♡. 𝚁𝚎𝚖𝚒𝚗𝚍 𝚖𝚎 𝚝𝚘 𝚏𝚘𝚛𝚐𝚎𝚝
“Mimpi buruk atas segala hal adalah salah satu alasan agar mataku tetap terbuka.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Alana turun dari atas jendela perlahan. Bisikan dari alam menyuruhnya untuk tetap bertahan, berjuang, dan memperbaiki segalanya. Alana memang lelah, namun, bunuh diri bukan solusi dari segalanya.
“Gue pengen kita pacaran!”
Suara tegas itu membuat Alana langsung menoleh. Gadis itu mengerutkan keningnya bingung saat Alzean berdiri tepat diambang pintu sambil menatapnya datar. Tak ada lagi raut kekesalan seperti tadi.
“Pacar pura-pura!” sambungnya seraya berjalan mendekati Alana.
Alana mengernyit. “M--maksudnya?”
“Maksudnya. Gue pengen kita jadi pacar pura-pura buat manasin Devano sama Alona. Sedikit yang gue tau ... Devano masih simpen perasaan buat Lo. Dan dengan kita pacaran, gue juga bisa deketin Alona.” Alzean menjelaskan.
“Kalau rencana ini gak berhasil gimana?”
“Kita nyerah.”
Alana menatap Alzean lekat. “Salah gak sih kalau gue berharap kita bisa pacaran beneran? Gue juga pengen punya sandaran buat nyampein semua keluhan gue ....”
Alzean berdecih. “Gak usah ngarep! Lo sama sekali gak pantes buat jadi pacar gue. Dan ya, Alona bakal tetep jadi tuan rumah di hati gue. Dan Lo ... Lo cuma sampah tau gak?!”
“Iya. Gue emang bukan Alona yang disayangi semua orang. Gue sadar dan gue paham semua itu, Zean! Tapi gue juga pengen punya satu malaikat di hidup gue!” Mata Alana mulai berkaca-kaca.
“Gimana gue bisa jadi malaikat kalau kehadiran Lo di hidup gue aja cuma jadi parasite? Lo gak bakal bisa gantiin Alona sampai kapan pun juga!”
“Tapi—”
“Udah! Sekarang Lo mau jadi pacar pura-pura gue atau enggak? Lo udah hancurin semuanya dan Lo harus bisa bertanggung jawab! Lo gak bisa lari gitu aja dari masalah! Hadepin masalah itu sampai semuanya selesai!”
Alana menghembuskan nafasnya kasar. “Mau gue Nerima atau nolak penawaran Lo, sikap Lo juga gak bakal berubah, ‘kan?”
“Jadi sekarang mau atau gak?!”
Alana menutup matanya. “Gue mau demi kalian semua. Tapi ... Setelah kalian dapetin semuanya gue harus gimana?”
“Lo bisa lakuin apa aja. Mau bunuh diri, lukain diri sendiri, atau apapun itu gue gak peduli! Yang penting gue bisa dapetin Alona dan semuanya selesai.”
“Kenapa gue gak bisa egois aja? Kenapa gue harus lakuin semuanya demi kalian dan ngorbanin diri gue sendiri buat kalian? Gue capek! Gue capek selalu disalahin! Gue bukan tersangka dari semua ini!”
Air mata Alana turun tanpa diminta. Detik ini juga, akhirnya mulutnya mengeluh. Keluhan yang selama ini ia pendam dan simpan dengan baik, kini terdengar ditelinga seorang Alzean. Namun, tak ada tanda-tanda simpati dari wajah Alzean. Lelaki itu malah menatap Alana datar tanpa ekspresi.
“Harusnya Lo malu karena selalu egois! Lo selalu mikirin diri Lo sendiri dan sama sekali gak mikirin perasaan orang lain! Lo bukan korban dari semua ini!” ketus Alzean.
“Gue korban! Dan gue yang paling sakit atas semua ini! Kadang gue takut buat liat dunia. Gue takut semua orang bakal pura-pura jadi korban atas kejahatan yang sama sekali gak gue lakuin! Gue takut gak ada satupun malaikat yang Dateng di hidup gue!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...