditelinga Alzean hingga membuatnya merasa iba.

“K--kak Lana selalu jadiin gue pelampiasannya, hiks ... G--gue takut, gue capek.” Alona mengadu dengan pernyataan palsu.

Sekarang Alona mempunyai pekerjaan baru. Yaitu menghasut Alzean agar membenci Alana. Sudah banyak orang yang dihasutnya, dan semua itu berhasil. Termasuk Alzean yang saat ini baru masuk kedalam perangkapnya.

“Tapi gue gak yakin Alana bisa lakuin itu semua. Menurut gue dia tipe orang yang selalu mendem perasaannya sendiri sampai siapapun gak ada yang tau,” jelas Alzean.

“Diluar dia emang selalu mendem perasaannya. Tapi didalem rumah dia selalu lampiasin semuanya ke gue. Apalagi kalau gak ada Mama sama Papa, bisa-bisa dia celakain gue, hiks ....”

“Tapi—”

“Dan Lo tau ... Alena, saudara kembar gue, dia meninggal karena Kak Lana sengaja dorong dia ke tengah jalan sampai dia meninggal ditabrak mobil!”

Alzean membulatkan matanya sempurna dan langsung melepaskan pelukan Alona. Lelaki itu menatap Alona tak percaya. Alzean benar-benar tak menyangka jika Alana bisa melakukan hal sekeji itu.

“B--beneran?” tanya Alzean memastikan.

Alona hanya mengangguk sebagai jawaban.

Seketika badan Alzean melemas. Rasanya ada yang sakit saat mendengar ucapan Alona tadi. Lelaki itu tak tau jika dibalik wajah Lugu Alana ada sifat iblis yang melekat pada dirinya. Saudara macam apa yang rela mencelakai saudaranya sendiri hingga meninggal dunia?

ALANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang