Part panjang Pake banget.
“Tunjukan sedikit kemampuanmu agar yang lemah tidak merasa rendah. Dan tutupi segala kelemahanmu agar yang hebat tidak semena-mena.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
“Menjelang Ulang Tahun sekolah kita yang keempat puluh lima tahun, saya dan beberapa anggota Osis lainnya telah memberi masukan kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan beberapa acara sebagai bentuk partisipasi.“ Devano membuka lembaran kedua kertas yang berada ditangannya.
“Acara yang saya maksud meliputi pembacaan puisi bertema pendidikan yang akan dibacakan oleh Nazea Xaviena. Drama yang akan dipentaskan oleh siswa dan siswi kelas sepuluh. Paduan suara oleh kelas sebelas. Dan yang terakhir ada Dansa bersamaan dengan lagu yang akan dibawakan oleh Alana Zealinne Artharendra sebagai penutup acara. Bagaimana, jelas?”
Salah seorang siswi mengangkat tangannya. “Acaranya kapan dimulai, Kak?”
“Minggu depan. Dan saya harap kalian semua sudah mempersiapkan segalanya sebelum acara dimulai. Lakukan semaksimal mungkin karena beberapa sekolah lain akan datang sebagai tamu undangan.”
“Sudah jelas? Kalau kalian semua sudah paham mungkin apel hari ini bisa saya bubarkan.”
Semua murid tampak mengangguk karena panas yang terlalu menyengat. Bayangkan saja. Devano mengumpulkan mereka di siang bolong seperti ini hanya untuk membahas soal acara ulang tahun sekolah. Bisa saja lelaki itu memberi tahu setiap kelas satu persatu. Namun, bagi Devano itu kurang efektif dan terlalu memalaskan.
“Baik. Silahkan bubar dan pilih masing-masing kandidat untuk melaksanakan setiap acara yang saya maksud.”
Semua mudrid langsung berhamburan keluar dari lapangan. Setelah mendengar pengumuman yang disampaikan Devano membuat mereka seketika bersemangat untuk mengikuti acara ulang tahun sekolah yang biasanya membosankan. Hanya sekedar pidato panjang dari kepala sekolah yang tak ada habisnya.
Alana mengernyit heran saat melihat Haruna hanya menatap lurus kedepan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tampaknya gadis itu sedang memikirkan sesuatu terkait penyampaian Devano tadi.
“Menurut Lo gue sama Rayyan pantes gak ikut Dansa? Secara---”
“Kenapa? Kalian tetep bisa ikut walaupun Rayyan gak sempurna. Kalian gak perlu dansa kayak yang lain. Kalian cuma perlu nikmatin acaranya dengan cara kalian sendiri.”
“Tapi gue takut Rayyan gak mau ikut ....”
“Rayyan selalu suka sama yang romantis kayak gini. Jadi Lo gak perlu khawatir.”
“Sure?”
Alana mengangguk cepat. “Banget!”
Haruna tersenyum dan mulai berlari menghampiri sang kekasih. “Thank you, Lana! Gue samperin Rayyan dulu!”
Alana tersenyum tipis. Kini pikirannya tertuju pada ucapan Devano tadi yang menunjuknya sebagai penyanyi dalam acara Dansa Minggu depan. Jujur saja. Alana merasa suaranya tidak memenuhi standar sebagai seorang penyanyi.
Melihat Devano muncul dihadapannya membuat Alana langsung menghampiri lelaki itu. Bukan apa-apa, Alana hanya ingin bertanya mengapa Devano memilihnya sebagai penyanyi dalam Acara Dansa yang ia selenggarakan sendiri.
“Devan,” panggil Alana.
Devano menaikan sebelah alisnya. “Kenapa? Ada pertanyaan tentang apa yang gue sampein tadi?” tanyanya yang langsung dibalas anggukan oleh Alana.
“Tentang gue milih Lo buat jadi penyanyi?” Lagi-lagi Alana membalasnya dengan anggukan.
“Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...