“Jika tidak ada yang mencintaimu, maka cintailah dirimu sendiri.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
“Al ....”
Alzean yang baru saja duduk diatas sofa langsung menghampiri Alana saat mendengar lirihan Gadis itu. Ringisan kecil juga keluar dari bibir tipisnya hingga membuat Alzean semakin bertambah khawatir.
“Kenapa, Hm?” Alzean mengangkat tubuh Alana dan mendudukkannya diatas pangkuannya.
Alana tak membalas. Gadis itu malah memeluk leher Alzean. Mencium aroma tubuh lelakinya yang terbilang cukup wangi walaupun sudah berada lama diluar rumah. Entah parfum apa yang digunakan Alzean. Namun Alana benar-benar menyukai aromanya.
“Kenapa, sayang? Ada yang sakit? Perutnya sakit lagi? Atau yang lainnya juga sakit?” tanya Alzean yang hanya dibalas gelengan kecil oleh Alana.
Alzean mengusap punggung Alana lembut. “Kalau ada yang sakit bilang. Jangan cuma diem kayak gini. Gue khawatir ...,” bisiknya tepat di telinga Alana.
“Gak ada yang sakit. Tapi gue khawatir sama keluarga gue. Apa mereka udah makan? Gue takut mereka kelaperan sedangkan gue disini bisa makan apa aja,” balas Alana setelah sekian lama bungkam.
“Udah berapa kali gue bilang. Gak usah pikirin mereka. Gak usah khawatirkan mereka! Disana gak ada yang peduli sama Lo. Mereka bahagia. Percaya sama gue.”
“Mereka bahagia tanpa gue udah biasa. Tapi gue gak biasa hidup tanpa mikirin mereka.”
“Lo gak capek hidup bareng mereka?”
“Kalau dibilang capek sih capek. Tapi liat sisi positifnya. Gue bisa belajar banyak hal dari mereka. Gue bisa sabar karena mereka. Dan gue juga bisa kuat karena mereka.”
“Tapi Lo gak pantes hidup bareng manusia-manusia iblis kayak mereka.”
“Itu karena gue udah hancurin kebahagiaan mereka.” Alana tersenyum getir.
Alzean menghembuskan nafasnya kasar. “Ngomong sama Lo emang gak ada gunanya,” kesalnya yang hanya dibalas kekehan kecil oleh Alana.
Alzean melepaskan hoodienya dan langsung memakaikannya pada Alana. Setelahnya lelaki itu memilih menyelimuti dirinya dan Alana hingga sebatas dada. Tak sampai disitu, Alzean juga kembali mengelus perut rata Alana yang sepertinya masih terasa sakit.
“Masih sakit, ‘kan?” Alzean melirik Alana yang mulai memejamkan matanya.
“Dikit ....”
Alzean mengangguk. “Pokoknya besok gak boleh makan pedes lagi.”
Alana tak menghiraukan ucapan Alzean. Tiba-tiba saja sebuah pertanyaan muncul di benaknya. Mungkin pertanyaannya kali ini akan sedikit sensitif untuk Alzean. Oleh karena itu Alana ragu untuk bertanya.
“Gue boleh nanya sesuatu?” Alana menatap Alzean ragu. Sedangkan yang ditatap hanya mengangguk kecil.
“Nanya apa?”
“Sebenernya Lo bener-bener suka sama gue atau cuma kasihan?”
Alzean semakin mengeratkan pelukannya lalu tersenyum tipis. “Gue bener-bener suka sama Lo. Jangan khawatir. Gue gak bakal ninggalin Lo apapun keadaannya.”
Alana menghembuskan nafasnya lega. Entah atas dasar apa dirinya menanyakan hal tak penting seperti ini. Alana tak perlu khawatir Alzean akan meninggalkannya. Lelaki itu miliknya dan tak akan pernah pergi darinya.
Merasa sakit di perutnya sudah mereda. Alana lantas kembali memejamkan matanya. Menjadikan dada bidang Alzean sebagai bantalan. Membiarkan lelaki itu memeluk dan mengusap perutnya untuk memberinya kenyamanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
РазноеDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...