ALANA||ENDING

4.6K 35 2
                                    

“Keberhasilan tergantung usaha. Bukan harapan pada orang lain.”

- Alana Zealinne Artharendra

“Jangan pernah berpikir untuk menyerah sebelum kamu mencapai segalanya.”

- Alzean Carel Alexander

“Kamu hebat. Bertahanlah sampai akhir dan temukan kebahagiaanmu.”

- ♡

•••

Terhitung sudah seminggu lamanya Alana berada di rumah sakit. Keadaannya juga sudah mulai pulih. Walaupun bekas jahitan di perutnya masih belum kering sepenuhnya. Dan soal Alvandra? Bayi itu terlihat sehat. Oleh karena itu Dokter mengizinkan mereka untuk membawa Alana dan Alvandra pulang kerumah hari ini.

Alzean memegang kemudi. Tentu saja. Lelaki itu tidak mengizinkan siapapun mengemudikan mobil yang membawa Alana dan anaknya pulang selain dirinya sendiri. Memang. Semenjak kehadiran Alvandra. Lelaki itu semakin bertambah possesive.

Rencananya Alzean hanya akan membawa mobil bersama Alana dan Alvandra. Namun niatan itu gagal sepenuhnya setelah menyadari jika Aqila dan Miranda juga naik di mobil yang sama.

“Jangan mikir Bunda gak tau rencana kamu. Sekarang jalan. Gak mungkin Bunda berani ninggalin Alana cuma sama kamu doang. Sekalian Bunda mau bantu ngurus Alvandra,” kata Aqila.

Tidak ada yang bisa Alzean lakukan selain hanya pasrah dan menuruti kemauan bundanya. Membantah pun tak ada gunanya. Wanita itu tidak akan mendengarkan. Memang. Semenjak kehadiran Alvandra, Aqila semakin bertambah galak. Bukan. Bukan pada Alana, Giovandra, atau yang lainnya. Tetapi pada Alzean sendiri.

Jadilah hari ini Alzean mengemudikan mobilnya bersama Alana dan dua wanita paruh baya yang sudah sejak seminggu yang lalu tidak pernah alpa mengunjungi Alana. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya butuh waktu tiga puluh menit hingga mereka sampai di kediaman Alzean.

Melihat mobil majikannya sudah terparkir di depan rumah, buru-buru Bi Hani datang untuk mengambil barang-barang yang tersimpan di bagasi mobil Alzean. Tidak terlalu banyak. Hanya satu koper pakaian dan perlengkapan Alana. Juga Alvandra.

Alzean membantu Alana untuk turun dari mobil dan menuntunnya masuk kedalam rumah dengan hati-hati. Sedangkan Aqila sibuk menggendong Alvandra yang sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu.

“Pelan-pelan,” peringat Alzean begitu mereka sampai di depan tangga rumahnya.

Alana terkekeh. “Aku gak bakal jatuh, Al.”

“Cuma antisipasi, sayang.”

Alana tersenyum. Perlahan wanita itu mulai menaiki satu persatu anak tangga dengan di bantu oleh Alzean. Tidak. Lebih tepatnya hanya ada lima anak tangga yang harus ia lewati sebelum sampai di depan pintu rumah mewah itu.

Baru saja Alzean membuka pintu rumahnya, lelaki itu sudah di kejutkan oleh kedatangan teman-temannya, juga beberapa anggota keluarga dengan spanduk bertuliskan ‘Selamat datang kembali’ di belakang mereka. Tentunya ucapan itu untuk dirinya dan Alana. Juga anggota baru keluarga mereka, Alvandra.

“Welcome back!” ucap mereka serempak. Sebenarnya lebih terdengar seperti teriakan karena di ucapkan secara bersamaan.

Rumah bernuansa putih itu sudah di hias sedemikian rupa. Membuat Alana tidak henti-hentinya berdecak kagum. Seminggu yang lalu rumah ini masih terlihat sepi. Namun sekarang. Beberapa foto Alvandra yang di ambil langsung oleh Alona terpajang jelas di dinding-dinding putih itu. Balon-balon bertuliskan nama Alvandra juga terlihat menghiasi spanduk tadi.

Alona tersenyum saat melihat Alvandra sudah di pindahkan kedalam gendongan Alzean. Segera dirinya menghampiri bayi itu untuk memberikan sesuatu yang mungkin akan berkesan untuknya. Sebuah sapu tangan. Tidak seperti sapu tangan pada umumnya. Alona menuliskan nama Alvandra dalam sapu tangan itu. Tidak salah-salah. Alona bahkan memberikan harga lebih untuk sapu tangan yang harganya bisa membuat semua orang berpikir dua kali.

ALANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang