“Jangan lari seperti seorang pecundang. Hadapilah masalahmu dengan berani.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Haruna mengepalkan kedua tangannya begitu mendengar kabar jika Alzean dan Alona sudah berpacaran dari salah satu siswa. Wanita itu tidak terima akan penghianatan ini. Meski bukan dirinya. Namun Haruna tau apa yang di rasakan Alana saat ini.
Dengan segera wanita itu melangkah menuju taman. Haruna tau jika Alana selalu pergi ke taman jika sedang di terpa masalah. Wanita itu tidak akan menceritakan masalahnya pada siapapun dan lebih memilih untuk merenungi semuanya di tempat yang sunyi.
Seperti dugaannya. Alana benar-benar berada di taman. Wanita itu duduk dengan Lenara di sampingnya. Terlihat dari raut wajahnya jika Lenara khawatir dengan keadaan Alana. Bahkan gadis itu terus meminta Alana agar menceritakan masalahnya padanya.
“Lana. Please ceritain semuanya sama gue. Gue tau Lo gak baik-baik aja. Jangan pendem semuanya sendiri.”
Alana tersenyum tipis. “Gue gak mau bikin Lo khawatir, Lena. Gue baik-baik aja. Gak ada yang perlu di ceritain.”
“Malah kalo Lo gak cerita gini gue makin khawatir! Please. Jangan simpen semuanya sendirian. Gue tau Lo butuh temen curhat.”
“Gue gak terbiasa ceritain masalah gue sama orang lain ....”
Melihat Lenara yang sudah mulai pasrah membuat Haruna segera menghampiri Alana. Mengambil salah satu tangannya lalu menatap mata Alana lekat. Mata itu menunjukkan kesedihan yang besar. Walaupun sudah berusaha untuk terlihat baik-baik saja, namun siapapun masih bisa menemukan luka di hati Alana dari matanya.
“Jangan nyerah. Gue tau Lo kuat. Lo udah bertahan sampai sejauh ini. Sekarang Lo cuma harus bertahan lagi. Semuanya bakal baik-baik aja.”
“Ada waktunya gue harus nyerah. Gak selamanya gue bisa bertahan sama keadaan. Selama ini gue selalu ngelepasin. Dan kali ini juga.”
“Pertahanin apa yang jadi hak Lo.”
“Gue bisa bertahan untuk apapun. Tapi gak buat hubungan yang udah retak.”
“Retak bukan berarti hancur, ‘kan?”
“Tapi jalan menuju kehancuran.”
Haruna semakin mengeratkan genggamannya. Hatinya seakan ikut merasakan apa yang di rasakan Alana. Wanita itu benar-benar tidak baik-baik saja. Alzean maupun Alona sudah terlalu menyakitinya.
Lihat saja. Haruna tidak akan membiarkan Alona hidup tenang setelah apa yang ia lakukan pada Alana. Gadis itu lantas mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan dari apa yang di rasakan Alana. Setidaknya hingga gadis itu bisa menyadari jika apa yang ia lakukan salah.
Tiba-tiba Alana merasa mual. Morning sicknessnya masih belum berakhir. Dengan segera wanita itu berlari menuju toilet dengan sebelah tangan yang menutup mulutnya.
Baru saja Lenara hendak berlari menyusul Alana, Haruna sudah terlebih dahulu menahan tangannya. Gadis itu menggeleng. Seolah melarangnya untuk menghampiri Alana. Entah apa maksudnya. Namun Lenara tetap menurutinya.
“Biarin Alana sendiri. Dia butuh waktu buat dirinya sendiri,” jelas Haruna yang hanya dibalas anggukan oleh Lenara.
Beberapa meter dari sana terlihat Alzean yang tengah berlari menyusul Alana. Raut wajahnya terlihat khawatir. Lelaki itu bahkan belum mengganti jerseynya dengan seragam dan lebih memilih untuk menyusul Alana.
Tidak mau tinggal diam. Dengan segera Haruna berlari kearah Alzean lalu mencekal pergelangan tangan lelaki itu. Tatapan penuh dendam ia perlihatkan sebelum tamparan keras mendarat di pipi Alzean. Bahkan hingga menimbulkan bekas merah yang terlihat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
РазноеDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...