“Kamu bukannya gagal dalam hidup. Hanya saja kamu belum memulai usahamu untuk mencapai keberhasilan.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Duduk di kelas sambil menikmati bacaan novel kesukaannya adalah sesuatu yang saat ini sedang Alana nikmati. Gadis berambut sepunggung itu menyukai segala sesuatu yang berbau romantis. Bahkan dirinya selalu memilih novel dengan genre romance di Bandingkan dengan genre lainnya.
Alana tiba-tiba teringat akan seseorang saat cerita yang di bacanya telah mencapai konflik. Entah kenapa Alana teringat akan Regal. Lelaki dingin itu selalu berusaha untuk berada disampingnya disaat dirinya tengah dirundung masalah.
Lamunan Alana buyar saat merasa pundaknya di tepuk oleh seseorang. Gadis itu lantas menoleh dan mendapati Regal tengah tersenyum menatapnya. Senyuman itu terlihat berbeda. Itu tidak sama saat dirinya benar-benar bahagia. Regal terlihat membohongi dirinya sendiri dengan senyuman palsu itu.
“Lagi ngapain?” Regal mulai duduk dan mengambil tempat disamping Alana. Kebetulan ada bangku kosong disamping Gadis itu hingga membuatnya tak perlu bersusah payah untuk mengambil bangku lagi.
“Lagi ada masalah?” Alana balik bertanya. Tak mau menghiraukan pertanyaan Regal yang sepertinya dirinya sendiripun sudah tau jawabannya.
Regal menggeleng. Berusaha untuk terlihat baik-baik saja dihadapan Alana. Namun Mau bagaimanapun dirinya menyembunyikan semuanya, Alana tetap tak akan bisa di bohongi. Alana mengerti. Alana bisa mengetahui apa yang di rasakan Regal hanya dengan melihat wajahnya saja. Alana pernah merasakannya dan tentu saja dirinya akan tau bagaimana sakitnya.
“Nyokap sama bokap Lo berantem lagi?”
Melihat Regal yang masih menggeleng membuat Alana menghembuskan nafasnya. Mengapa Regal menjadi pendiam seperti ini? Dulu lelaki itu selalu menceritakan semuanya pada dirinya. Regal bahkan tak menyembunyikan secuil masalahnya pada Alana. Lalu mengapa sekarang dirinya malah menyembunyikan semuanya?
“Gue tau Lo gak baik-baik aja. Lo bisa ceritain semuanya sama gue.” Alana masih berusaha menyakinkan. Dan sepertinya kali ini dirinya mendapatkan respon berbeda dari Regal. Lelaki itu menatapnya lama sebelum menghembuskan nafasnya.
Anggukan dari Regal barusan membuat Alana menatapnya sendu. Regal tidak sekejam apa yang orang lain pikirkan. Regal hanya lelaki yang kesepian. Regal membutuhkan teman. Bukan hukuman. Regal hanya ingin mendapatkan kebahagiaan. Bukan dari orang lain. Namun dari kedua orang tuanya sendiri.
“Udah seminggu ini mereka gak balik. Barusan mereka pulang dan you know. Mereka berantem.” Regal tertawa hambar. “Gue capek, Lan. Gue juga pengen liat mereka akur. Gue stres. Telinga gue panas. Badan gue rasanya kayak di remukkin. Gue cuma pengen habisin waktu bareng mereka. Apa itu salah?”
Alana menggeleng. “Lo gak salah. Lo cuma korban dari kejahatan orang tua Lo sendiri. Mungkin Lo bisa ngomong baik-baik sama mereka. Siapa tau mereka bakal ngerti. It’s okay. Semua bakal baik-baik aja.”
“Gue udah sering berusaha ngomong sama mereka. Dan mereka malah pergi gitu aja tanpa mau dengerin gue. Mereka gak bakal peduli walaupun gue gak pulang seharian. Bahkan kalo gue mati pun mereka gak bakal peduli. Udah gak ada harapan lagi.”
“Jangan ngomong gitu. Gak ada yang gak mungkin selagi Lo mau usaha. Percaya aja. Usaha gak bakal hianatin hasil. Mungkin sekarang usaha Lo belum ada hasilnya. Tapi kita gak tau kedepannya, ‘kan?”
“Lo gak tau gimana orang tua gue, Lan. Mau Lo berusaha bagaimanapun kalo emang pada dasarnya mereka udah keras kepala tetep gak ada gunanya. Gue udah gak peduli lagi. Gue udah pasrah. Gue capek!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...