ALANA||MENYAKINKAN

992 16 0
                                    

“Terkadang aku berpikir jika semua orang jahat padaku. Namun kemudian aku sadar jika itu hanya pikiranku sendiri dan semuanya salahku. Tidak ada yang salah. Aku sudah melimpahkan semuanya pada diriku sendiri.”

- ♡

•••

Alona merasakan tangan seseorang merengkuh tubuhnya. Gadis itu lantas mendongak. Dengan matanya yang basah Alona masih bisa melihat jelas siapa yang datang. Lantas dengan segera dirinya membalas pelukan itu. Membuatnya bisa kembali merasakan kenyamanan.

“H--Haruna---”

“Gue tau.” Alzean mengusap punggung Alona lembut. Membuat gadis itu semakin erat memeluknya.

“Yang di bilang Haruna semuanya gak bener!”

Alzean melepaskan pelukannya. Berganti menatap mata Alona lekat. Ada luka dalam mata itu. Namun kebencian lebih mendominasi. Alona terobsesi untuk membuat siapapun yang mengusik ketenangannya merasakan apa yang ia rasakan. Seorang pendendam kini berada di hadapannya.

Dengan lembut Alzean menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Alona. Rambut indah gadis itu terlihat berantakan akibat jambakan dari Haruna tadi. Bahkan rambut berwarna kecoklatan itu sudah terlihat sudah kusut hingga membuatnya terkesan kurang menarik mata.

“Kamu percaya sama aku, ‘kan, Al?”

Netra bening itu menatap gadis di hadapannya lama. Bagaimana cara menjelaskan pada Alona bahwa yang ia lakukan salah? Alzean tau Alona melakukan itu hanya karena tidak ingin semua orang meninggalkannya. Namun caranya terlalu salah untuk tujuannya.

“Gue percaya.” Tangan yang tadinya sibuk memperbaiki rambut Alona kini beralih memegang kedua pundak gadis itu. “Tapi gue lebih pengen Lo jujur sama semua orang. Gue ngomong gini bukan karena peduli sama Alana. Tapi gue pengen beban yang selama ini ada di hati Lo hilang. Gue pengen liat Alona hidup tanpa beban. Hidup bebas dengan jiwa yang bebas.”

“Kamu ngomong gini karena percaya sama kata-kata Haruna, ‘kan?”

“Gue percaya Haruna. Tapi gue lebih percaya kalo Lo bisa ngomong yang sebenernya. Lo jelek-jelekin Alana, bahkan sampe fitnah dia karena ada alesannya.”

Bibir itu mungkin bisa berbohong. Namun tidak dengan mata Alzean. Mata itu menunjukkan ketulusan. Alzean benar-benar tulus mengatakan itu. Alzean mempercayainya. Bahkan saat semua orang menganggapnya buruk, Alzean datang lalu memberi harapan padanya.

Salahkah jika Alona jatuh cinta? Bahkan pada orang yang sudah menjadi milik orang lain? Jawabannya tidak. Hanya saja perihal merebutnya yang salah. Tidak ada larangan dalam mencintai. Namun merebut sesuatu yang sudah menjadi hak orang lain adalah kesalahan besar yang sulit di maafkan.

Alona menemukan seseorang yang bisa mengerti dirinya. Selama ini sosok seperti Alzean yang selalu Alona inginkan. Namun saat dirinya menemukan sosok seperti itu, takdir yang tidak merestuinya. Seolah dunia memang tidak berpihak padanya.

“A--aku belum siap.”

“Lo udah siap!”

“Aku gak bisa.” Alona melepaskan kedua tangan Alzean dari pundaknya lalu bangkit dari posisinya.

Baru saja Alona hendak melangkah pergi meninggalkan Alzean, seseorang sudah terlebih dahulu menghalangi jalannya. Lelaki itu berdiri di hadapannya sambil bersidekap dada. Wajahnya menunjukkan kepuasan atas apa yang baru dialaminya.

“Harepin orang kayak gini cuma bakal buang-buang waktu!” Revan mencibir sambil menatap Alona remeh.

Jika biasanya Alona akan melawan dan memberikan pelajaran pada siapapun yang berani meremehkannya. Maka kali ini gadis itu memilih diam. Alona hanya menunduk tanpa menatap kearah Revan. Rasanya terlalu menakutkan untuk menerima semua Cibiran bahkan hinaan yang dilontarkan padanya.

ALANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang